-21- Perisak

133 31 10
                                    

~Perisak~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Perisak~

📓📓

"SAAT itu aku bingung, dan takut mereka bakal buat macam-macam. Sampai aku dengar Kak Fayyana teriak, aku balik ke sana. Aku dengerin mereka dari luar, dan aku ... kayak ... dengar Kak Fayyana lagi dipukuli sama mereka."

Di tengah Aylin yang masih bercerita, Gitta tiba-tiba mengangkat tangannya. Dia menginterupsi karena apa yang diceritakan Aylin membuatnya bingung.

"Tunggu! Tunggu! Maksud kamu, mereka bully ... Fayyana? Mereka mukul Fayyana?"

Pertanyaan itu sebenarnya tak beda jauhnya dengan apa yang ada dibenak Arga dan Gavin sekarang. Karena bagaimana mungkin Fayyana bisa jadi korban bullying? Kalau pun dia punya masalah dengan pelaku perundungan, Fayyana pasti akan menyerang balik. Fayyana tidak mungkin akan menyerah begitu saja apalagi dengan cara dia datang sendiri setelah disuruh oleh mereka.

Aylin mengangguk, dan membiarkan kakak kelasnya itu meresapi cerita yang mereka dengar.

"Kita nggak tau Gitt! Mungkin aja Fayya nggak sanggup ngelawan mereka, karena mereka ada banyak. Ya, 'kan?" sanggah Gavin mencoba menepis kebingungannya.

Gitta menoleh. "Tapi  kenapa Fayya nggak pernah cerita? Kenapa dia nggak pernah bilang kalau dia lagi ada masalah sama mereka, Vin?"

"Fayya sengaja diam." Arga menimpali. "Dia sengaja diam, makannya kita nggak tau. Terlepas dari apapun alasannya. Tapi gue yakin kalau dia sengaja ngerahasiain itu dari kita."

Gitta terdiam, walaupun ia masih belum puas dengan jawaban Arga tapi tidak ada hal lain yang bisa ia jadikan sebagai jawabannya.

Sejenak ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Dia juga meremas kepalanya, karena semakin bingung dengan alur cerita yang dia didengar.

Baiklah, ucapan Arga mungkin ada benarnya, meskipun apa yang dikatakan Aylin masih sulit dipercayainya saat ini.

"Oke, oke. Baik. Kita lanjutin. Terus gimana? Lanjutannya gimana?"

Aylin melanjutkan. "Pas denger Kak Fayyana teriak, aku takut Kak Fayyana kenapa-kenapa. Tapi aku juga nggak tau harus ngelakuin apa karena aku cuma sendiri. Jadi aku coba ngerekam suara mereka buat jaga-jaga sama apa yang udah mereka lakuin."

Mendengar kata rekaman membuat ketiga remaja itu terkesiap.

"Rekaman? Kamu punya rekaman?"

Aylin mengangguk.

"Boleh kami liat?"

Aylin sejenak ragu, tapi kemudian dia mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
Dia mencari file yang dimaksud lalu menunjukkan pada Gitta.

Gitta menerima ponsel itu dan melihat rekaman yang berdurasi selama tujuh belas menit. Ia sejenak melirik ke arah Arga dan juga Gavin. Lalu setelah mendapat anggukan dari keduanya. Gitta langsung menekan tombol play.

Rekaman pun berputar. Dari benda di tangannya terdengar suara rusuh pukulan yang ditujukan kepada Fayyana. Bahkan kata umpatan dan makian ditujukan kepada Fayyana seorang.

Fayyana sempat terdengar memberi perlawanan, tapi berakhir dengan tersudutkan kembali. Semua perlawanan yang diberikan Fayyana langsung berbalik dengan perlakuan kasar dari mereka.

Ada satu hal yang menarik dari rekaman itu, sang ketua geng seperti menanyakan sesuatu pada Fayyana. Tapi dia tidak menyebutkan jelas apa yang dia minta, dia hanya bilang "di mana lo sembunyiin?" atau "mana hape yang sering lo gunain itu?"

Mendengarnya Gitta teringat dengan benda yang pernah ibu Fayyana sebutkan sebelumnya. Ibu Fayyana pernah bilang kalau ponsel lama Fayyana tidak ditemukan baik di loker maupun di rumahnya.

Entah kenapa Gitta merasa kalau benda itulah yang sedang mereka maksudkan.

Terbukti ketika Fayyana menjawab pertanyaan itu, Fayyana mengaku kalau dia sudah kehilangan ponselnya. Dia tidak membawanya karena dia telah menghilangkannya.

Jawaban itu seketika membuat mereka bertiga naik pitam. Tentu saja mereka tidak percaya. Tapi Fayyana terus membantah jika meskipun benda itu dibawanya, dia tidak akan pernah memberikan kepada mereka. Dia mengancam untuk tetap mengungkapkan kejahatan yang telah mereka lakukan meskipun tidak ada barang bukti sekalipun. Fayya mengancam mereka kalau suatu saat nanti, semua kejahatan mereka akan terbongkar.

Akibatnya, Fayya kembali dipukuli habis-habisan. Tapi Fayyana tidak pernah menyerah dan berusaha melawan balik. Dia terus mencoba membalas dan tidak ingin menjadi sasaran empuk begitu saja.

Sampai pada akhirnya mereka menyerah, mereka mengancam Fayyana agar tidak berbuat macam-macam. Mereka juga berkata kalau mereka akan mencari tahu letak ponsel itu sendiri dan Fayyana akan dihabisi setelahnya.

Barulah beberapa detik kemudian suara pintu yang terbuka terdengar, menandakan para perisak itu keluar dari ruangan. Rekaman berakhir karena Aylin langsung mematikannya dan segera pergi dari sana.

Habisnya rekaman itu, Gitta, Arga dan Gavin saling menatap satu sama lain. Isi pikiran mereka sama, yaitu mereka harus mendapatkan pelaku yang memukuli Fayyana.

Lantas, mereka kembali beralih pada Aylin untuk meminta menunjukkan murid yang dia temui di salon waktu itu. Dengan bujukan kembali, akhirnya gadis itu setuju untuk membantunya.

📓📓

Mereka bertiga kini sedang menuju kelas dua belas IPS yang dimaksud sebagai kelas tempat perundungan itu berada. Tapi untuk kali ini, hanya Gitta yang pergi dengan Aylin. Sementara Arga dan Gavin hanya memantau dari kejauhan, untuk berjaga-jaga agar kegiatan mereka tidak dicurigai.

Menuju lantai dua. Aylin menunjuk siswi-siswi yang menjadi pelaku perundungan itu. Betapa terkejutnya Gitta ketika mengetahui kalau orang yang melakukan perundungan itu adalah murid yang sebelumnya mereka curigai, sekaligus sebagai orang yang ditandai sebagai rambut merah.

Setelah mengetahuinya, Gitta mengucapkan terimakasih pada Aylin. Tak lupa dia juga mengatakan padanya kalau dia akan merahasiakan semua yang Aylin katakan. Ia akan berusaha untuk tidak melibatkannya, dan memastikan kalau Aylin tidak perlu mengkhawatirkan apapun sampai mereka selesai mengungkapkan semua kejahatan itu.

Setelahnya, Gitta langsung menemui Arga dan Gavin, tapi waktu istirahat telah habis. Ketika suara bel berbunyi, Gitta mengkode dua lelaki itu dari jauh.

Mereka memutuskan untuk bertemu saat sepulang sekolah nanti.

Mereka memutuskan untuk bertemu saat sepulang sekolah nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank's udah mampir..
Please vote n' komen mu berharga..
🖤🖤

The Thing She Has: Diary After Death (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang