SANG BARA [TAMAT]

SANG BARA | 21

"Eh, masih berani sekolah, dong!!"

"Gak punya malu banget, kalau gue sih udah ngurung diri di kamar."

"Paling juga mau caper lagi ke Bara."

"Kalau gue jadi Bara mah udah gue putusin, njir."

"Cantik-cantik kok ular, wkwk."

"Muka doang cantik, sifatnya kayak binatang."

"Dia punya pacar gak sih? Dih berarti dia sama Bara cuma akal-akalan dia aja."

"Kasihan gue lihat Bara."

"Genit gak sih? Dia sama Revaldo juga gak sih, guys?"

Semua cibiran itu tidak di hiraukan Diora, ia memilih masuk ke kelas duduk di bangkunya. Hampir semua penghuni kelas menatapnya dengan pandangan jijik, Diora tidak peduli, biarkan mereka melakukan apapun yang mereka mau.

"Awalnya kita pikir lo baik, tapi ternyata lo jahat banget," ujar salah satu siswi pada Diora.

"Kurang baik apa Bara ke lo, Diora? Gak nyangka banget lo sejahat itu."

"Mending lo pergi lah, kita gak mau satu kelas sama pengkhianat."

"Bener. Pengkhianat gak di terima disini."

"Huuuu!!"

"Gak punya maluuu.."

Sebuah bulatan kertas mendarat di kening Diora, lalu lemparan lain menyusul. Meja Diora di penuhi kertas dan sampah, bahkan ia benar-benar terlihat seperti anak kucing di antara anjing liar.

Cekrek

Silau dari flash kamera mengejutkan mereka.

"Lo ngapain?"

"Ambil bukti penyebab meja gue kotor, jadi kalau bu Moza marah gue bisa kasih tau siapa yang udah buang-buang sampah di sini," jawab Riona kelewat santai.

"Hapus gak?"

"Lo apaan sih? Ikut campur aja. Hapus."

"Lo belain dia? Oh lo kan bestienya."

"Sama-sama cewek freak."

Kring!!

Bunyi bel masuk terdengar, Riona segera menuju mejanya.

"Gak usah di pungut, biar aja. Paling bu Moza bakal masuk sebentar lagi," ujar Riona pada Diora yang mau membersihkan mejanya.

"Kira-kira gimana ya reaksi bu Moza kalau tau ada pembullyan di sini," gumam Riona.

Teman-teman kelas mereka pun saling tatap dengan perasaan kesal, lalu dengan cepat mereka memunguti sampah yang mereka lempar tadi.

"Makasih," ucap Diora.