#TUAN RUMAH GRIANA BEKSA
Sang Bara, julukan yang di berikan pada remaja laki-laki bernama Baradatu Khatulistiwa. Ketua dari geng bernama REVIGSA atau singkatan dari Revolusi Griana Beksa. Bara menjadi yang paling di segani dan dia membawa nama Revig...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Panasnya terik matahari menyengat kulit Bara. Hari ini, seluruh anggota Revigsa di jemur di tengah lapangan. Sudah mendapat banyak ceramah dari beberapa guru namun sekarang kepala sekolah datang menghampiri Bara.
"Kalian lagi kalian lagi. Sekarang sekolah benar-benar tidak bisa mentolerir kejadian ini. Lebih baik kalian bubarkan geng kalian ini."
"Cuma saya yang bisa bubarkan Revigsa," sela Bara menatap kepala sekolah tanpa takut. "Dan saya tidak akan melakukan itu."
"Apa yang kamu banggakan dari geng ini, Bara? Kamu sudah kelas 12, lebih baik kamu fokus untuk ujian dan lulus dengan nilai yang bagus."
"Geng kami sama sekali tidak menggangu ujian, pak."
"Bara, saya hanya ingin kalian semua mengerti kalau kelakuan kalian sudah di luar batas. Bukan sekali dua kali kalian terlibat perkelahian, ini bukan mencontohkan anak-anak muda yang baik."
"Kami baik dengan versi kami sendiri, pak," ujar Bara lagi.
"Bara," tegur bu Moza. "Jangan menjawab terus, kamu ini tidak ada sopan santunnya."
Bara melirik bu Moza dengan malas.
"Kalian ini melakukan tindak kriminal. Banyak korban akibat perbuatan kalian. Apa kalian gak mikir?" ketus kepala sekolah.
"Kami juga gak mau ini terjadi, pak," cetus Prakash. "Kami di serang. Kalau kami gak ngelawan, mungkin lebih banyak korban."
"Saya bicara dengan Bara," sinis kepala sekolah. "Kamu ketuanya?"
"Saya wakilnya," jawab Prakash tanpa takut.
"Prakash," tegur bu Moza lagi, ia melirik tajam Prakash untuk tidak membuka mulut lagi.
"Kasus ini sudah sampai ke polisi, jadi mau tidak mau kalian bubarkan geng ini atau kamu bisa di keluarkan dari sekolah ini, Bara."
Bara langsung menatap kepala sekolah dengan tatapan tajamnya.
"Pak, Bara sudah kelas 12. Sayang sekali kalau sampai di keluarkan." Bu Moza seakan tidak setuju.
"Ini keputusan saya. Ini langkah terbaik agar murid-murid di sini tidak liar."
"Ada baiknya kita bicarakan ini dengan guru yang lain, pak. Jujur saya tidak setuju dengan keputusan ini. Sekarang biarkan mereka lanjutkan hukuman mereka," kata bu Moza mengajak kepala sekolah untuk meninggalkan lapangan.
"Kalau lo di keluarin, gue juga bakal keluar," ujar Prakash membuat Bara menoleh.
"Gue juga--" Jeksa ikut bersuara. "Kalaupun sekolah lain pun gak mau nerima kita, gue lebih baik gak lanjut sekolah di banding lihat lo di keluarin sendirian."
"Lo tenang aja, bos, kita bakal selalu ada buat lo," ujar Baron menepuk pundak Bara.
Bara tertawa hingga membuat teman-temannya terheran.