17

11 2 0
                                    

Thea terbangun disebuah ruangan. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.

"Berapa lama aku tertidur...?"

"Apa kau sangat lelah hingga tertidur setengah hari?" ucap seseorang.

Thea terkesiap, "setengah hari?!"

Klang klang

Seketika Thea merasa berat di kedua pergelangan tangannya. Saat ia mengangkat kedua tangannya, ia melihat rantai besi besar menjalar disana. Rantai itu dingin dan berat. Ia menyadari situasinya dengan cepat lalu melihat sekitar.

"...apa yang terjadi....?"

Ruangan itu bukanlah ruangan biasa. Itu adalah sebuah ruangan tanpa lantai yang lumayan gelap dan bau. Hanya ada penerangan dari sebuah ventilasi yang amat tinggi. Apa yang ia duduki sekarang adalah tanah lembab yang sudah bercampur dengan bau darah entah dari siapa.

Thea menatap seseorang yang duduk santai didepannya. Ia menggeram marah, "apa maksudnya semua ini, Andrew?"

Andrew tersenyum miring, "coba tebak?"

"Jika kau berniat bercanda, ini tidak lucu."

Thea berusaha melepas rantai ditangannya tapi hal itu sia-sia. Andrew melangkah maju, menyamakan tingginya dengan Thea lalu mengangkat dagunya dengan jarinya.

"Apa kau menikmati permainanku?"

"..apa?"

"Apa menyenangkan mendapat kasih sayang yang selama ini kau dambakan?"

Thea termangu dengan sosok didepannya. Ia berusaha keras mencerna apa yang terjadi.

"Tadinya aku bingung harus mengakhiri akting ku dimana. Tapi untunglah, kembalinya kesayanganmu itu memudahkanku untuk mengakhirimu," lanjut Andrew.

Thea panik, "Andrew, apa yang terjadi padamu?! Kenapa kau seperti ini?!"

"Aku? Aku memang seperti ini. Kau saja yang tak pernah menyadarinya."

Andrew membuang wajah Thea kesamping, "bodohnya kau."

"Semua yang kudapat selama ini....adalah palsu?"

"Ya! Aku lelah berakting didepanmu, kau tahu? Tapi tenang saja, kau akan segera membayar lelahku."

Thea mulai menangis dalam kemarahan, "KENAPA KAU MELAKUKAN INI?! APA SALAHKU?!"

Andrew menatap Thea dengan sorot paling dingin yang pernah ia lihat. Andrew tidak menjawab. Ia berjalan ke tembok samping lalu menekan sebuah tombol disana. Suara mesin bekerja terdengar diikuti derit besi berkarat yang menggerakkan rantai. Kedua lengan Thea menggantung seiring rantai itu tertarik keatas.

Thea terkesiap dan terus memberontak, membuat pergelangan tangannya terluka.

"Andrew hentikan ini!"

Andrew tidak berkutik ditempatnya. Ia menikmati pemandangan itu dari sana. Setelah rantai itu berhenti bergerak, Andrew menghampiri tubuh Thea yang setengah menggantung.

"Kutanya beberapa hal. Kau harus menjawabnya dengan benar."

Andrew berjalan keujung jeruji lalu mengambil sebuah cambuk.

"Jika kau tidak menjawabnya dengan benar, kau akan mendapat hukuman," lanjutnya.

Thea tidak menjawab apapun. Tatapannya menunjukkan kebencian yang amat sangat. Andrew berhenti didepan Thea.

"Kenapa ayahmu berhutang padaku?"

Thea menjawab dengan acuh tak acuh, "karena kau menawarkan pinj-"

Thea membelalak, "tidak-"

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang