2

30 3 0
                                    

Cobra berjongkok di sebelah pintu darurat.

"Gimana bisa aku lupa nge cek cctv..."

"Oh tuhan, aku ceroboh sekali."

IA menghantamkan kepalanya ke tembok berkali kali lalu berlari ke ruang cctv.

Brakk!

Ruang cctv terbuka. Memperlihatkan mayat seorang security yang tergeletak di lantai. Seseorang duduk di kursi yang mengarah ke beberapa layar cctv didepannya. Cobra mengangkat pistolnya dan bersiaga. Kursi itu berputar perlahan kearahnya.

"Kita bertemu lagi, nona."

Cobra menggeram. Lagi dan lagi, ia mendengar suara itu, melihat wajah makhluk asing yang ia temui.

"Jacob? Kau- gimana bisa ada disini?"

Jacob berdiri lalu mendekat, "seharusnya aku yang bertanya padamu. Kenapa kau bisa lupa hal seperti ini?"

"Bukan urusanmu."

Jacob berdecak mengejek, " kukira kau handal."

Cobra membidik nya dengan pistol, "kau ingin aku membuktikannya?"

"Aku? Aku tidak tertarik dengan latihan menembak mu itu."

Cobra menurunkan pistolnya lalu menatapnya, "kau yang melakukan semua ini?"

Jacob tersenyum lembut, "aku tidak butuh terimakasihmu."

"Aku tidak akan berter-"

"Aku butuh sapu tanganku," Jacob memotong kalimatnya.

Cobra mengeluarkan sapu tangan hitam dari sakunya lalu memberikannya ke Jacob. Jacob menatap sapu tangan bernoda darah itu dengan santai. Ia mengambil sapu tangan itu. Lalu menengadahkan tangan cobra. Meletakkan sapu tangan itu kembali dan sebuah kartu nama diatasnya.

"Sebuah benda yang dipinjam harus dikembalikan dengan kondisi awal," ucapnya.

Jacob melangkah pergi dari sana, meninggalkan cobra yang masih terdiam.

"....hah?"

Jacob berhenti sejenak tanpa berbalik, "oh, aku senang kau mengingat namaku."

###

Setelah Jacob pergi dari sana, cobra segera mengecek file cctv. Ia menggerakan kursor layar kesana kemari, membuka semua file yang ada. Hingga file terakhir, ia tak menemukan klip dirinya sama sekali.

"Apa dia juga sudah menghapus nya?"

Cobra bimbang. Jacob adalah manusia biasa, tapi dia bisa dengan mudah terlibat hal seperti ini.

Cobra membelalak, "tidak!"

"Jika aku menghampirinya untuk mengembalikan sapu tangannya, identitas ku akan ketahuan."

"Tapi, jika aku menghampirinya dengan kondisi seperti ini, akan lebih berbahaya. Bisa-bisa orang membongkar status ku sebagai pembunuh bayaran."

Cobra sibuk dengan pikirannya yang kacau. Ia menatap sapu tangan hitam dan kartu nama di tangannya bergantian. Di kartu nama itu, bertuliskan 'Noche Company'.

"Arghh- dia beneran lelaki gila."

Cobra baru saja menyadari jika ia jatuh kedalam perangkap. Jacob menjebaknya agar ia membongkar identitasnya.

"Tidak akan pernah."

Cobra berjalan keluar gedung melalui pintu belakang. Ia melempar sapu tangan hitam serta kartu nama itu ke penampungan sampah disana.

###

Cobra berjalan di koridor gelap sebuah ruang bawah tanah. Ia menepuk sebuah tembok batu disana. Tak lama, sebuah pintu terbuka. Ia masuk kedalamnya lalu berlutut didepan meja kerja dengan seseorang berdiri di seberangnya.

"Lapor, Cobra kembali dari misi, misi selesai."

"Jarang sekali kau membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan misi," balas orang itu.

"Maaf, bos. Ada sedikit gangguan tadi."

"Apapun itu masalahnya, aku senang kau bergerak cepat. Apa kau perlu istirahat?"

"Tidak perlu."

"Baiklah. Misi mu selanjutnya."

Sebuah foto diberikan kepada Cobra. Cobra membalik foto itu dan melihat detail informasi calon korban. Ia memasukkan foto itu kedalam sakunya.

"Misi diterima, bos."

Cobra melesat, menghilang dalam bayang-bayang.

###

Seseorang berlutut dihadapan seseorang lainnya.

"Bos, Lynx datang melapor."

"Beritahu apa yang kau dapat?"

"Kode nama Cobra, kepercayaan víbora agen, 18 tahun, orangtua tidak dikenali, tidak ada saudara."

Lelaki lainnya memasuki ruangan.

"Jack, apa yang membuatmu sangat tertarik?"

"Hanya malaikat mautku yang sedang lewat."

"Apa yang membuatmu tertarik dengan budak víbora?"

"Kau tidak perlu tahu, Louis."

Louis menggeleng keras dan terkekeh.

"Baiklah baik. Aku membawakan apa yang kau mau."

Louis menyerahkan sebuah dokumen.

Ia berjalan menuju pintu, "nikmati permainan mu, Jacob."

Louis pergi darisana meninggalkan Jacob dan Lynx.

"Terus awasi malaikat mautku. Jangan sampai GPS itu menghilang dari pantauan kita. Pergi," ucap Jacob.

"Dimengerti."

Lynx mengangguk lalu menghilang dari sana.

Jacob kembali ke kursinya. Mengambil sebuah foto lalu mengusapnya berkali-kali.

"Víbora agen...

"...kau tak seharusnya disana..."

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang