Bara Ruth
Aku berjalan menjauhi Ansel dengan secepat mungkin. Aku masih tidak mau berbicara dengannya atas kejadian tersebut. Kau bisa menyebutnya semacam trauma. Aku berjalan, mencari loker Niall.
Ah, dia tepat berada di depan lokernya! Aku berjalan kearahnya, dan Niall menyadariku yang sedang berjalan kearahnya. Niall menutup pintu lokernya, dan menatapku keheranan. Aku menaikkan salah satu alis mataku,
“Bara Ruth? Cad é atá tú anseo?”, ucap Niall dengan nada bingung. (Sedang apa kau disini?)
Aku memutar mataku, dan melipat kedua tanganku di depan dadaku.
“Terserah apa yang kau katakan. Kau tadi bilang bahwa kau mau mengantarkanku pulang, kan?”, ucapku, lalu mengembungkan permen karet yang ku-kunyah ini. Niall mengangguk dengan pelan, dan aku menjetikkan jariku.
“Aku menerima tawaranmu, Horan.”, sambungku, lalu Niall pun menyunggingkan senyuman ala Goofy nya itu. Niall mengunci pintu lokernya, dan mendekatiku. Aku tetap mengembungkan permet karetku yang sudah tidak ada rasanya ini, dan melihat Niall yang menghembuskan napas dalam-dalam.
“Kau tidak pulang bersama... Kau tahu, Ansel?”, gumam Niall, lalu berjalan menjauhiku. Aku menoleh kearahnya dengan pandangan aneh, dan mengejarnya yang berjalan mendahuluiku. Aku memegang pundak Niall, dan menghentikan jalannya.
“Tidak. Kau tidak ingat? Aku mempunyai masalah dengannya, dan aku belum mau berbicara dengannya.”, ucapku, melihat perubahan ekspresi Niall. Niall mengangguk, dan Niall mengacungkan ibu jarinya tepat di depan mataku.
“Baiklah, akan kuantar kau pulang, Bara Ruth.”, ucap Niall. Aku tertawa kecil, dan melihat kearah samping kiriku. Terdapat Ansel dan Bree yang sedang berbicara, dan lalu Bree tertawa. Aku mendengus jijik, dan menggeret tangan Niall untuk segera keluar dari gedung sekolah, dan sekaligus segera menjauhi Ansel dan Bree itu.
“Hey, Bara Ruth! Itu sakit!”, erang Niall saat aku menggeret tangan kanannya untuk keluar. Aku tidak menggubrisnya, dan tetap menggeretnya sampai keluar sekolah. Yang penting, aku tidak melihat Bree dan Ansel itu.
{}
Kami sampai di depan rumahku. Niall mematikan mesin mobilnya, dan aku menoleh kearah Niall yang sudah menoleh kearahku juga. Niall tersenyum, begitupun juga aku. Saat aku ingin berterimakasih kepadanya, sebuah pesan teks masuk di handphoneku.
From : Ashley
Bara, malam ini aku menginap di rumah temanku. Makanan sudah kusiapkan di meja makan. Aku akan pulang besok jam enam pagi, sekedar mengingatkanmu saja. Kunci rumah kuletakkan di bawah keset.
Aku menatap isi pesan teks Ashley dengan pandangan beku. Berarti aku sendirian di rumah!? Oh tidak. Aku yakin aku akan menjerit semalaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irish Boy | Niall Horan [au]
FanfictionI love him, He loves me. I'm a British, He's an Irish. Copyright -peppermint [amazing cover by : rifdasH] ON GOING