-17- Akur

158 35 11
                                    

~Akur~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Akur~

📓📓

Terkadang hidup merupakan sebuah proses,
untuk bertemu seseorang yang bisa menjadi tempat untuk mengadu sakit,
mengatakan bahwa kamu kesepian
atau meminjam bahunya untuk bersandar.
Terkadang hidup dihabiskan untuk mencari orang-orang seperti itu.
Tapi terkadang kita sendiri tidak sadar jika orang itu berada dekat.

•••

ARGA masih berada di rooftop, ketika Gavin sudah pergi dari sana. Sepatu bolanya, entah kenapa tiba-tiba bisa ada disampingnya dengan tali yang terbuka. Ada sebuah kertas yang mengintip dari dalam, Arga mengambil kertas itu lalu membacanya.

"Jangan lupa buka talinya dulu, Bro," tulisannya.

Membaca itu Arga sejenak tersenyum, karena dia tau kalau itu adalah ulahnya Gavin.

Ketika sampai di rumah, Arga terdiam memikirkan apa yang telah dikatakan Gavin tadi. Barangkali lelaki itu memang benar, bahwa dia mungkin memang sudah salah menilai Gitta.

Dia tidak sadar dengan apa yang telah dilakukannya akan berdampak besar pada gadis itu. Gitta mungkin murid cerdas, tapi dia tidak sebegitu cerdasnya dalam perihal menata hati, atau untuk melupakan Arga.

Arga telah lama berteman dengan gadis itu, dia lebih mengenal Gitta dibandingkan orang lain. Seharusnya dengan itu Arga tau bagaimana harus bersikap padanya dan apa akibatnya jika dia bersikap demikian.

Lelaki itu terdiam cukup lama si dalam kamarnya. Ingatan mengenai isi diary Fayyana juga ikut menghantui pikirannya. Arga jelas sangat tau maksud dari tulisan itu. Walaupun dia tidak yakin, tapi Arga seperti mengerti maksud dari yang Fayyana tuliskan.

Dia mengingat kejadian pada semester lalu ketika masih di kelas sebelas. Lelaki itu menatap lama pada nilai rapornya yang baru saja di bagikan. Ibunya yang berada disampingnya--duduk menemui wali kelas untuk pembagian rapor--sontak senang melihat peningkatan nilai anaknya. Dia tersenyum gembira, lalu memeluk Arga bangga.

Arga hanya diam menerima pelukan dan ucapan selamat dari ibunya. Tapi entah kenapa lelaki itu malah terlihat seperti tidak senang. Dengan segera Arga pamit dari hadapan wali kelas, dan membawa ibunya ke tempat yang sepi untuk bicara empat mata.

Disana Arga seperti marah kepada ibunya. Dia membentak dan melempar rapor itu ke lantai. Lalu kemudian dia pergi begitu saja.

Ketika Arga keluar, tak sengaja dia bertemu Fayyana tengah berdiri diluar. Dia hanya sendiri, dengan beberapa tumpukan buku berada ditangannya.

Melihatnya Arga terkejut, karena tidak menyangka Fayyana bisa berada disana. Lelaki itu gelagapan, tapi Fayyana malah menunjukkan sikap biasa.

Fayya tersenyum menyapa lelaki itu. "Ga! Lo dari mana?" tanyanya.

The Thing She Has: Diary After Death (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang