Bara Ruth
"Bara! Untung kamu datang pagi sekali hari ini!", pekik Nikki saat aku masuk kedalam kelas. Huh? Ada apa memangnya?
"Ken---"
"Bara, aku pinjam buku tugasmu dong! Aku lupa belum mengerjakan tugasnya, apalagi nanti gurunya menakutkan...", gumam Nikki sambil melihat sekeliling. Aku memutar mataku dan menghembuskan napas panjang. Nikki sering sekali meminjam buku tugasku. Apa yang ia lakukan dirumah?
"Ayo dong, Bara. Sekali ini saja, ya?", pinta Nikki dengan mata memelasnya. Aku membuka tasku, dan memberikan buku tugasku ke Nikki. Nikki terlihat bahagia sekali, dan ia pun duduk didepanku, segera mengerjakan tugas.
"Oh, omong-omong, Niall sudah pulang?", tanya Nikki tanpa menoleh kearahku.
"Sudah, memangnya kenapa?", tanyaku, sambil membolak-balikkan halaman novelku.
"Apa aku sudah terlihat cantik?", sergap Nikki sambil menoleh kearahku dengan cepat. Aku terkejut, dan tertawa kecil.
"Kau sudah menyiapkannya dari rumah ya?", gumamku. Nikki tertawa kecil dan kembali mengerjakan tugas dengan cepat. Aku melihat anak-anak mulai berdatangan, dan aku masih belum melihat Niall. Biasanya dia sudah datang, aneh sekali. Lalu, handphoneku bergetar disaku celana jeansku. Aku segera melihatnya, dan ada pesan dari Niall.
From : Niall Horan
Bara! Kelihatannya aku akan terlambat, karena mesin mobilku tidak mau menyala! Bagaimana ini!?
Aku pun menepuk dahiku dengan pelan, mengapa terjadi disaat seperti ini, sih?
To : Niall Horan
What? Naik bus saja! Beberapa menit lagi bel dibunyikan!
Aku segera mengirim pesanku ke Niall, dan berharap si potato head itu cepat-cepat mencari bus. Aku ikut gelisah dibuatnya, sial.
"Bara, terima kasih ya! Kamu baru saja menyelamatkanku dari guru menakutkan itu.", ucap Nikki, lega karena tugasnya sudah selesai.
"Kamu dirumah ngapain saja sih, Nikki? Kamu sering tidak mengerjakan tugas.", gerutuku.
"Aku lupa jika ada tugas.", cengir Nikki sambil menaikkan tangan pertanda damai. Aku memutar mataku, dan memasukkan bukuku kedalam tas. Aku melihat jam, dan menunjukkan bahwa 10 menit lagi bel akan dibunyikan. Aduh, Niall seharusnya sudah naik bus!
"Selamat pagi, Bara Ruth.", ucap seseorang yang paling kubenci. Siapa lagi kalau bukan Desjardin? Aku memandangnya dengan sinis, dan Des tersenyum licik.
"Aku hanya ingin mengingatkanmu, sepulang sekolah nanti berkumpul di aula, ya. Kita latihan drama.", ucapnya dengan nada sinis. Aku hanya mengangguk, dan Nikki pun menatapku dengan pandangan bingung.
"Baiklah, sampaikan salamku ke Niall, ya. Katakan bahwa aku menyayanginya. Sampai bertemu nanti, Ruth.", ucap Des dengan bangga dan ia berjalan keluar kelas. Aku sesak napas karena keberadaannya.
"Dia siapa sih, Bara? Kok kamu kelihatannya membencinya...", gumam Nikki.
"Dia Desjardin Young. Dia memang pantas untuk dibenci,sih.", balasku, tiba-tiba kehilangan mood untuk berbicara kesiapapun. Kulihat Nikki mengangguk,
"Aku tidak suka dia. Dia terlihat jahat sekali.", ketus Nikki. Aku hanya diam sambil memutar mutar jariku di meja.
Lalu, bel pun dibunyikan. Aku terkesiap, dan segera memasukkan novelku kedalam tas. Semua anak berhamburan ke bangkunya. Sial, Niall belum datang! Dan tanpa kuduga, pintu terbuka dan masuklah Niall dengan keringat bercucuran. Niall segera duduk dibangkunya, dan aku melihatnya dengan pandangan aneh. Ia melihatku, dan menyengir.
"Idiot.", gumamku sambil tersenyum lebar. Dan guru pun masuk kedalam kelas.
{}
Aku dan Niall berjalan menuju aula. Aku sudah menceritakan semua yang terjadi diantara aku dan Des pagi tadi, dan Niall hanya diam. Niall disebelahku sambil memakan rotinya, dan ditangan satunya lagi ada gelas berisi ice tea. Aku memandangnya kecut.
"Kau tahu, makan sambil minum dengan jalan itu menjijikkan.", gumamku. Niall menyeruput minumannya, dan bersendawa. Aku tertawa kecil, dan memukul lengannya dengan pelan sambil berkata 'Kau menjijikkan!'.
"Waktunya sudah mepet sekali tadi, dan perutku lapar. Kau tahu apa yang terjadi padaku jika aku lapar, bukan?", ucap Niall dan kembali melahap potongan terakhir rotinya.
"Ya, aku tahu. Kau akan menjadi sangat menyebalkan dan meronta-ronta untuk makan.", gumamku. Kami pun kembali diam, dan hanya suara sepatu yang mengisi telinga kami. Kami pun memasuki aula, dan sudah ada Mrs. Lely diatas panggung, mengarahkan petugas untuk meletakkan barang yang diperlukan di latihan ini. Kami berjalan kebelakang panggung, dan duduk.
"Hai Bara, hai Niall!", sapa Matt, yang menjadi teman mainku di drama nanti. Aku membalas sapaannya, begitupun juga Niall. Matt duduk disebelahku, dan tersenyum kearah kami.
"Kalian terlihat seperti pasangan kekasih, apa memang benar?", tanya Matt. Aku tertawa kecil sambil menggelengkan kepalaku.
"Tidak, kami hanya.. Um, sahabat!", tukasku, dan mendengar Niall tertawa kecil disebelahku. Matt mengangguk, mulutnya membentuk O.
"Apa kau sudah menghafal dialog dramanya, Bara?", tanya Matt. Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Tentu saja sudah, Matt.", jawabku. Lalu, terlihat Des yang berjalan mendekati kami dengan senyuman liciknya itu.
"Hai Niall.", sapa Des. Wow, aku dan Matt seakan-akan tidak ada didunia ini. Niall menegang karena kehadiran Des, dan terlihat dari mimik wajahnya Niall seakan ingin pergi dari tempat ini.
"Niall, kau sudah siap? Kita akan bermain drama bersama.", ucap Des, menekan kata 'bersama'. Aku memandang Des dengan dingin, dan berharap dia akan ditelan bumi dan menghilang dari kehidupan Niall.
"Sangat sangat siap.", desis Niall. Tentu saja dia siap, tapi Niall tidak siap bersama Des. Des menggumamkan 'Baiklah', dan ia pun berjalan tepat didepan Niall. Niall pun menggaet tanganku,
"Bara, temani aku beli roti, aku lapar.", ucap Niall dengan cepat.
"Whoa, mau kemana, leprechaun?", tanya Des dengan seringaian liciknya. Aku dapat melihat Matt kebingungan melihat lagak kami terhadap Des.
Des menyentuh tangan Niall, dan dengan segera Niall menarik tangannya.
"Jangan sentuh aku, brengsek.", geram Niall, dan sedikit mendorong Des menjauh kearahnya. Des mundur beberapa langkah, dan bertingkah seperti kaget.
"Kau berubah sekali, Niall. Terakhir aku melihatmu, kau tidak berani mengatakan hal seperti itu kepadaku. Tapi, sekarang kau berani.", ucap Des, berpura-pura sedih. Damn it.
"Oh iya, Niall. Apa kau ingat cewek yang selalu kau bicarakan kepadaku dulu?", pekik Des. Aku pun membeku ditempatku, begitupun juga Niall.
"Tidak Des, apa yang kau b-bicarakan?", tanya Niall. Wajahnya menjadi gugup. Apa ada sesuatu yang disembunyikan Niall?
"Camilla Retcher, ingat? Camilla ingin bertemu kembali denganmu Niall! Katanya, ia ingin mengajakmu jalan-jalan.", ucap Des. Aku semakin bingung dibuatnya. Siapa Camilla Retcher yang dibicarakan Des?
"B-bukankah Camilla sudah... Meninggal?", gumam Niall.
"Tidak, Niall. Camilla selamat pada kecelakaan itu, dan ia pun tinggal di London, tapi berbeda sekolah.", ucap Des.
"A-apa?", ucap Niall, tidak menyangka. Camilla dan Niall mempunyai hubungan?
"Oh, dia mengatakan sesuatu kepadaku. Camilla rindu kepadamu Niall.", ucap Des dengan senyuman liciknya.
"Des—"
"Dia juga berkata bahwa ia mencintaimu, Niall. Kau dulu dengan Camilla dekat sekali katanya.", potong Des, dan tersenyum licik kearahku.
Siapa Camilla Retcher dan apa hubungan Camilla dengan Niall!?
[]
Biar gregedh ((((((:
All the love, T.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irish Boy | Niall Horan [au]
FanfictionI love him, He loves me. I'm a British, He's an Irish. Copyright -peppermint [amazing cover by : rifdasH] ON GOING