Nineteen | Naoi Déag

6.2K 616 54
                                    

Listen the song on the multimedia! Adding more feels for this chapter! :D

 

Bara Ruth

 

 

“Leprechaun?”

 

Itulah ucapan yang keluar dari mulut Des setelah melihat Niall. Sama sepertiku, Des memandang Niall dengan pandangan tidak percaya. Setelah beberapa lama keheningan diantara kami, Des pun tertawa. Tertawa lepas.

“Leprechaun, serius? Aku bertemu denganmu lagi, akhirnya!”, ucap Des, dan menghapus air mata yang keluar dari matanya karena tertawa terbahak-bahak. Niall hanya diam, dan memandang Des dengan getir. Aku memegang tangan Niall, dan merasakan temperatur tubuhnya dingin.

Jangan sekarang, paru-paru sialan.

Niall menggenggam tanganku sangat erat, dan keringat dingin mengucuri tangannya. Aku melihat kearah wajah Niall yang menahan emosi itu. Pandangannya sangat getir. Siapa sih, yang tidak getir saat melihat masa buruknya datang kembali? Jika aku menjadi Niall, mungkin aku sudah mati dengan sesak luar biasa.

“Bisa dibilang, aku merindukanmu, Ni.”, ucap Des dengan nada serius. Niall semakin mempererat genggamannya, dan menghela napas dengan cepat.

“D-Des....”, ucap Niall terbata-bata. Des tersenyum, dan berjalan mendekat. Niall segera merespon dengan melepaskan tangannya dariku, dan mengacungkan jari telunjuknya kearah Des. Des terhenti di tengah kelas, kebingungan. Niall menatap Des dengan tajam, dan bahkan telunjuknya bergetar.

“Jangan coba-coba mendekatiku...”, ancam Niall. Napas Niall sudah terengah-engah, dan aku menyadari bahwa Niall sudah sesak. Hanya saja, Niall berusaha untuk tidak menunjukkan penyakitnya terhadap Des.

“Kau kenapa, Niall? Kulihat, kau berubah..”, gumam Des, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Des terlihat sangat tenang saat bertemu Niall, dan Niall terlihat sangat terancam saat bertemu Des.

“Jika aku berubah, bukan urusanmu. Keluar dari sini!”, sentak Niall. Aku dan Des sedikit terkejut atas teriakan Niall, dan jujur saja, aku baru melihat Niall semarah ini. Maksudku, ia selalu riang di sekitarku. Pernah aku berpikir bahwa Niall itu tidak punya sifat marah.

“Ayolah, Leprechaun. Meng---“

“Jangan panggil aku Leprechaun! Kau tidak pantas memanggilku seperti itu!”, sentak Niall, memotong perkataan Des. Des menghela napas, dan menutup matanya. Niall perlahan menurunkan jari telunjuknya, dan tangannya pun berada di sebelah tubuhnya. Niall masih bernapas dengan cepat, ini buruk.

Jika terlalu lama, habislah dia.

“Kau berpacaran dengan Bara?”, tanya Des tiba-tiba. Aku membelalakkan mataku, dan menggelengkan kepalaku dengan cepat.

“Ya.”, balas Niall dingin. Aku menatap Niall dengan pandangan tidak percaya, dan Des tertawa kecil. Kurasa Des tidak melihat gelengan kepalaku.

Irish Boy | Niall Horan [au]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang