Twenty Seven | Seacht is fiche

5K 594 65
                                    

Bara Ruth

"Aku lapaaaarrr!!!", kesah Niall sambil memejamkan matanya. Aku memutar mataku, dan tertawa kecil.

"Sabarlah, potato head. Ini masih macet, aku berjanji akan traktir kamu deh.", balasku. Niall menoleh kearahku dengan pandangan penuh bahagia.

"Sungguh!? Wah, terimakasih Bara! Kalau bisa di McDonald's ya! Aku nanti mau pesan double cheese burger 2, pepsi 2, french fri—"

"Um, gak jadi deh. Aku lupa kamu makannya banyak sekali.", ucapku, menggodanya. Niall pun menghela napas, sedih karena tidak jadi ditraktir. Oh, lihat. Wajahnya lucu sekali.

"Ya sudah lah, nggak apa apa kok..", ucap Niall sedih. Aku pun tertawa, dan mencubit pipinya yang gemuk itu. Aku bisa lihat Niall menahan senyumannya, karena dia ingin terlihat cemberut. Tapi dia gagal.

"Bercanda, Horan. Aku tetap traktir kamu, tenang saja.", sambungku. Niall pun melepas senyumannya, senyuman manisnya. Setelah itu, hanya suara musik dari radio yang memenuhi mobilku. Aku pun bernapas lega karena mobil sudah mulai berjalan, dan aku memutar kemudi ke kanan, menuju McDonald's.

"Bara, saat aku di Irlandia, aku sedih sekali melihat ayahku. Tapi, aku mencoba merelakannya. Lagipula, ayahku bahagia diatas sana, kan?", gumam Niall, ia menautkan jari jarinya. Ia masih terlihat sedih atas kepergian ayahnya. Well, siapa yang tidak sedih ditinggal orang yang paling dicinta?

"Tentu saja. Ayahmu aman di perlindungan Tuhan.", balasku, dan tersenyum kearahnya. Niall mengangguk, dan tersenyum.

"Bara! Sudah dekat belum? Perutku udah demo, nih!", ucapnya.

"Sabar, potato head. S a b a r.", ucapku, mengeja kata akhir. Niall menghembuskan napas, dan ia bermain game di hpnya. Setelah sampai, aku memarkirkan mobilku.

"Sudah sampai? Hore!", teriak Niall. Sungguh, dia seperti anak kecil yang akan mendapatkan mainan barunya. Aku pun membuka kunci, dan kami keluar bersamaan. Kami berjalan memasuki restoran cepat saji ini, dan memesan makanan. Aku duduk berhadapan dengan Niall. Niall menunggu makanannya dengan tidak sabar, terlihat jelas di wajahnya. Mengapa wajahnya sangat lucu? Aku ingin mencubit pipinya!

Aku menyeruput pepsi ku, dan memainkan hpku, begitupun juga Niall.

"Niall? Kau disini?", ucap seseorang. Oh, tidak. Suara ini...

Desjardin.

Dasar, penghancur suasana!

Niall memandang Desjardin dengan getir, sama seperti waktu itu. Desjardin tersenyum kearah Niall, dan melihatku dengan pandangan 'sedang apa kau disini?'.

"Oops, kalian lagi nge-date ya? Maaf menghancurkan suasana kalian.", ucap Des dengan seringai licik. Damn it.

"Aku rasa aku sudah tidak lapar lagi, Bara Ruth. Ayo, kita pergi saja.", ucap Niall buru-buru sambil berdiri, dan menggaet tanganku dengan cepat. Aku tidak lupa membawa pepsiku.

"Bagaimana dengan makanannya, Niall?", tanyaku.

"Lupakan itu.", geram Niall.

"Eh? Sudah mau pergi saja?", tanya Des.

"Tidak penting bagimu!", ucap Niall, dan menggeretku keluar. Aku melihat kebelakang, dan melihat Des mengikuti kami. Apa yang diinginkannya, sih!?

