Eighteen | Ocht Déag

6.3K 552 25
                                    

Bara Ruth

 

 

Desjardin Young pun menjadi anggota Drama. Bersamaku dan Niall. Mengapa bisa terjadi seperti ini? Bagaimana perasaan Niall? Aku melirik kearah Niall yang tercengang atas keputusan Mrs. Lely, memilih Des untuk bermain Drama. Jangan berpengaruh pada paru-parunya, kumohon.

“Baiklah, bagi murid yang tidak diterima menjadi anggota Drama, berkumpul dibelakang panggung! Dan yang terpilih, tetap disini.”, ucap Mrs. Lely dengan santai dan menepuk-tepuk kertas naskah yang sudah digulung menjadi bulat di telapak tangan kirinya. Lantas, para murid gagal pun langsung berjalan menuruni tangga, menuju kebelakang panggung. Aku mendengar beberapa murid yang kecewa, bahkan berkata kotor. Beberapa murid lainnya pasrah dan menerima kenyataan.

Sekarang, tersisa kami yang lolos dalam audisi. Des berdiri disebelahku, dan Niall berdiri disebelahku juga [bagian kanan]. Aku menautkan tanganku ke tangan Niall, dan ia tak meresponnya. Tangannya dingin. Jangan sampai paru-parunya kambuh, kumohon.

“Selamat, para murid yang lolos! Kalian sudah menjadi anggota Drama untuk pelepasan tahun senior nanti. Jangan senang dulu, karena kalian akan para juri, termasuk aku, menentukan dimana posisi yang tepat untuk peran kalian. Jadi, selamat! Kalian diperbolehkan pulang, dan besok kumohon latihan sehabis pulang sekolah.”, ucap Mrs. Lely dengan bangga, kepala mendongak kearah kami dengan senyuman lebar itu. Aku tidak tahu itu senyuman palsu atau senyuman asli.

Kami pun bubar, dan dengan cepat aku menggeret Niall turun dari panggung. Lalu, aku berlari keluar aula dengan tetap menggeret Niall, dan akhirnya kami sampai di tempat kelas kosong. Aku mendorong Niall masuk, dan aku menutup pintu. Niall menggeram keras, dan mulai menendangi meja dan kursi. Ia meluapkan seluruh amarahnya kearah meja dan kursi itu. Aku bersandar di pintu, dan melipat kedua tanganku didepan dada.

“Sial” Niall menendang kursi.

“Keparat!” Niall menendang meja.

“SIAL!” Teriak Niall, lalu melempar penghapus papan tulis kearah papan tulis itu sendiri. Aku hanya bisa melihatnya, dan menunggunya sampai emosinya keluar sampai habis. Sampai tuntas.

Niall berhenti beberapa saat, dan ia berteriak frustasi, dan melepas poster bergambar peta Negara Inggris. Niall duduk di kursi yang tidak sempat ia tendang, dan mulai menundukkan kepalanya ke meja didepannya. Aku menghela napas, dan berjalan mendekatinya.

“Kau sudah puas?”, tanyaku pelan, dan duduk didepannya. Aku mendengar suara isakan, dan aku pun mengetahui bahwa Niall menangis. Ia menangis karena ia harus bertemu kembali bersama Desjardin yang merupakan masa buruknya itu.

“Kenapa harus dia!? Kenapa tidak murid lainnya!? Aku yakin ada murid lain yang jauh lebih baik daripada dia!”, teriak Niall. Ia mengangkat kepalanya, dan aku melihat kedua mata biru yang berair, pipi yang berwarna merah karena amarah.

Aku menghela napas, dan hanya bisa melihat kearah Niall yang sedang kesal itu.

“Harusnya aku tidak mengajakmu untuk ikut audisi Drama itu.”, geram Niall. Jadi, dia menyesal? Aku tetap diam, dan menggoyangkan kakiku kedepan, dan mundur secara bergantian. Jika aku ingin berkata sesuatu, aku harus berkata apa? Di depanku terdapat pemuda yang mantan perokok dan kini menjadi pemuda sekarat.

“Aku ingin keluar dari Drama itu.”, gumam Niall setelah beberapa saat. Aku menoleh kearahnya, dan menaikkan salah satu alis mataku.

“Sungguh? Dengar, anggap saja Des itu murid biasa, murid baru yang tak kau kenal sama sekali! Anggap saja Des itu murid yang tidak tahu apapun tentang kau, Niall.”, ucapku. Niall menoleh kearahku, dan menggigit bibirnya.

“Apakah harus?”, tanya Niall.

“Ya, itu harus.”, balasku.

“Kenapa harus?”, tanya Niall kembali.

“Karena jika tidak, kau bisa saja menjadi gila atas keterlibatan Des di Drama ini.”, balasku singkat. Niall menghela napas, dan menunduk. Ia melihat sepatuku, dan aku melihat kearah wajahnya yang masih berwarna merah itu.

“Baiklah.”, gumam Niall. Aku tersenyum lebar, dan mengangguk.

“Itu baru sahabatku!”, ucapku girang, dan Niall pun tersenyum kecil. Aku berdiri dari kursi, dan Niall mengikuti gerakanku.

Lalu, saat kami akan keluar dari kelas, pintu kelas terbuka. Des berdiri di ujung ruangan, dan ia pun melihat kearahku dengan terkejut.

Oh, sial.

Pandangan Des pun mendarat kearah Niall yang juga melihat kearah Des, dan raut wajah Des berubah.

“Leprechaun?”

                                                                        {}

A/N : HI GUYS! Maaf nunggu lama, aku kemarin liburan lelz jadi gabawa laptop. Kalo mau nulis di hp males ngetiknya. Jadi, tadi abis pulang langsung buka laptop, dan nulis lagi deh!

 

Oh ya, ada beberapa yang baca ceritaku yang Fame sama The Youtubers? Well, aku udah edit prolognya, [baru prolognya lelz]. Jadi lebih jelas, lebih dimengerti gitu deh.

 

Btw, NEW COVER! WHAT DO U THINK? GOOD OR NAH???

 

Pict Desjardin Young on the multimedia ----->

 

v.c.f

 

-Tita.x

Irish Boy | Niall Horan [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang