21

10 3 0
                                    

4 hari berlalu. Kini, Thea sedang berjalan-jalan ditaman menggunakan kursi roda dengan Jane yang setia menemaninya. Saat mereka berhenti dan asik berbincang disudut taman, seseorang menghampiri mereka.

"Thea, lama tidak bertemu."

Thea membelalak. Jane pun ikut terkejut.

"...Jack..."

Jane memperhatikan keduanya yang bertatapan satu sama lain untuk waktu yang lama.

"Bos, apa aku perlu...?"

Jacob beralih ke Jane, "kau bisa kembali ke ruangan Luke untuk sementara waktu. Terimakasih, Jane."

Jane mengangguk lalu tersenyum, "Thea, jika ada sesuatu, kau bisa memukul orang ini ya. Aku tinggal dulu, dah~"

Thea terkekeh sambil melambaikan tangannya kearah Jane yang mulai menjauh. Jacob mengambil tempat duduk Jane sebelumnya.

"Bagaimana tubuhmu?"

"Sudah lebih baik. Hanya masih sulit bergerak bebas."

Jacob meneguk ludahnya kasar, "Thea...aku..aku akan memberitahu apa yang sebenarnya."

Thea tersenyum sendu, "setelah kita berpisah beberapa hari, apa hanya itu yang ingin kau katakan padaku?"

Jacob terkesiap. Ia menatap manik Thea yang dengan lembut menatapnya.

Thea merentangkan kedua lengannya, "apa kau tidak merindukanku?"

Jacob masih membeku di tempat. Perlahan, air matanya mengalir. Sedetik kemudian, ia menghambur ke pelukan Thea. Thea memeluknya dengan erat. Ia merasa sesak seperti semua kesedihannya membuncah.

Dengan suara bergetar, Thea berbisik, "jangan takut, Jack. Aku sudah kembali sekarang."

Entahlah. Thea pun tidak tahu apa kalimatnya sudah benar atau belum. Tapi ia merasa jika ia hanya perlu mengatakan kalimat yang sangat sederhana.

"Thea, maafkan aku. Aku seharusnya memberitahu semuanya lebih awal.."

Thea terisak, "jangan katakan itu kumohon.. jangan salahkan dirimu lagi.."

"Aku takut ini akan terjadi lagi. Aku tidak ingin kehilanganmu, Thea. Aku sungguh berada diujung nafasku melihat kau seperti itu."

Thea terkekeh disela tangisnya, "aku pun tidak bisa membayangkan jika aku mati. Masih terlalu banyak masalah dan penyesalan yang belum ku urus."

"Jangan katakan itu lagi, Thea."

"Baiklah baik~"

Jacob kembali duduk. Ia menggenggam kedua tangan Thea dengan erat.

"Ian bilang padaku jika kau ingin bertemu polisi untuk mengurus hukum."

"Ya. Jujur saja aku tidak percaya ayahku seorang pembunuh. Tapi walau begitu, kini Andrew juga harus menerima hukum yang setimpal."

"Baiklah. Aku akan memanggil polisi nanti."

Thea mengangguk, "apa kau menjelaskan semuanya pada polisi?"

"Aku belum memberitahu mereka tentang masalah Andrew dan ayahmu. Aku hanya melaporkan apa yang terjadi di mansion Miles dan berkat bantuan smartglass milik Phyton aku bisa mendapat beberapa file cctv."

Thea berjengit, "kau berhasil mendapatkan smartglass itu?!"

"Ya. Aku berhasil membuka pintu penjara waktu itu juga karena smartglass itu."
"B-bagaimana kau bisa mengambil smartglass itu dari Phyton?"

"Kau ingat saat kau tertembak peluru olehnya?"

Thea mengangguk.

"Setelah itu, Phyton tumbang karena terkena 3 peluru ku. Lalu saat ia tak sadarkan diri, aku mengamankan semua barang-barangnya termasuk smartglass itu."

Thea membeku, "3 peluru...? Jadi sekarang dia sudah mati?"

Jacob mendecih, "sayangnya belum."

'Sayangnya...haha...Tuhan masih menyelamatkan Phyton dari orang gila ini.'

"Lalu kemana dia sekarang?"

"Dia kabur."

"Pft! Hah! Rupanya dia tidak jauh lebih berani dariku. Bahkan dia tidak kembali ke Andrew."

"Tapi kuakui dia cukup cerdik. Dia sengaja kabur di waktu yang tepat agar tidak tertangkap polisi. Mungkin dia menebak jika aku akan menangkap bosnya."

Thea mengangguk, "yah, aku mengakui itu juga. Dia memang pandai dalam memikirkan strategi pengecut."

Jacob tidak menganggap itu suatu hal yang lucu. Ekspresinya sangat serius.

"Ayolah, Jack. Wajahmu mengerikan sekarang. Tak bisakah kau lebih santai menanggapi semua ini?"

Jacob menggeleng, "jangan pedulikan aku. Kau sendiri pasti terkejut kan dengan apa yang terjadi."

"Jujur saja aku sampai tidak tahu harus bagaimana. Ini seperti kehidupanku runtuh hanya dalam sehari dan hanya karena seseorang."

"Aku awalnya merasa, oh ini akhir hidupku. Tapi ternyata kau datang dan menghapus semua ketakutanku," lanjut Thea.

"Aku menyesal tidak datang lebih cepat," ucap Jacob.

"Jack, kau tidak seharusnya dipenuhi penyesalan karena aku."

"Kenapa tidak? Aku sendiri yang mengatakan untuk melindungimu. Aku merasa seperti mengingkari ucapanku sendiri."

Thea membungkam mulut Jacob dengan jari telunjuknya, "Kau sudah menyelamatkanku, oke? Tidak ada lagi penyesalan. Sekarang, apa kau mau menceritakan padaku apa yang kau tahu?"

Jacob mengangguk, "tentu."

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang