𓋲𓋲
𓂃𖥧 𓂃𖥧 𓂃𖥧 𓂃𖥧 𓂃𖥧 𓂃
"Master, saya akan mencari jejak paman." Kata Istvan.
"Tiba-tiba? Apa ada masalah?" Ash mengangkat alis, sangat jarang melihat Istvan cemas seperti ini, karena Istvan selalu meninggalkan urusan kerajaan kepada ajudannya.
"Saya curiga dengan pergerakan paman akhir-akhir ini, sebelumnya walaupun dia menghilang tanpa kabar saya masih mengetahui di mana posisinya. Tapi sudah dua bulan utusanku tidak memberi kabar."
"Kau sudah menghubungi Bellona? Mungkin dia sudah menerima kabar dari Ameera." Ash menggeledah lacinya, berusaha menemukan surat yang beberapa hari yang lalu di kirim oleh 'Shadow'.
"Ada beberapa mata yang mengawasi, tapi kami tidak bisa memastikan mereka siapa." Ash membakar surat ini setelah membacanya. Matanya menjadi dingin, "Siapa mata itu sampai Shadow tidak bisa memastikannya? Sepertinya aku harus cepat membawa Ameera kembali." Ash mengambil jubah hitamnya dan pergi meninggalkan tumpukan laporan yang perlu di baca.
"Kata Bellona, Ameera menanyakan tentang tragedi antara iblis dan penyihir 600 tahun silam."
"Ini tidak mustahil, karena kuil menyimpan catatan penyihir yang disegel." Ash ingat dia pernah melihat sekilas saat catatan itu dipindahkan ke kuil. Saat itu ash sedang menyelidiki aliran mana asing di sekitar kuil.
"Hm. Istvan, dimana posisi terakhir pamanmu?"
"Kuil Alrima."
Ash segera bergegas pergi, dia yakin iblis itu masih di kuil Alrima yang artinya Ameera berada dalam kandang musuh. Peningkatan kekuatan iblis Beelzebub sangat tidak wajar, hanya dalam waktu dua bulan saja perbedaan yang jelas akan terlihat. Apalagi sekarang Beelzebub memiliki kuil di bawahnya.
"Beelzebub pasti sudah menemukan kejanggalan dalam kuil."
𔒴𖥧 𔒴𖥧 𔒴𖥧 𔒴𖥧
Ameera berjalan menelusuri lorong gelap, salah satu penjaga menyuruhnya untuk menemui Uskup Agung sendirian. Karena Ameera memang ingin menyelidiki bagian dalam dari kuil, dia dengan senang hati menyetujuinya. Walaupun terlihat seperti dia masuk dengan polos, sebenarnya dia sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.
Dengan tenang Ameera mengetuk pintu tempat Uskup Agung berada. Mendengar perintah untuk masuk dia membuka pintu dengan tenang. Ruangan putih menyambut Ameera, ruangan tersebut hanya berisi satu meja kerja di tengah ruangan dan rak buku putih di kiri ruangan.
"Apa kau tahu kenapa aku memanggilmu?" Uskup Agung berbalik, memperlihatkan wajahnya yang sudah muncul keriput, mengenakan jubah putih dengan garis emas panjang di kanan dan kirinya, menandakan posisinya dalam kuil ini. Cahaya dibelakangnya membuatnya terlihat semakin agung.
Ameera sedikit mengernyit, tidak heran dia menjadi Uskup Agung. Aura dan pengendalian emosi di wajahnya sangat baik. Tidak mungkin dia melewatkan tatapan Uskup Agung yang merendahkannya. Dengan sedikit menunduk Ameera menjawab tanpa emosi, "Maaf, hamba tidak tahu Tuan Uskup Agung."
"Aku memerintahkanmu untuk membawa kotak ini ke menara putih di puncak gunung tertinggi, sendirian. Jika aku melihatmu pergi dengan orang lain maka tanggung sendiri akibatnya." Uskup Agung memberikan sebuah kotak putih yang terdapat ukiran mantra di seluruh kotaknya.
Ameera menerima kotak itu tanpa basa-basi, saat kotak itu menyentuh tangannya, sengatan kecil terasa di tangannya. "Baik, Tuan." Ameera berbalik tanpa menunggu perintah. Uskup Agung tersenyum penuh arti, apa kau yakin bisa bersikap angkuh lagi setelah kembali? Haha, itupun jika kau bisa kembali dengan selamat.
𔒴𖥧 𔒴𖥧 𔒴𖥧 𔒴𖥧
Ameera sampai di gerbang berwarna putih bersih, dia sampai setelah melewati seribu tangga berlumpur. Ameera memasuki menara dengan mudah, karena di sini tidak ada satupun penjaga. Begitu pintu dibuka cahaya merah melahap Ameera, saat dia bereaksi itu sudah terlambat karena kotak di tangannya! Kotak itu mengunci kekuatannya.
Ameera membuka matanya, seseorang berjongkok jauh di depannya. Menggenakan baju perang dengan noda darah di sekujur tubuhnya. Ameera mendekat, postur tubuh yang baik, rambut hitam, dan fitur wajah yang mirip dengannya. Ameera melotot, jantungnya berpacu kencang "Ayah?"
Pemandangan berubah. Sebilah pedang menusuk perut 'ayah' Ameera. Pedang itu melewati tubuh, lalu ditarik kembali. Darah memercik di wajah Ameera. Dia memandang ngeri pada perut yang penuh darah, baju zirah itu berlubang.
Pemandangan berubah lagi. Suara anak panah yang ditarik menggema dalam kegelapan, anak panah itu mengarah pada satu target, 'ayah' Ameera. seribu anak panah melesat cepat, menebus baju zirah yang terlihat kokoh. Seluruh tubuhnya di penuhi oleh anak panah, api biru melahapnya. Jeritan tragis membuat Ameera merasa sakit, rangkaian penyiksaan itu dilakukan olehnya. Oleh tangannya sendiri, dia membunuh 'ayahnya'.
Ameera tak bisa berhenti meneteskan air mata setiap kejadian itu di putar kembali di kepalanya, saat pedang itu dengan ganas menusuk 'ayahnya', saat darah 'ayahnya' membasahi sekujur tubuh Ameera, dan saat dia mendengar semua jeritan sakit 'ayahnya'. Kewarasan Ameera dengan cepat di kuasai oleh ilusi itu.
𔒴𖥧 𔒴𖥧 𔒴𖥧 𔒴𖥧
Ash mendobrak pintu Uskup Agung tanpa izin, matanya merah karena marah. Dia telah melihat bayangan Ameera masuk dalam ruangan ini dan di berikan sebuah kotak lalu pergi dengan tenang, walaupun Ash tidak tahu apa yang dibicarakan oleh keduanya, dia yakin itu hal yang tidak masuk akal.
"Kau menyuruhnya untuk pergi ke mana?" Ash menggebrak meja, Uskup Agung memandangnya dengan tenang, "Salam kepada Yang Mulia Kaisar. Maaf tetapi siapa yang anda maksud Yang Mulia?" Uskup Agung menunduk tenang.
"Orang yang kau beri kotak." Ash berusaha keras untuk tidak menghancurkan kuil sekarang juga, tangannya mengepal keras. Uskup Agung heran, apa hubungan mereka? Kenapa Kaisar bisa tahu?
"Maafkan kelancangan saya Yang Mulia, tapi tidak ada seorangpun yang masuk ke ruangan saya, Yang Mulia adalah yang pertama hari ini." Uskup Agung tidak mungkin memberitahukan keberadaan Ameera, karena Tuan Besar akan marah. Yah, walaupun dia yakin Ameera pasti sudah mati dengan cara yang mengenaskan.
Brak!
"Berani sekali orang sepertimu berbohong padaku!" Ash mengangkat Uskup Agung dengan satu tangan, memojokkannya di jendela. Aura hitam mencekik di belakang Ash terasa menakutkan.
"Master! Saya menemukannya!" Istvan datang pada waktu yang tepat. Ash menghempas Uskup Agung, pergi dengan teleportasi, tidak lupa untuk meledakkan ruangan Uskup Agung hingga tak bersisa. Dokumen dan buku bereserakan, debu di mana-mana. Hanya tersisa Uskup Agung yang terduduk lemah.
"Tuan Felipe!" Para penjaga segera datang setelah mendengar suara keras dari ruangan Uskup Agung. Mereka terkejut melihat pemandangan di depannya.
𔒴𖥧 𔒴𖥧 𔒴𖥧 𔒴𖥧
Ash dan Itsvan tiba di menara putih segera. "Paman sudah pergi." Istvan menganalisa sekitarnya dengan serius, "Hanya ada satu orang dalam menara ini, yaitu Nona Ameera."
Ash segera membuka pintu, dia melihat Ameera tergeletak di tengah ruangan dengan ekspresi yang menyedihkan.
"Ameera!"
𓂃𖥧 𓂃
𓂃𖥧 𓂃
𓂃𖥧 𓂃
𓂃𖥧 𓂃 ⭐😎🤙🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Said She is The Evil Maid
Fantasy[ Bukan Novel Terjemahan ] Judul sebelumnya = Mystery Evil Maid with Him [ maaf chapter 7 sensian dia ke acak : ˘ ∧ ˘ : ] "Hah!" "Aku di mana? Aku siapa? Aku kenapa?" "Seharusnya sekarang aku berada di rumah sakit, bukan?" ________ Aku menjadi korb...