10. MIMPI TAK BERUJUNG.

146 30 1
                                    

"Hari ini kau hebat, Bro!" Puji Neteyam meremas tengkuk belakang adiknya bermaksud memuji sekaligus menjahilinya. Lo'ak dengan panahnya berhasil melumpuhkan 3 lawan sekaligus yang membuat semua anggota Klan Hutan termasuk ayahnya, Jake Sully mengangguk bangga. Perang dingin itu tidak memakan waktu lama, jumlah Klan Hutan yang dipimpin oleh Jake Sully memiliki personil dengan jumlah yang sangat banyak. Sekali hardik semua musuh rata tidak berdaya di atas tanah, seperti itulah gambaran kemenangan Klan Hutan.

Lo'ak tidak membalas sama sekali pujian dari Kakaknya, setelah menaruh pelana Ikran-nya, ia langsung menuju bilik Loomie. Ia mau memberitahukan kejadian tadi bahwa ia membuat rekor baru di dalam hidupnya.

"Neteyam."

Neteyam menoleh ke sumber suara, ia mendapati Thasisk dengan wajah seriusnya. Ia yakin kali ini bukan untuk menegurnya perihal barang-barang yang berantakan. "Ada apa Thasisk?" Ia menelan ludahnya, takut ada hal yang tidak beres.

"Datang ke bilikku." Selesai mengatakan itu, Thasisk meninggalkan Neteyam.

Neteyam memutar bola matanya ke bawah memikirkan kenapa ia harus datang ke bilik Thasisk. Ia rasa ia tidak berbuat salah hari ini atau hari yang lalu. Ia akhirnya berlari kecil menuju bilik Thasisk untuk melihat apa yang sedang menunggunya.

Na'vi lain merayakan kemenangan mereka, ada yang berpelukan dengan keluarganya, ada yang langsung mengangkat panahnya untuk mengajak berpesta setelah gerhana, dan masih banyak lagi euforia Na'vi yang begitu membahana menyambut kemenangan.

Neteyam membuka bilik milik Thasisk dan mendapatkan Tuk sedang kebingungan melihat Loomie yang menangis dalam tidurnya. Ia langsung menghampiri adiknya dan mengelus kepalanya. "Kamu keluar dulu ya."

Tuk segera menuruti perkataan kakak laki-lakinya meninggalkan mereka berdua di dalam bilik tersebut.

Neteyam memposisikan dirinya di tempat Tuk duduk tadi, ia melihat air mata Loomie membasahi pipinya. Ia menggenggam tangan Loomie yang bergetar. "Loomie.." Panggilnya pelan dan mengelus bagian atas ibu jari Loomie. "Loomie.." Panggilnya lagi.

"Jangan pergi, aku mohon." Loomie mengatakan itu dengan nada yang memohon pada seseorang dan terdengar sangat pilu.

"Iya aku tidak akan pergi, aku akan bersamamu di sini." Neteyam menjawab kalimat itu berharap Loomie akan terbangun setelah mendengarnya. Ia menggenggam terus telapak tangan Loomie, tangan itu sangat jelas menggambarkan empunya sangat ketakutan.

Matanya terbuka setelah mendengar kata-kata yang diucapkan Neteyam tadi, ia bergeming melihat wajah di hadapannya. Tangisnya kembali pecah tanpa suara yang membuat nafasnya seperti sesenggukan.

"Hey, aku di sini. Aku tidak akan kemana-mana." Neteyam kembali mengatakan lagi kalimat itu, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi ia merasakan Loomie menangisi dirinya di dalam tidurnya.

Loomie bangkit dari posisinya dan mengalungkan tangannya di tengkuk Neteyam lalu menenggelamkan wajahnya di balik tengkuk itu, ia masih tidak percaya apakah benar di hadapannya ini adalah sosok yang ia tangisi tadi, yang sudah tidak begerak dan tidak berdenyut. Kembali lagi Loomie mengucapkan kalimat yang sama, "Jangan pergi, aku mohon."

Neteyam membalas pelukan itu, ia melingkarkan tangannya di pinggang Loomie yang berdiri di hadapanya dan mengelus punggungnya pelan. Ia merasakan betapa takutnya tubuh itu, "Aku janji."

Pelukan itu berlangsung lama sampai tangis Loomie mereda, ia masih dengan posisi yang sama hanya saja ia melonggarkan pelukan itu. Ia menatap mata Neteyam yang menatap khawatir wajahnya. Jari tangan Loomie seperti memiliki kehendak sendiri, jari itu menyelipkan rambut milik Neteyam ke belakang daun telinganya memperlihatkan secara utuh wajah Neteyam. Lalu, jari itu menyusuri corak garis biru muda di wajah Neteyam, ia memastikan corak garis itu milik pemilik hatinya. Ia harus memastikan itu bukan mimpinya.

BLOOMIE (NAVI X SKYPEOPLE) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang