☔'15

331 67 7
                                    

Happy Reading 🌵
-----------------

"Gimana? Sudah pas?" tanya Kyai Mushab di sela-sela sarapan.

Gus Faqih menghentikan kunyahannya. Ia belum bisa memberikan jawaban. Istikhoro yang dia lakukan pun sepertinya belum berpihak padanya.

"Ndak enak kalau membuat Kyai Makruf terlalu lama menunggu, Le! Kalau kamu memang mau, ya ... segera dijawab. Kalau ndak, ya juga bilang. Jangan diem!" Nyai Zainab menimpali.

"Enggeh, Mi! Nanti Faqih kasih jawaban, insyaallah."

"Nanti kapan?" kejar Nyai Zainab.

"Insyaallah dua hari lagi."

"Atau masih ada yang kamu tunggu?"

Laki-laki paruh baya di depannya bertanya lagi. Kali ini tanpa menatapnya.

"Hasil istikhoro Faqih belum keluar."

"Hallah, kayak ujian aja kamu, Le! Pakek belum keluar segala hasilnya."

Gus Faqih dan sang abah tersenyum mendengar ucapan satu-satunya wanita di meja makan pagi ini.

Rih︠

Sepanjang perjalanan menuju Pesantren At-Taufiq, Gus Faqih banyak bercerita dengan Abdul. Bahkan kadang mereka mengurai tawa bersama hanya karena cerita Abdul yang konyol. Hingga ponsel di tangannya bergetar. Ada sebuah pesan masuk.

Gus Faqih tampak ragu untuk menjawabnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gus Faqih tampak ragu untuk menjawabnya. Ia melempar pandangan ke sisi jalan, sebelum akhirnya mengetikkan balasan untuk Nuri.

 Ia melempar pandangan ke sisi jalan, sebelum akhirnya mengetikkan balasan untuk Nuri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rih︠


Nuri menunjukkan balasan Gus Faqih pada Sarah dengan menutup nama dan gambar profil di atasnya. Dia bukannya sedih mendapat balasan yang seperti itu, senyumnya malah merekah. Berbeda dengan Sarah yang mulai memanyunkan bibirnya. Hilang sudah harapannya ingin tahu calon dari sepupunya itu.

 Hilang sudah harapannya ingin tahu calon dari sepupunya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rindu Itu Hujan༊*·˚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang