29

10 2 0
                                    

Thea keluar dari kamar ganti dengan handuk di kepalanya. Ia melihat Jacob yang sibuk dengan laptopnya di kasur.

"Jack, mandi dulu sana."

Jacob mengangguk dan langsung masuk ke kamar mandi. Thea mengambil hair dryer lalu mulai mengeringkan rambutnya. Setelah ia selesai dengan rambutnya, Jacob keluar dari kamar ganti. Ia mengenakan celana pendeknya dan sebuah handuk di kepalanya.

Thea memperhatikan tubuhnya dengan santai. Jacob menangkap kegiatan Thea lalu berpikir sesuatu. Ia mendekat kearah Thea yang mulai memalingkan pandangannya.

"Kenapa? Jika kau suka, kau bisa melihatnya lebih lama."

"Kau salah paham."

Jacob tersenyum miring, "hm? Benarkah? Tapi tatapanmu seperti menginginkan tubuhku."

Thea menoleh kearahnya. Ia berdiri dan mendorong Jacob untuk duduk di pinggir kasur. Thea menatap Jacob yang lebih rendah darinya. Ia mendekatkan tubuhnya lalu menagkup wajah Jacob dengan handuk yang ada dikepalanya.

Jacob menatap Thea dengan lembut, "kau sangat terburu-buru."

Thea menatapnya dengan wajah datarnya. Ia mengalihkan pandangannya ke rambut Jacob yang masih basah.

"Aku ingin mengeringkan rambutmu."

Thea mulai menggerakkan handuk di tangannya lalu mengusak rambut Jacob. Sedangkan Jacob terkekeh karena sikapnya sendiri.

"Sepertinya aku lah yang terburu-buru."

"Syukurlah kau sadar."

Jacob hanya tersenyum masam.

"Oh ya Jack. Aku membawa pesan dari Sophia Willow."

Jacob terlihat muram mendengar kalimat itu.

"Apa lagi yang dia lakukan?"

Thea terkekeh, 'lagi? Kurasa dia melakukan banyak hal, pft-'

"Tidak banyak sih. Dia cuma bilang kalau dia akan terus mengejarmu."

Jacob menghela nafas lelah, "mau sampai kapan aku akan terus diterror olehnya."

"Apa dia adalah salah satu alasan kenapa kau tidak mau berangkat kerja?"

"Tentu bukan. Untuk apa aku membiarkan orang asing mengobrak abrik kehidupanku."

Thea tersenyum bangga, "begitu baru Jacob Wesley."

"Aku membolos kerja biar bisa menghabiskan waktu denganmu."

Thea tersenyum canggung sambil mengalihkan pandangannya, "o-oh, gitu." Ia berdeham sebentar sebelum kembali melanjutkan kegitannya, "aku berniat menolongmu dari terroris itu."

"Menolongku?"

"Kau bilang tadi ingin dia berhenti mengejarmu kan?"

"Sudah pasti."

"Kalau gitu, aku akan membantumu."

"Gimana caranya?"

Thea mengendikkan bahunya, "tidak ada cara apapun. Aku hanya akan mengikuti permainannya."
Jacob terkekeh, "aku akan mempercayakan misi ini untukmu. Aku yakin otak pintarmu itu akan membuatku berkali-kali lipat terkejut."

"Kau bisa menantikannya."
"Aku sangat tidak sabar untuk melihat apa yang terjadi," gumam Jacob.

Thea tersenyum dan berhenti dengan kegiatannya, "sudah selesai."

Thea mengambil handuk itu lalu berjalan kearah pintu.

"Thea, tentang pengesahanmu sebagai aggotaku, aku sudah membicarakannya dengan Louis. Semua nya sudah siap. Malam ini akan diadakan pertemuan untuk mengumumkannya ke semua anggota."

"Baiklah. Aku selalu siap kok. Lalu apa yang kuperlukan?"

"Kau tidak perlu apapun. Ini hanya pertemuan biasa. Kau hanya harus memperkenalkan diri dan belajar beberapa hal."

"Dimengerti bos~"

Thea keluar dari kamar dan berjalan menuju taman belakang. Ia menjemur dua handuk di tangannya. Saat berniat kembali, ia merasa tertarik dengan pemandangan taman itu. Walau ia sudah sering kesana, tetap saja pemandangan disana sangat memukau. Ia melepas sandal rumahnya lalu duduk di pinggir kolam. Waktu yang tepat karena ia sedang memakai celana pendek. Ia mengayunkan kakinya didalam air secara perlahan sambil melihat ke sekitar.

"Mau dilihat ribuan kali pun taman ini tetap tidak pernah bosan dipandang," gumamnya.

"Aku setuju denganmu," sahut seseorang.

Thea menoleh kebelakang, "Louis?"

"Yo~"

Louis duduk bersila disebelah Thea.

"Kau sudah siap untuk nanti malam?"

"Tentu saja. Aku harus siap."

Louis mengangguk beberapa kali, "kau benar-benar haus akan pengalaman ya."

"Sepertinya kau cukup tahu aku seperti apa."

"Tidak banyak wanita yang memutuskan untuk tetap bekerja setelah diberi kekayaan yang melimpah."

Thea tersenyum, "tidak banyak bukan berarti tidak ada kan."

"Yap! Sepertinya aku mulai menjadi penggemarmu, Thea."

"Huh?"

Louis menatapnya dengan antusias, "tenang saja. Saat kau berpidato nanti, aku akan bersorak paling keras untukmu."

"Eh- haha...kupikir sepertinya itu tidak perlu.."

'Aku sungguh tidak bisa membayagkan suasana menyenangkan diantara anggota mafia. Itu jauh lebih menyeramkan,' batin Thea.

###

Malamnya, semua orang berkumpul di ruang bawah tanah mansion Wesley. Semua bawahan Jacob termasuk Louis dan Thea ada disana. Jacob berdiri diatas tanah yang mirip dengan altar karena lebih tinggi daripada tanah sekitarnya.

"Aku mengumpulkan kalian semua disini adalah karena ada anggota baru yang akan bergabung dengan kita," seru Jacob.

Jacob mundur satu langkah lalu melihat kearah Thea. Thea mengangguk lalu berdiri didepannya menghadap semua orang disana.

"Aku Thea Beatrice akan bekerja dibawah Panthera Corp dengan kode nama Cheetah. Aku akan bersungguh-sungguh selama berada disini. Kalian tidak perlu khawatir atas keberadaanku karena aku tidak akan merugikan kalian. Aku akan menyimpan semua kerahasiaan dari Panthera Corp dengan dasar janji darahku."

Setelah mendengar kalimat Thea, semua orang disana mulai bersorak. Thea tersenyum simpul melihat semua orang menerimanya dengan senang hati. Louis membuka kotak hitam yang sedari tadi ada ditangannya. Kotak itu berisi sebuah name tag, pin kerah, dan kartu nama. Jacob mengambil name tag dan pin kerah berbentuk mahkota dengan satu bintang lalu memasangkannya ke pakaian Thea. Lalu, Jacob mengambil sebuah pisau di sakunya. Ia menggores jari telunjuk Thea lalu meneteskannya di kartu nama dengan tulisan emas yang dibawa Louis. Kartu nama itu diletakkan lagi di kotak hitam. Thea membungkuk kearah Jacob dan Louis lalu menatap semua orang disana. Semua bawahan Jacob membungkuk serentak kearah Thea.

"WELCOME, LADY BOSS CHEETAH!"

Thea mengangguk sambil tersenyum. Setelahnya, kerumunan orang disana bubar dan kembali ke atas. Meninggalkan Jacob, Louis dan Thea di ruangan itu. Dengan cepat Jacob menutup luka goresan di jari Thea. Ekspresinya berubah seluruhnya. Tidak ada lagi wajah keren didepan bawahannya karena ia menjadi sangat panik sekarang.

"Louis, cepat panggilkan dokter!"

Louis menghela nafas lelah, "mulai lagi."

Thea tertawa canggung, "J-Jack.. aku tidak apa, sungguh."

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang