Normal pov.
"....sampai jumpa besok Meera" teriak Ash setelah membuat kekacauan kecil dimenara, sampai para pelayan disana sudah terbiasa dengan itu semua, karena sudah sebulan lebih semenjak kejadian itu Ash selalu datang mengusik Ameera yang sibuk kesana kemari.
"Ameera dia itu siapa kenapa setiap hari datang kemari" tanya Leah kepada Ameera yang sedang menulis laporan.
"Aku tidak mengenalnya, ngomong-ngomong kamu sudah menanyakan itu hampir setiap hari" Ameera menjawab tanpa menoleh kearah orang yang bertanya. Mendengar itu Leah tersenyum bodoh.
"Ara, apa aku boleh masuk" teriak putri Alleta dari luar ruangan.
"Tentu putri" bukan, bukan Ameera yang menjawab tapi Leah.
"Antar aku jalan-jalan ke taman istana ya.." melihat tatapan putri, Ameera jadi tidak tega untuk menolak. Dia menggenggam tangan putri dan membawanya ketaman istana tanpa sepengetahuan raja tentunya.
_ _ _
"Alleta!" Teriakkan dari tempat latihan berpedang menghentikan Ameera berjalan bersama putri. "Kakak!" Segera putri Alleta berhambur kepelukan kakaknya-pangeran kedua-dengan senang hati pangeran kedua membalas.
"Hormat saya kepada pangeran kedua" dengan badan menunduk Ameera memberi salam.
"Ian, apa yang sedang kau lakukan disana!" Teriakkan menggema itu berasal dari putra mahkota yang sedang berada ditengah lapangan latihan.
"Ara ayo pergi kakak pertama marah, aku takut" bisik putri disamping Ameera seraya memegang tangannya. Melihat itu Ameera segera memberi hormat sebelum pamit undur diri dari sana.
_ _ _
Putra mahkota-Redrika-bukannya membenci adiknya putri Alleta, dia hanya menuruti perintah dari raja untuk tidak berurusan dengan putri apapun alasannya. Sementara pangeran kedua tidak peduli dengan perintah raja, dia kasian dengan adik kecilnya itu yang sedari ia kecil tidak pernah mendapat kasih sayang dari keluarganya.
Sedangkan ratu tidak pernah muncul karena terkena penyakit tidur panjang setelah melahirkan putri Alleta dan juga karena itulah raja membenci anak terakhirnya, ia percaya penyebab ratunya sakit karena dia.
_ _ _
Angin malam yang dingin tidak menghalangi Ameera untuk pergi ketaman belakang setelah mendengar suara suatu terjatuh dari arah sana. Entah kenapa dia penasaran padahal biasanya dia sangat cuek dengan sekitar.
Dengan langkah pelan dia menyusuri lorong panjang hanya dengan penerangan lilin ditangannya. Saat sudah mendekati taman sebuah cahaya terlihat berpendar berwarna biru pekat, menambah rasa penasarannya kian membuncah.
Disana di tengah taman, dibawah sinar bulan yang terang terlihat sebuah buku tebal dengan cahaya biru mengelilinginya. Melangkah pelan lalu menunduk untuk mengambil buku itu, tiba-tiba saja cahaya biru menghalangi pandangannya.
Membuka mata dan melihat sekitar yang sangat asing baginya, tapi suara air gemericik mengalihkan perhatiannya, segera menghampiri asal suara dan terlihat danau dengan air jernih sampai dasar danau terlihat.
"Akhirnya kau datang juga" sebuah suara menggema disekeliling terdengar, Ameera melihat kesekeliling namun tidak menemukan asal suara yang menggema itu. "Untuk saat ini aku tidak akan menampakkan diriku, tunggu sampai semua petunjuk dan ingatanmu kembali" Ameera semakin bingung dibuatnya.
Ingatan dan petunjuk yang kulupakan? Batinnya, mencoba mengulas semua ingatan Ameera asli namun tetap saja dia tidak menemukan apapun kecuali ingatan hitam Ameera sebelum berumur dua belas tahun. Dia bertanya-tanya kenapa masa kecil Ameera asli tidak ada diingatannya.
Dia terlalu sibuk berfikir sampai tidak menyadari jika sudah kembali ketempat dimana dia menemukan buku.
_ _ _
Dipagi yang cerah ini para pelayan putri sibuk kesana kemari mempersiapkan kunjungan dari raja bersama antek-anteknya. Sedangkan putri Alleta bingung dengan situasi sekarang, tidak biasanya dia dibantu banyak pelayan saat akan mandi, berpakaian, makan, dan kegiatan pagi lainnya. Dibenaknya dia bertanya-tanya apa yang membuat raja kemari padahal selama ini dia tidak pernah membuat masalah diistana.
Tidak hanya putri Alleta yang bingung, Ameera dan Leah juga sama bingungnya mengingat selama ini putri diacuhkan oleh raja dan putra mahkota. Tapi mereka berdua mencoba berfikir positif kan siapa tau kalau raja sudah mendapatkan hati nuraninya kembali.
Suara ribut di menara segera berhenti melihat raja bersama rombongannya datang. Mereka berbaris rapi menyambut dan memberi salam kepada raja termasuk putri Alleta dan Ameera.
"Apa kau baik-baik saja selama disini putri?" Raja bertanya pada putri Alleta dengan nada datar. Putri Alleta dengan takut membuka suaranya. "Aku baik-baik saja, pelayan disini melayaniku dengan baik".
"Begitukah" balas raja singkat, dia mengambil teh yang baru saja diletakkan Ameera didepannya. "Kau akan kupindahkan keistana barat atas permintaan ratu"
"-nanti sore." Raja mengatakan itu tanpa menatap putrinya yang menunjukan wajah terkejut dengan sangat jelas. Tidak hanya putri tapi hampir semua pelayan dan penjaga disana terkejut mendengar itu.
Bukan hanya karena putri dipindah keistana barat tapi juga karena mendengar bahwa ratu yang selama ini terkena penyakit tidur panjang ternyata sudah bangun dan memberi perintah untuk membawa putri keistana barat yang berarti bersebelahan langsung dengan istana ratu.
Setelah mengatakan hal yang mengejutkan itu, raja beserta rombongannya kembali ke istana.
"Karena Yang mulia tidak memberi perintah lain kepada kalian maka kalian akan ikut bersama putri ke istana barat, cepat siapkan barang yang akan kalian bawa, aku akan memberi waktu satu jam dari sekarang!" Teriak sang kepala pelayan, mereka pun segera bergegas pergi dari sana.
"Putri mari membawa barang yang dirasa penting" kata Leah pelan.
_ _ _
Baru saja tiba di gerbang istana barat didalam sana sudah terlihat ratu yang duduk diatas kursi bersama pangeran Ian yang berdiri disampingnya. Keduanya tersenyum cerah melihat kedatangan rombongan putri.
"Kami memberi salam kepada Yang mulia ratu dan pangeran Ian" rombongan putri memberi salam dengan kompak saat tiba didepan ratu.
"Alleta kemari nak" suara lembut nan hangat itu terdengar pelan dari mulut ratu, putri yang merasakan kehangatan dari ratu langsung menghambur kedalam pelukan ibunda yang baru ia temui sekali selama ini.
Ratu sangat merasa tidak berguna sebagai ibu dia meninggalkan putri kecilnya tersiksa dalam menara hanya dengan para pelayan yang kata mata-mata ratu mereka juga ikut acuh kepada putri, dulu.
"Maafkan ibunda tidak bisa menjaga kamu selama ini nak" masih memeluk putri ratu berkata sambil terisak membuat orang-orang disana bisa merasakan betapa menyesalnya ratu, dan dari sana banyak yang sadar akan perbuatan semena-mena mereka terhadap putri kecil tak bersalah itu.
"Ibu Alleta sepertinya akan kehilangan nafas jika terus berada disitu" pangeran Ian sedari tadi diam mulai merasa jengah dengan ibunya, bagaimana tidak adik kecilnya baru tiba sudah dipeluk dengan erat tanpa memberikan celah untuk bernafas.
"Ah maafkan ibu nak" tersadar dengan kegiatannya Ratu pun melepas pelukan erat dengan putrinya dan terlihatlah wajah putih putri terlihat memerah. "Alleta kenapa kau bisa jadi lucu begini" pangeran Ian mencubit pipi adiknya tanpa belas kasihan sama sekali dan anehnya Alleta hanya terdiam sedari tadi.
"Ian adikmu pasti kelelahan biarkan dia istirahat dulu" kata Ratu pelan. "Jangan lupa nanti malam ikut makan malam bersama" sambung ratu. Putri Alleta hanya mengangguk samar lalu berlari menarik Ameera untuk menemaninya.
Tok tok tok
"Ada keperluan apa?"
"Ah maaf...
_
_
_

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Said She is The Evil Maid
Fantasía[ Bukan Novel Terjemahan ] Judul sebelumnya = Mystery Evil Maid with Him [ maaf chapter 7 sensian dia ke acak : ˘ ∧ ˘ : ] "Hah!" "Aku di mana? Aku siapa? Aku kenapa?" "Seharusnya sekarang aku berada di rumah sakit, bukan?" ________ Aku menjadi korb...