Assalamu'alaikum ...
Part ini mengandung sesuatu yang bisa bikin senyum nggak hilang-hilang, loh. Jadi hati-hati, ya ... hehe
--------------------------
Happy Reading 🌾Laila berdiri di depan bingkai jendela. Menatap sisa gerimis yang masih terjatuh perlahan. Beberapa kali tangannya mengarahkan tisu pada sudut matanya. Mengusap sesuatu yang basah di sana.
Perlahan tatapannya turun pada cincin bermata hijau di jari manisnya. Cincin yang tadi disemat langsung oleh pria yang kini sudah sah menjadi imamnya. Sekali lagi, bulir bening jatuh di punggung tangan berhena itu.
Laila yang memang tidak pernah berias itu kini terlihat sangat cantik. Bahasa kejawennya manglingi. Dia memilih kebaya berwarna coksu, dengan beberapa payet di bagian pergelangan tangannya. Karena memang warna itu yang cocok untuk kulitnya yang tidak terlalu cerah.
Pasmina syar'i berwarna sedikit lebih cerah dari busananya terlilit sempurna di kepala gadis manis itu. Tak lupa satu tiara kecil juga terhias di sana. Laila juga sengaja meminta sang MUA untuk sedikit memanjangkan kerudungnya agar menutupi dada karena tak ingin menjadi perhatian jika lekuk tubuhnya terlalu terlihat.
Pengantin baru rasanya kurang sah tanpa sanggul melati. Akan tetapi, Laila yang memilih busana sopan untuk busana pengantinnya, mengganti sanggul melatinya dengan selendang melati. Baru kali ini ada pengantin yang berselendangkan bunga melati di desanya. Biasanya melati itu akan menjadi sasaran teman-temannya yang masih jomblo untuk diprotoli satu persatu. Para ibu-ibu tetangga yang punya anak gadis dan belum ada calon juga kadang tak mau kalah mengambilnya. Hanya demi sebuah mitos bahwa melati atau kantil yang dipakai pengantin baru bisa mempercepat datangnya jodoh bagi mereka yang belum ada hilal jodohnya. Dan Laila tak ingin moment seperti itu terlewatkan.
Selendang melatinya sudah sedikit tak berbentuk. Bagian pucuknya juga sudah banyak yang hilang. Seharusnya selendang itu masih bisa dia pakai nanti saat resepsi, tapi sepertinya tidak mungkin lagi.
Laila meminta akad digelar di rumah neneknya. Sementara resepsi bisa menyusul kemudian. Karena Laila sudah tidak mempunyai keluarga dekat lagi, jadi semuanya tergantung pada pihak laki-laki.
Beruntung pihak lelaki menyetujui permintaan Laila. Mereka memilih untuk mengadakan resepsi besok lusanya dan memberi waktu bagi Laila dan suaminya untuk menghabiskan waktu sejenak di rumah sang nenek.
Netra gadis mungil itu menyisir ruangan yang sudah terhias tak kalah cantik. Tak banyak kado yang dia dapat, karena memang di desa itu Laila jarang punya teman. Hanya satu dua orang yang rumahnya cukup berdekatan dengan rumah neneknya. Sementara teman-teman dari pesantren menitip pesan pada Mbak Tun bahwa akan menunggunya di sana.
Beberapa kotak seserahan dari mempelai pria teronggok di atas dipan kayu. Seperangkat alat sholat, sepaket skincare, beberapa potong kain, sepasang sandal, lima buah buku yang beberapa waktu lalu memang sempat dia pinta, beberapa kotak kue tart bertuliskan namanya dan nama suaminya, serta satu kotak lainnya yang mencuri perhatiannya. Satu kotak itu berada terpisah dari kotak-kotak yang lain. Mbak Tun meletakkannya di atas tolet minimalisnya tadi sambil berkata "ini yang spesial."
Laila melangkah ke arah tolet, menengok sebentar pada isi dalam kotak kaca itu, sebelum akhirnya ia pun mengambil dan memangkunya. Sebuah alquran berwarna cokelat dengan lapisan warna emas di setiap ukiran kaligrafinya. Alquran yang sepertinya cukup berbeda dengan yang biasa ada di Indonesia. Di sampingnya ada tasbih berwarna hijau dari batu giok. Butirannya terdiri dari 33 butir. Seketika bibirnya melengkung. Ah ... nyatanya pria itu masih mengingat perbincangan mereka dahulu.
"Apa yang paling diinginkan Mbak Cahaya semisal diberi kado oleh orang lain?"
"Tasbih berwarna hijau."
"Kenapa harus tasbih?"
"Karena ..
Sebagian PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN KEPENERBITAN🙏
- (END) -
Alhamdulillah, akhirnya sampai di penghujung juga setelah hampir dua tahun lamanya cerita ini slow up, hehe ... Di wattpad segini dulu, ya. Di buku insyaAllah pasti akan ada tambahan lainnya. Termasuk bagaimana bisa Laila memutuskan untuk menerima lamaran Gus Faqih.
Sementara yang sudah masuk waiting list di saya sudah 25 orang. Kalau ada 50 orang saja yang ikutan PO, insyaAllah "RIH" ini akan launching dalam bentuk cetak secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Itu Hujan༊*·˚
Teen FictionKenapa memilih bertahan? Karena rasa yang diberi Tuhan tak perlu dengan alasan. (Laila - Faqih)