𐂂
𐂂
𐂂
꒰ ❆☃⁂❆⁂☃⁂❆ ꒱
"Tsk, Nona terkena ilusi dari Beelzebub." Itsvan menyetuh dahi Ameera, mencoba menerobos alam bawah sadar Ameera, tapi dihentikan oleh Ash. "Jangan gegabah, Belzeebub pasti membuat penghalang yang akan meledak bila ada yang mencoba menggangu."
"Mari pikirkan jalan keluarnya dengan tenang, salah sedikit Ameera yang akan terluka. Parahnya dia tidak akan ..." Ash tercekat, dia tak sanggup membayangkan keadaan terburuknya.
"Nona!" Itsvan melihat dengan panik saat darah segar mengalir dari sudut mulut Ameera. Wajah Ameera semakin pucat seakan darahnya telah terkuras habis. Ash mecoba mengalirkan energinya ke tubuh Ameera. Lambat laun wajahnya kembali merah, namun raut wajahnya tetap terlihat kesakitan.
Dua orang itu sibuk mencari cara untuk menyelamatkan Ameera, sedangkan Ameera sendiri dalam situasi yang genting. Seluruh tubuhnya mati rasa, dia terbaring lemah dalam genangan darah yang tak berujung. Dia tidak merasakan emosi apapun. Kepalanya penuh dengan ilusi berdarah. Ameera tidak kenal dengan semua orang itu, dia hanya dapat melihat bagaimana orang-orang itu mati dengan cara yang menyedihkan, tidak ada hal baik yang berputar dalam kepalanya, namun dia ingat satu hal, namanya adalah Ameera. Dari berbagai ilusi yang menghantui kepalanya, ada satu yang terus ia ingat dan terus menerus berputar.
Seorang perempuan berambut hitam mencoba melukai dirinya sendiri dari pada melukai orang di depannya. Setiap senjata yang ia pegang semua tertancap pada tubuhnya. Darah hitamnya bercucuran, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi kesakitan, tapi malah ekspresi puas. Ameera tidak bisa berpikir dengan jernih, dia menyimpulkan bahwa perempuan itu puas melihat lelaki di hadapannya tidak terluka sedikitpun. Hingga akhirnya perempuan itu melihat ke arah Ameera, dia menunjukkan senyum halus dengan wajah penuh darah hitam dan garis hitam membentang dari mata sampai dagunya. Samar-samar Ameera dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan perempuan itu setelah berulang kali ilusi itu di putar. Lawan kami, begitu katanya. Awalnya Ameera tidak mengerti apa maksud lawan kami, jelas-jelas lawan mereka adalah orang yang ada di hadapan mereka masing-masing, kenapa malah dia yang menjadi lawannya.
Ucapan perempuan itu terus menghantuinya setiap akhir dari ilusi yang berputar di kepalanya. Setelah muncul berulang kali baru saat itulah Ameera menyadari maksudnya, perempuan itu memerintah dia untuk melawan ilusi ini, bukan menjadi lawannya.
Ameera merasakan sesuatu yang akrab menjalar di seluruh tubuhnya, memberikan ketenangan asing tapi akrab. Seberapa keras Ameera mencoba mengingat dia tetap tidak menemukan jawabannya, setidaknya sekarang dia menemukan tujuannya.
'Ameera! Kamu mendengar ku? Ini aku, Ash.' Suara akrab yang tak di kenalnya muncul dari kepalanya, Ameera mencoba melihat di sekelilingnya tetapi tidak menemukan apapun. 'Ameera, aku tahu kamu mendengar ku. Dengar, kamu sedang berada dalam ilusi dan aku tidak tahu bagaimana cara untuk mengeluarkan mu, yang bisa kulakukan hanya mengirimi mu pesan seperti ini. Ikuti arus angin yang ada di sekitarmu, lalu temukan altar hijau yang mengeluarkan aroma bangkai, cari cara untuk keluar dari sana. Jika kamu berdiri di tempatmu saat ini para undead iblis akan memburu mu. Aku mohon percaya padaku Ameera.' Seperti angin berlalu, suara itu menghilang dengan cepat. Ameera masih tidak mengetahui itu suara siapa, tapi karena juga tidak tahu harus mulai dari mana, dia mengikuti saran orang tak di kenalnya itu.
Selain itu, Ameera merasa banyak pasang mata mengawasinya dari segala arah. Ameera mencoba merasakan angin yang berembus di sekitarnya. Cahaya biru yang seperti api mulai mengelilingi Ameera, saat salah satu dari mereka akan masuk dalam tubuh Ameera, namun dia membuka mata dan membuat perisai kecil. Mengabaikan apa yang ada di sekitarnya, Ameera melarikan diri ke arah angin berhembus. Di belakangnya Cahaya biru itu mengikuti, Ameera mengabaikan mereka semua karena medan di depannya tidak mudah di hadapi.
"Hahhh ..." Ameera tergeletak di tanah dengan napas tak beraturan, dia melihat cahaya hijau samar yang memblokir para api biru di luar altar. Lalu Ameera melihat di samping kanannya, yang juga terdapat cahaya hijau, namun api biru itu dapat menembus cahaya itu tanpa halangan. Untung saja dia mencium bau menyengat dari altar ini. Tapi entah kenapa Ameera tidak bisa berpikir jernih dalam altar ini, dia merasa kosong dan tak tahu apa yang sedang ia lakukan. Ameera mengambang dalam altar jiwa dan waktu.
Cahaya perak perlahan menyinari tempat tempa cahaya ini. Berputar mengelilingi tubuh Ameera yang melayang. Saat Ameera membuka matanya sosok berambut hitam yang di lihatnya berkali-kali itu sekarang ada di hadapannya, yang berbeda adalah dia tidak memiliki luka apapun di sekujur tubuhnya.
"Akhirnya kita bertemu Ameera, separuh jiwa ku."
Ameera memandang sosok di depannya dengan mata kosong, separuh jiwa katanya. "Kau siapa?" Ameera memicingkan mata curiga.
"Hahaha, aku tahu reaksimu akan seperti ini. Nah, aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Daxia, separuh jiwamu yang tidak dapat bangkit karena kamu belum mencapai kualifikasi." Daxia tersenyum samar. Senyumnya sama seperti senyum Ameera.
"Karena aku belum mencapai kualifikasi kenapa kau bisa muncul di sini? Lalu apa-apaan tempat ini, aku tidak bisa merasakan energi sihir sama sekali." Ameera baru menyadari bahwa dirinya ada di tempat yang aneh, hal terakhir yang dia ingat adalah dia memasuki menara dengan membawa kotak yang mengunci kekuatan sihirnya.
"Kamu baru saja menerobos Ameera, aku beruntung bisa keluar dari rantai jiwa karena tidak semua orang bisa menguatkan mentalnya ke tahap ini. Sedangkan tempat ini adalah ilusi buatan Beelzebub dan kamu berada di altar jiwa dan waktu. Nah, aku akan menceritakan lebih lanjut setelah kita keluar dari sini, aku kasihan melihat kekasihmu yang cemas." Daxia mengulurkan tangannya, dengan linglung Ameera menerimanya. Ameera hanya merasa angin berhembus di sekitarnya.
⌜ ⌝ ˎˊ𐂂˗ ⌞ ⌟
Ash menempatkan Ameera di pangkuannya, cahaya bulan dari jendela besar menyinari wajah berkerut Ameera. Ash membelai kerutan di dahi Ameera, "Ameera cepatlah bangun, aku percaya kamu bisa mengatasinya. Maaf aku tidak bisa membatumu sejauh itu." Ash mendekatkan wajahnya ke arah Ameera, mencium dahinya lama sebelum akhirnya menjauhkan wajahnya. Saat Ash melihat mata Ameera mata itu terbuka lebar.
"Ameera ..." Ash menujukkan senyum lembut langkanya, memeluk erat orang yang ada di pangkuannya, “Kamu sudah bekerja keras, Ameera.” Ash membisikkan kata-kata yang paling di butuhkan Ameera, mengecup dahinya sekilas. “A-Ash.” Ameera merasa tenggorokkannya sangat kering, tapi merasa harus mengatakan ini sekarang. “Aku menyukaimu.” Suara serak Ameera menggema di seluruh menara.
"Hm?" Ash melotot tak percaya, “Ameera bisa kamu ulangi perkataanmu? Sepertinya aku mendengar sesuai yang janggal.” Ash melepaskan pelukannya, mencengkeram Pundak Ameera, menatap wajah Ameera yang masih terlihat pucat.
Ameera memutar mata, dengan susah payah dia mengeluarkan suara lagi, “Asher Alterga Von de Charles, aku menyukaimu."
⌜ ⌝ ˎˊ𐂂˗ ⌞ ⌟
❆
❆
❆
❆ ⭐😖💗

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Said She is The Evil Maid
Fantasy[ Bukan Novel Terjemahan ] Judul sebelumnya = Mystery Evil Maid with Him [ maaf chapter 7 sensian dia ke acak : ˘ ∧ ˘ : ] "Hah!" "Aku di mana? Aku siapa? Aku kenapa?" "Seharusnya sekarang aku berada di rumah sakit, bukan?" ________ Aku menjadi korb...