-28- Bukan Fayyana

143 28 13
                                    

~Bukan Fayyana~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Bukan Fayyana~

📓📓


*(sorry ada kaya-kata kasarnya, ya guys!)

GITTA kembali keruangan tadi ketika dia telah gagal menemukan Rena. Dia harus membantu dua orang itu yang kini masih terlibat perkelahian dengan Vano.

Ketika tiba disana, Gitta melihat Arga yang sedang memukul Vano dengan keras. Karenanya Vano kalah telak, hingga membuat dia terjatuh.

Arga segera mengunci pergerakannya agar tidak melawan lagi. Sementara Gavin berada disampingnya, memegangi pria itu kuat-kuat.

"DIEM LO!"

"LO YANG DIEM! INI BUKAN URUSAN LO, ANJING!"

Gitta melihat sebuah sebuah ikat pinggang berada dilantai, yang mana sebelumnya ia asumsikan jika itu adalah milik Vano. Dengan cepat Gitta mengambilnya, lalu mengikat tangan lelaki itu dengan dibantu Gavin untuk memeganginya.

"LO, BANGSAT! LO UDAH BUNUH ORANG, DAN SEKARANG LO MAU BUNUH RENA. BANGSAT LO TAIK!" ucap Arga geram.

Sementara Vano malah tertawa mendengarnya.
"Hah, Kalo gue emang mau bunuh dia EMANG KENAPA? Dia yang udah ngebocori rencana gue, dan ngasih tau ke kalian kalo gue pelakunya. Bangsat, udah gue kasih kesempatan, tapi dianya malah ngelunjak, ck," balasnya bedecak kesal.

"Itu karena lo yang udah bunuh Fayya. KARENA KELAKUAN LO, GUE SENDIRI BAHKAN ENGGAK SEGAN-SEGAN BUAT BUNUH LO JUGA!"

Karenanya membuat Vano membesarkan mata. "APA? LO PIKIR GUE YANG BUNUH TEMEN LO ITU HA!

"PLAKK!" Arga kembali memukul lelaki itu, untuk membungkam mulutnya.

"Lo udah mau tamat, Van. Masih berani lo teriak ke gue? MASIH BERANI LO BILANG KALO BUKAN LO YANG BUNUH?"

Vano tersenyum sinis, disela nafas yang masih tersengal-sengal. Darah dibibirnya mengalir, tapi dia tidak peduli.

Melihatnya, Gitta segera mendekat. Dia ingin bertanya lagi pada lelaki itu. Karenanya Arga memberi tempat, dia memposisikan Gitta berada di tempat yang cukup aman untuk berada dekat dengan Vano.

"Van, sekarang lo bilang ke gue. Kenapa lo bunuh Fayya? Apa karena Fayya yang tau kelakuan busuk lo itu, sampai lo tega ngilangin nyawanya, ha? Apa karena cuma itu lo tega dorong dia?" tanya Gitta bergetar, dia menahan perih hati karena teringat dengan sahabatnya itu. Tidak dia duga jika Fayyana meninggal disebabkan oleh salah satu teman sekelasnya sendiri.

Vano kembali tertawa renyah, seolah tidak merasa tersudutkan. Dia seperti berusaha bersikap kuat, meski faktanya dia sudah tidak bisa lari lagi.

"Gue... Nggak bunuh temen lo itu," katanya penuh penekanan.

Mendengarnya membuat Gitta geram. "Tapi, gue lihat, lo ada di sana waktu itu. GUE LIHAT LO DISANA, VAN. ARTINYA ITU LO YANG NGELAKUINNYA, YA KAN?"

"Gue, bukannya orang yang mau berurusan sama orang yang jelas-jelas nggak ada hubungannya sama gue. Berapa kali gue harus bilang, KALO GUE NGGAK BUNUH TEMEN LO ITU. GUE NGGAK PERNAH BUNUH DIA. DAN GUE NGGAK ADA URUSAN SAMA DIA. NGERTI LO!" jawab Vano keras. Dia berteriak, seakan geram karena Gitta tetap tidak mengerti dengan perkataannya.

The Thing She Has: Diary After Death (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang