-11- Loker

158 44 54
                                    

~Loker~

📓📓

"GITT, lo mau pulang sama gue?" tanya Arga ketika Bu Asih keluar dari kelas. Pelajaran Bahasa Inggris adalah mata pelajaran terakhir hari ini. Semua murid beransur keluar kelas dan menyebar ke segala tempat.

Gitta yang masih sibuk mengemasi alat-alat tulisnya menoleh. Ia mendapati Arga sudah berdiri di depannya. Lelaki itu tersenyum, membuat Gitta seperti bermimpi, karena sudah lama ia tidak melihat senyuman tulus itu lagi.

Andai saja dia bisa terus melihatnya ....

"Hmm ... Enggak, Ga. Gue udah ada janji sama Gavin. Entar gue pulang sama dia aja." Gitta menolak. Walaupun sebenarnya ia lebih tertarik dengan tawaran Arga, tapi Gitta tetap harus menolaknya karena Gavin sudah lebih dulu mengajaknya.

Mendengar itu Arga terdiam. Dia lupa kalau Gitta masih merupakan pacarnya Gavin.

"Oh iya, bener. Sorry Gitt!" katanya mengelus tengkuk yang tidak gatal. "Yaudah kalo gitu, gue pulang duluan, ya! Lo hati-hati," katanya pergi. Tingkahnya seketika kikuk karena malu.

Melihatnya Gitta tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menatap kepergian Arga.

Punggung itu semakin menjauh, hingga menghilang dari pandangannya.

📓📓

Gitta, kembali mengemasi barang-barangnya, ketika Gavin muncul di depan pintu. Tentu saja dia datang untuk menjemputnya. Gavin melihat Gitta sedang sibuk mengurusi suatu benda yang berada di atas meja.

Terdapat beberapa catatan penting yang sebelumnya Asa berikan mengenai rangkuman materi pembelajaran yang tertinggal selama Gitta tidak masuk sekolah. Catatan itu belum disatukan. Jadi, ketika Gitta memasukkan ke dalam tas, tak sengaja kertas-kertas itu tergelincir dari tangannya. Akibatnya kertas-kertas itu terjatuh dan membuat lembarannya berserakan di lantai.

Gitta harus mengemasinya lebih dulu, karena itu penting baginya untuk bisa menjawab soal ulangan besok.

Melihat Gitta kesulitan, Gavin segera masuk lalu membantu gadis itu. Setelah mengumpulkan semuanya dia menaruh kertas itu di atas meja, lalu mengurutkan halamannya agar tidak ada yang hilang atau ketinggalan.

"Banyak banget catatannya. Ini semua Arga yang ngasih?" tanya Gavin sembari menyatukan lembaran-lembaran itu. Tangannya menyusup masuk ke dalam tas untuk mengambil penjepit kertas miliknya.

Mendengar pertanyaan Gavin, Gitta menggeleng. "Bukan. Tapi Asa. Aku juga udah minta tolong sama dia buat nyiapin semuanya."

Gavin tersenyum. Setidaknya untuk hari ini, tidak selalu tentang Arga melulu. Karena seharian tadi---tidak---sejak tadi malam, ketika Gilang mengabarinya mengenai Gitta yang akan kembali masuk sekolah, membuat Gavin tidak bisa berhenti memikirkannya.

Gavin memang senang saat mengetahui Gitta sudah mau kembali ke sekolah seperti biasanya, tapi tidak setelah mengetahui kalau Arga pernah datang ke rumah mereka pada satu hari sebelumnya.

Gilang berkata kalau Arga datang untuk membujuk gadis itu, lalu dia berhasil membujuknya hingga membuat Gitta mau kembali sekolah.

Hal itu membuat Gavin cemburu, karena di antara orang-orang terdekat Gitta, hanya Arga yang berhasil membuat gadis itu keluar dari kamarnya.

Tambah lagi, Gitta juga tidak memberi kabar apa-apa padanya, baik mengenai kondisinya yang sudah membaik maupun mengenai dia yang akan masuk sekolah hari ini. Bahkan pesan-pesan yang dikirimnya sejak lima hari yang lalu saja tidak dibalas.

The Thing She Has: Diary After Death (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang