~Bukan Dia~
📓📓
KETIKA jam pulang sekolah, Gitta dan Arga segera keluar dari kelas. Mereka turun tangga, lalu lewat di depan kelas Gavin. Gavin seketika keluar dan mengikuti dua orang itu. Mereka menuju deretan kelas sebelas.
Hari ini mereka akan menghadang orang yang mengikuti mereka kemaren.
Gavin menunjuk kelas yang dia maksud, ketika orang yang mereka cari, baru saja keluar dan berjalan menuju lorong. Karenanya membuat Gavin tersentak, dia langsung mengejar orang itu.
Karenanya, Arga dan Gitta menyibak lorong yang dipenuhi oleh murid-murid yang baru saja keluar kelas. Hingga menyebabkan orang yang mereka kejar, menyadari keberadaan mereka.
Sontak merasa dirinya diicar, dia segera lari dari sana.
"Woi, jangan lari lo!"
Arga dengan cepat mengejar, sementara Gitta dan Gavin menyusul di belakang. Hingga sampai di halaman sekolah, lelaki itu terus saja lari.
Ketika menuju lapangan sekolah, Arga sempat berpapasan dengan seorang murid yang sedang berjalan melawan arah.
Dia sejenak menatap Arga yang melewatinya, tetapi Arga tidak menyadarinya karena terfokuskan mengejar orang di depannya. Begitu juga dengan Gavin. Namun tidak dengan Gitta.
Ketika dia berpapasan dengan murid itu, Gitta berkontak mata dengannya. Pria berkaca mata, yang dikenal oleh Gitta sebagai salah satu murid pintar disekolahnya itu, juga merupakan teman satu kelas dengannya.
Gitta sejenak terdiam melihatnya ketika lelaki itu menatapnya lekat. Entahlah kenapa, Gitta merasa aneh ketika dia melihatnya.
Namun ia sadar jika ada hal yang lebih penting dulu harus dia selesainkan. Dia melihat Gavin semakin jauh meninggalkan, hingga dia melanjutkan pengejarannya.
Arga yang dengan kecepatan larinya akhirnya berhasil menangkap murid itu, tepat di sebuah ruangan yang sepi, Arga mencengkram bajunya dan menarik dia hingga terjatuh.
Lelaki itu menjerit ketika tubuhnya beradu dengan lantai. Dia melihat Arga yang menatapnya dengan tajam.
"Mau kabur kemana lo, ha?"
Tak lama Gavin pun tiba, dia memegang lelaki itu dan menahannya di dinding. Arga bergilir mencengkram kerah bajunya, hingga lelaki itu tersudut tidak bisa bergerak lagi.
"Sekarang lo jujur sama gue. Lo, yang dorong Fayyana?" tanya Arga frontal.
Karenanya lelaki itu menggeleng, dia membantah tuduhan Arga. "Bukan. Bukan gue."
"Ngaku lo. Lo yang dorong kan? Kalo enggak, kenapa lo ngikutin gue? Lo takut kalo kejahatan lo bakal terbongkar? IYA KAN?"
Gitta akhirnya datang menyusul, gadis itu datang dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia kemudian melihat lelaki yang pernah mengikutinya itu. Diamati setiap postur tubuhnya, bentuk rambutnya dan juga wajahnya. Jujur saja, Gitta merasa jika memang dia yang mengikutinya, tapi disisi lain, entah kenapa dia seperti tidak yakin jika dialah pelaku yang telah mendorong Fayyana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thing She Has: Diary After Death (END)
Teen Fiction~THE THING SHE HAS: DAIRY AFTER DEATH~ Aruna Gitta, tak mengira jika diary yang dia temukan dari loker sahabatnya Fayyana Tanissya, memiliki keanehan ketika pemiliknya tewas. Seolah menjadi penguak misteri dan berita kematiannya, diary itu menyimpan...