"Bukannya kita teman, Niall? Seharusnya kau bahagia melihatku, bukan malah kabur.", ucap Des. Orang orang disini melihat kami dengan pandangan aneh, dan ini sangat memalukan sekali. Seketika, aku merasakan tangan Niall mulai dingin, dan berkeringat dingin pula. Sialan! Aku melihat kearah saku jeans nya, dan tidak melihat bentuk inhaler. Pasti ia tinggal di tasnya. Aku pun melepas tangan Niall, dan menghadap Desjardin dengan penuh keberanian.

"Oh, hai, Bara Ruth. Kau ma---"

BYUR

Aku menyiram Des dengan pepsiku. Sebenarnya sayang sih, tapi mau bagaimana lagi? This little brat is so annoying! Terdengar suara terkejut dari orang orang disini, begitupun juga Des. Baju nya basah, dan beberapa rambutnya ikut basah.

"Kau pantas mendapatkannya, brat.", desisku, dan keluar bersama Niall. Kami segera masuk mobil, dan aku segera meninggalkan McDonald's. Niall dengan cepat meraih tasnya, lalu mengambil inhalernya. Ia segera meletakkannya didalam mulutnya, dan menekan inhaler. Aku menghela napas panjang, dan menggelengkan kepalaku. Gara-gara Desjardin, Niall seperti ini. Setelah menekan inhaler beberapa kali, Niall akhirnya meletakkan inhaler di sakunya.

"Sudah baikan?", gumamku. Niall hanya mengangguk, dan ia menopangkan kepalanya di tangannya. Lalu, ia tertawa, terbahak bahak.

"Aku sedari tadi menahan tawa! Ekspresimu saat mengguyurnya dengan pepsimu sangat lucu! Seharusnya aku memfotomu!", pekik Niall dan tertawa lagi.

Aku menggelengkan kepalaku dan ikut tertawa dengannya.

"Jadi, ini kemana?", tanyaku, dan memberhentikan mobil karena lampu merah.

"Aku ingin pulang, makanannya delivery saja deh.", gumam Niall. Aku mengangguk, dan kami pun kembali kerumah Niall.

[]

"Home sweet home!", ucap Niall saat ia menyalakan lampu rumahnya. Aku meletakkan tas Niall di kursi, dan duduk disebelahnya. Niall juga duduk disebelahku, dan menekan tombol tombol di hpnya, dan ia meletakannya di telinganya.

"Aku menelepon pizza, kau mau apa?", tanya nya.

"Lasagna saja deh. Pizza nya terserah kamu.", balasku sambil mengganti channel tv. Niall mengangguk, dan tak lama kemudian ia mulai berbicara.

"Usahakan cepat ya!", pekik Niall. Aku tertawa kecil. Dia lucu sekali! Kami pun menonton tv, dan tak lama kemudian pizza nya datang. Niall membayarnya, dan kami pun makan.

"Enak sekali!", gumam Niall, mulutnya penuh dengan makanan.

"Jangan berbicara saat mulutmu penuh!", ucapku, dan memasukkan lasagna kedalam mulutku. Niall mengangguk cepat, dan makan dengan lahap.

Setelah makan, kami pun kembali menonton tv. Lalu, aku melihat jam, dan aku harus segera pulang. Sebelum menjemput Niall, Ashley memintaku untuk pulang tidak terlalu larut.

"Tá mé ag sásta ar chor ar bith!", ucap Niall. (Aku kenyang sekali!)

"Huh?", tanyaku kebingungan.

"Aku kenyang sekali, Bara Ruth.", balas Niall dengan senyuman lebarnya.

"Oh.", gumamku, dan membalas senyumannya.

"Eh, aku pulang ya. Ashley memintaku untuk pulang tidak terlalu larut.", ucapku, sambil berdiri. Niall ikut berdiri,

"Baiklah. Lagipula aku juga mau membereskan barang barangku.", balas Niall, dan ia menatapku. Aku menatapnya, dan melihat mata biru mudanya yang indah itu.

"Terimakasih ya, Bara Ruth.", bisik Niall, dan ia memelukku erat. Aku pun membalas pelukannya yang sangat hangat itu.

Oh, man. Peluk aku selamanya.

[]

A/N : Here's the update! Vote and comments (:

Happy fasting all!

Irish Boy | Niall Horan [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang