SANG BARA | 28 SELESAI

1.5K 98 35
                                    

Rinai hujan membasahi ibu kota, udara dingin menyengat kulit hingga rasanya sangat menyiksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rinai hujan membasahi ibu kota, udara dingin menyengat kulit hingga rasanya sangat menyiksa. Puluhan menit sudah berlalu, namun belum ada kabar tentang bagaimana keadaan laki-laki pemilik mata tajam yang di juluki Sang Bara.

Puluhan anggota masih menunggu kabar di tempat masing-masing, anggota keluarga sudah berada di rumah sakit dengan segala harapan, dan seorang gadis ikut menjadi korban dari harapan yang belum pasti adanya.

Bara tidak mungkin pergi, dia masih punya banyak janji yang belum di tepati.

Bara menyayangi keluarga berantakannya, Bara menyayangi sahabat dan Revigsa, dan Bara juga menyayangi Diora. Harusnya mereka bisa menjadi alasan Bara untuk bertahan, jadi jangan khawatir, Sang Bara akan mencoba agar tetap ada.

Itu adalah harapan terbesar Diora sebelum akhirnya seorang dokter datang menghampiri Delista dan Raga.

"Dokter, gimana keadaan anak saya?" tanya Delista penuh kekhawatiran.

Dokter itu tidak menjawab hingga rasa khawatir orang-orang yang ada di sana semakin besar, hanya ada isakan dari Delista yang menggenggam tangan dokter tua tersebut.

"Dokter, anak saya mana?" tanya Delista semakin menangis.

"Anak saya selamat kan, Dok? Bara bisa di selamatkan, iya kan, Dok?" Kini Raga ikut bertanya dengan hati yang resah.

"Maafkan saya, Pak, Bu."

Pandangan Diora memburam, tubuhnya merosot di lantai. Detik itu juga suara tangis mulai terdengar begitu menyakitkan.

Ternyata...

Sang Bara telah pergi.

Sang Bara tidak bisa kembali.

Takdir itu memang menyakitkan, buktinya tanpa di sangka-sangka dia pergi begitu saja.

Baru saja kita tersenyum bersama, baru saja kita berbincang bersama, dan baru saja kita saling menatap, tapi sekarang matanya sudah tertutup dan tidak bisa terbuka lagi.

Sejahat itukah dunia padamu, Bara? Padahal dia belum merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.

Hingga kabar duka tentang Baradatu Khatulistiwa mengejutkan banyak orang. Beberapa siaran televisi ikut serta menayangkan berita penusukan seorang siswa sekaligus pemimpin geng motor tepat di malam ini.

"Ini bohong kan? Bara gak mungkin tinggalin kita, iya kan?" tanya Jeksa mengguncang bahu Bilal. "Iya kan, Lal? Bara..., Mana mungkin Bara tinggalin gue." Bilal menggeleng dengan air mata yang berlinang, yang bisa dia lakukan hanya memeluk Jeksa dengan erat.

"Gue mau lihat Bara," ujar Prakash dengan mata merah menahan emosi serta air mata. "Gue harus pastiin kalau sahabat gue baik-baik aja. Dokter disini pasti bohong."

"Kash, jangan gini," ucap Baron menahan tubuh Prakash.

"MANA MUNGKIN BARA MENINGGAL? SAHABAT GUE ITU KUAT. KALAU DIA PERGI, SIAPA YANG JAGA KITA SEMUA??" teriak Prakash menggema di ruang UGD. "BARA GAK MUNGKIN TINGGALIN KITA."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SANG BARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang