18

13 2 0
                                    

Thea berusaha mengambil napas sebanyak mungkin. Saat ia hampir pingsan, Andrew melepaskan leher Thea. Thea kembali terkulai dan terbatuk keras. Andrew menjauh sedikit darinya.

Thea menatapnya sendu, "alasan kenapa kau merekrutku adalah untuk mengawasiku kan?"

Andrew menggeleng sambil berdecak, "kau baru saja mengetahuinya?"

Ia menekan tombol di in-ear nya. Tiba-tiba liontin Thea mengeluarkan suara dan terdapat cahaya merah disana. Thea membeku.

"Apa kau meletakkan gps di kalung ini?!"

"Kau pikir aku tidak tahu kemana saja kau selama ini? Kau merangkak ke kantornya untuk mendapat perhatiannya kan."

Amarah Thea membuncah, "BRENGSEK! APA LAGI YANG KAU LAKUKAN UNTUK MENGAWASIKU?!"

"Tidak banyak. Aku sengaja pergi ke Perancis untuk mengetahui seberapa setianya anjing peliharaanku. Ternyata kau masih butuh dilatih."

"Apa yang....siapa yang kau sebut anjing peliharaanmu?!"

"Kau masih tidak bisa membedakan yang mana pemilikmu ya?"
"JANGAN SAMAKAN JACK DENGANMU!"

"Oh baiklah. Lupakan saja, karena sebentar lagi aku akan membebaskanmu sebagai peliharaanku. Kau akan bebas berkeliaran dialam sana."

Andrew tersenyum licik, "tapi sebelum itu, aku akan bermain dulu denganmu."

Ia melangkah maju lalu menginjak kaki kanan Thea tiba-tiba.

Krakk!

"Akk- HAAKK-!"

Thea tidak bisa merasakan pergelangan kakinya. Semua yang ia rasakan hanyalah rasa sakit disekujur tubuhnya.

"Kau akan membayar semuanya disini, Thea. Hutang ayahmu dan hutangmu akan kau lunasi disini sekarang."

Bunyi mesin bergerak mulai terdengar lagi. Kini, tubuh Thea semakin tergantung. Kakinya tidak lagi merasakan tanah yang lembab. Bahunya terasa semakin sakit. Tubuhnya seperti tak bisa lagi ia gerakkan.

"....hentikan ini, Andrew. Kumohon..."

Andrew menghentikan kegiatannya, "baiklah. Aku akan berhenti."

"Aku akan berhenti setelah kau mati," lanjutnya.

Setelah itu, Andrew mengeluarkan belatinya lalu menghujamkannya ke perut kiri Thea.

Jlebb!

"UAGHH- UHUK!"

Cairan merah kental mengalir dari mulut Thea. Ia terus terbatuk darah hingga darahnya menodai pakaiannya sendiri.

Andrew mulai meracau, "apa kau tahu? Aku menjadi pembunuh karena ayahmu seorang pembunuh."

Thea berpikir keras diambang batas kesadarannya.

"Ayahmu telah membunuh kakakku. Dia benar-benar hewan buas."

Thea terkejut, "benarkah...?"

Andrew menurunkan pandangannya, "saat itu. Kami mengadakan perundingan. Ayahmu tidak setuju dengan keputusan ayahku atas daerahnya. Padahal itu semua dimaksudkan untuk mendapat hasil yang terbaik untuk perusahaan ayahmu. Dipenuhi emosi, ayahmu mengambil pisau kecil dari jasnya lalu menyerang ayahku."

"Saat itu, kakak ada disebelahnya. Ia langsung berdiri didepan ayah. Alhasil, pisau kecil itu menggores lehernya."

"Saat aku hendak menolongnya, ayah menggeleng kepadaku. Aku merasakan denyut nadinya yang bertahan beberapa detik di tanganku sebelum akhirnya tubuhnya menjadi dingin."

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang