9

12 2 0
                                    

Thea mulai ragu, "bantuanku sebagai cheetah?"

Jacob terlihat serius, "aku ingin memberi pelajaran pada seseorang disini. Kau dan Lynx akan membantuku. Mungkin ini agak berbahaya untuk mu, tapi aku akan menjaga mu."

"Apa itu membunuh seseorang?"

"Ya."

Thea berpikir keras, 'Untuk apa Jacob harus mengurus pembunuhan? Apa dia polisi? Atau pembunuh bayaran juga sepertiku?'

Jacob mengeluarkan dua pin kerah perak dengan ukiran binatang buas lalu memberikannya pada Thea dan Lynx.

Thea memakai pin kerah itu sambil terbingung, "apa ini?"

Jacob tersenyum simpul, "hanya sebuah alat penting."

Lynx berkutik dengan ponselnya lalu berdiri dari tempatnya.

Jacob mengikutinya, "baiklah. Kita mulai aksi kita."

Thea hanya mengangguk lalu mengikuti mereka.

###

Seorang gadis memasuki sebuah ruangan VIP lainnya. Ia mengenakan dress merah pendek ketat dan topeng setengah wajah berwarna sepadan. Dress merahnya berbalutkan jas formal merah dengan pin kerah perak di sisi kiri. Ia berjalan dengan anggun menghampiri seorang lelaki paruh baya disana. Lelaki itu dikelilingi oleh wanita seksi dan keadaan mereka jauh dari kata layak dipandang. Mereka semua tengelam dalam halusinasi.

Lelaki itu mengarahkan jari telunjuknya kearah sang gadis, "hey kau! Kenapa kau terlambat? Aku sudah menunggumu, kucingku~"

Gadis itu duduk disamping lelaki itu, "maafkan aku, sayang."

Seketika, lelaki itu meninggalkan semua wanita disana dan bersandar di gadis itu.

"Apa kau sudah- hic- mengambilnya?"

Lelaki itu menghisap sebuah botol lalu beralih padanya, "pakailah beberapa dosis lagi dan bermainlah- hic- denganku!"

Gadis itu hanya tersenyum, "kalau begitu, apa kita harus pesan sebuah ruangan?"

"TENTU SAJA! AYO!"

Lelaki itu menarik sang gadis keluar ruangan. Jika dilihat dengan cermat, gadis itu menjadi sedikit limbung, entah karena efek aroma obat di ruangan itu atau sesuatu melintas dibenaknya. Mereka sampai pada sebuah kamar mewah dengan berbagai botol alkohol disana. Lelaki itu membanting tubuh sang gadis lalu menindihinya.

Ia mengusap bahu sang gadis, "kulitmu lumayan bagus."

Sang gadis ada diambang batas kesadarannya. Entah kenapa ia merasa sangat pusing. Tubuhnya juga sulit digerakkan. Sang gadis memukulnya tepat di pipi kanan lelaki itu.

Buaghh

"Arghhh!"

Lelaki itu tersadar lalu menggeram marah, "siapa kau?! Beraninya!"

Sang gadis berusaha berdiri didekat pintu sambil menyodorkan belatinya. Tubuhnya lemas tapi ia tetap memaksa untuk menyerang maju.

Jlebb

Belati itu menusuk di bahu kiri lelaki.

"Arghhh! Sakit!"

Lelaki tua itu mengambil sebuah pot lalu menghantamkannya kearah sang gadis. Dengan cepat, sang gadis menghindari pot itu. Pot itu menghantam pintu yang tertutup. Saat sang gadis mengambil langkah mundur, lelaki tua itu menyerbunya hingga ia terjatuh ke lantai. Sebuah belati direbut paksa. Membuat sang gadis panik ditengah pikirannya yang kalut. Lelaki itu menghujamkan belati berkali-kali, namun untungnya belati itu selalu mengenai lantai. Sang gadis mengambil pistol di dalam jasnya lalu,

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang