Bara baru saja melaksanakan sholat isya, ia hendak keluar kamar untuk makan karena belum makan malam. Ketika keluar, ia bertemu Delista."Bar, mamah mau bicara," ucap Delista mengikuti Bara ke dapur.
"Apa?" tanya Bara mengambil piring.
"Papah kamu tadi telpon, katanya kamu gak angkat telpon dia, kamu juga gak pernah main ke rumahnya lagi. Ada masalah?"
Bara yang hendak menyendok nasi pun terdiam, melihat itu membuat Delista sadar jika ada sesuatu yang tidak ia ketahui.
"Bara sibuk di sekolah," jawab Bara kembali menyendok nasi dan langsung duduk di kursi.
"Kalau papah nelpon jangan di abaikan."
"Hm."
"Besok main ke rumahnya, mungkin papah kamu rindu."
"Lihat besok aja."
"Bar, sebentar aja."
"Mah."
Suara Bara terdengar tegas dan tak senang.
"Bukan karena Bara gak nolak waktu kalian cerai berarti Bara terima. Bara masih coba terima keadaan kita sekarang, tolong jangan buat Bara makin tertekan," katanya sebelum mendorong piringnya dan beranjak pergi ke atas kembali.
Delista terdiam, ia menatap Bara dengan gusar juga pandangan bersalah.
Bara masuk ke dalam kamarnya, ia langsung merebahkan diri dengan hati yang tidak baik-baik saja.
Tidak ada seorang anak pun yang terima jika orang tuanya bercerai. Mau sebaik apapun kehidupannya sekarang, akan selalu ada kata tidak ikhlas di hatinya.
Tok tok
"Bara, papah masuk."
Bara memejamkan matanya, ia tidak tidur, ia tahu jika Raga sudah berada di dekatnya.
"Bara, papah tau kamu belum tidur," ucap Raga memilih duduk di ujung kasur.
Tidak ada pergerakan dari remaja itu, ia tetap berada pada posisinya.
"Mamah begitu karena takut di kira menahan dan menjauhkan kamu dengan papah kamu," ucap Raga lembut
"Mamah cuma mau semuanya terasa adil, gak ada yang tersakiti. Mamah--"
"Bara tersakiti disini," cetus Bara membuat Raga terdiam.
"Dalam perceraian, anak adalah korban paling tersakiti."
"Maafkan kami." Raga menunduk.
Bara mendudukkan tubuhnya dan menatap Raga.
"Bahkan anak papah juga korban," ucapnya membuat Raga semakin merasa bersalah.
"Sudah selama ini, pernah papah nemuin mereka?"
"Mereka pindah, papah gak tau mereka kemana," jawab Raga jujur. "Mungkin mereka sudah hidup lebih baik dari hidup mereka yang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG BARA [TAMAT]
Roman pour Adolescents#TUAN RUMAH GRIANA BEKSA Sang Bara, julukan yang di berikan pada remaja laki-laki bernama Baradatu Khatulistiwa. Ketua dari geng bernama REVIGSA atau singkatan dari Revolusi Griana Beksa. Bara menjadi yang paling di segani dan dia membawa nama Revig...