#TUAN RUMAH GRIANA BEKSA
Sang Bara, julukan yang di berikan pada remaja laki-laki bernama Baradatu Khatulistiwa. Ketua dari geng bernama REVIGSA atau singkatan dari Revolusi Griana Beksa. Bara menjadi yang paling di segani dan dia membawa nama Revig...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bara, kamu jadi pemimpin upacara," ujar bu Moza menunjuk.
"Jangan lah, bu. Kalau jadi pembina upacara baru mau," jawab Bara sebelum berpindah tempat secepat kilat karena bu Moza baru saja melayangkan rotannya.
"Lo jadi pembina upacara bakal kasih amanat apa?" tanya Baron tertawa.
"Suruh semua murid bebas main, bebas bolos, bebas ngerokok, bebas tawuran."
"BARAA!!"
"Hehe, bercanda, bu."
Bu Moza berkacak pinggang, ia menatap seluruh murid kelas 12 IPS 3 dengan garang. Ia di minta langsung oleh wali kelas mereka untuk mengawasi latihan kelas tersebut karena senin depan mereka mendapat giliran sebagai petugas upacara.
"Svarga!" panggil bu Moza lembut. "Kamu ajari temen kamu si Prakash sama Baron untuk latihan jadi pengibar bendera."
"Tangan saya kaku, bu. Gak bisa saya tuh, saya paduan suara aja," kata Baron ikut menolak.
"Gak ada yang nolak. Saya yang memutuskan."
"Bilal, kamu doa. Jeksa, kamu bawa lembar janji siswa."
Jeksa memekik tertahan. "Janji siswa?" tanya Jeksa tak percaya. "Saya gak bisa, bu, saya orangnya suka ingkar."
"Masa yang baca janji siswa untuk ketertiban tapi jadi siswa yang paling gak tertib," timpal Baron tertawa di ikuti teman-temannya.
"Jangan Jeksa, bu. Kasihan, nanti teks janji siswa di ganti jadi janji suci," sambung Prakash terkikik geli.
"Bayangin Jeksa ngucap janji siswa pake mic terus karena nervous dia malah ngeluarin suara kayak tikus," kata Baron terbahak.
"Eh taunya di tiba-tiba dia pingsan pas upacara," ujar Bara ikut tertawa.
"Anying kalian semua," ketus Jeksa.
"KALIAN BISA SERIUS, GAK?" Bu Moza sudah kepalang kesal.
Mereka langsung menutup mulut.
"Anna, kamu jadi pemandu upacara. Gusti, kamu baca UUD. Rio, kamu bawa teks Pancasila. Lela, kamu dirigen paduan suara, selebihnya jadi paduan suara," kata bu Moza telak.
"Lah, ini kita beneran jadi petugas, bu?" tanya Prakash melotot.
"Iya lah. Sana ke posisi masing-masing."
"Bu, jangan lah. Pemimpin biar Gusti, dia ketuanya," ketus Bara tak mau.
"Kalau gitu kamu baca UUD."
"Sama aja. Saya paduan suara aja, bu, suara saya merdu," ujar Bara lagi.
"Sudah. Kamu pemimpin. Sana ke ujung."
"Ya Allah. Jangan, bu, gak bisa saya."
"Katanya ketua geng, jadi pemimpin upacara aja ngeluh. Cemen banget kamu," sinis bu Moza membuat Bara mendelik.