34

15 2 0
                                    

Thea dan Jacob duduk berdampingan di ruang tamu, berseberangan dengan Tuan dan Nyonya Wesley. Tuan Wesley menyesap teh herbalnya sebelum memulai percakapan serius diantara mereka.

“Jadi, anakku ini berniat menikahimu?” ucap Tuan Wesley.
Thea hanya mengangguk canggung, “benar, om-“

“Ayah,” ulang Thea.

Tuan Wesley tersenyum puas mendengar jawabannya. Namun, raut wajahnya berubah datar ketika menatap anak semata wayangnya.

“Apa yang kau persiapkan untuk dirinya, Jacob Wesley?” ujarnya pada Jacob.

Jacob meneguk ludahnya kasar, “tenanglah, Ayah. Aku sudah merencanakan beberapa kegiatan untuk pernikahan kita.”

“Kuharap idemu tidak mengecewakan, nak,” balas Nyonya Wesley.

Jacob menghela nafas pasrah, “bisakah kalian mendengarkan rencanaku lebih dulu?”

Tuan Wesley tertawa keras. Merasa puas telah menggoda anak nya itu.

“Baiklah, anakku. Katakan apa yang harus kau katakan,” jawabnya.

Jacob mengangguk dan mulai mengatakan semua rencananya. Thea ternganga mendengar semua penuturan Jacob yang terkesan gamblang.

Orang kaya benar-benar tidak takut menghabiskan uangnya, ya, batinnya.

Ia meringis membayangkan biaya pernikahan mereka dengan mendengarkan Jacob berceloteh mengenai ide gila nya itu. Walau kedua orang tua nya cukup mengapresiasinya atas ide fantastisnya.

Apakah mereka bangga karena anak mereka pandai menghabiskan uang? Batin Thea sambil terkekeh pelan.

Setelah Jacob selesai berbicara, Tuan Wesley bertepuk tangan dengan eloknya.

“Aku menghargai rencanamu untuk menggelar pernikahan diatas kapal pesiar, tapi tidakkah kau memikirkan keamanannya?” ucap Tuan Wesley.

“Aku mengerti kekhawatiranmu, Ayah. Tapi aku hanya akan mengundang 30 orang penting keatas kapal pesiar. Sisanya, aku tidak peduli. Mereka akan menonton melalui layar ponsel masing-masing.”

“Oh tuhan, itu semakin gila,” gumam Thea.

Jacob hanya mengendikkan bahunya sambil tersenyum kearahnya, “itu urusan kita untuk mengatur tamu.”

Tuan Wesley hanya geleng-geleng kepala sedangkan Nyonya Wesley sudah siap dengan wajah tak terbaca nya.

Thea tidak tahan lagi. Ia mengusap lengan Jacob lalu menatapnya penuh harap.

“Jack, bukankah itu tidak baik jika kita membatasi tamu undangan?” bujuknya.

Jacob terdiam dan berpikir, “seharusnya gitu, tapi aku melihat kondisi keamanan untukmu juga. Kapal pesiar yang akan kita pesan adalah kapal pesiar dengan penginapan dan segala fasilitas pribadi. Akan sulit mengawasi setiap orang ditempat yang tertutup seperti itu.”

Thea kembali berpikir keras. Memang benar katanya.

“Gimana kalau sisa tamu yang ada ditempatkan di pantai tempat kapal itu berlabuh. Sediakan layar lebar untuk menampilkan pernikahan kalian di kapal pesiar yang akan berlayar,” usul Nyonya Wesley.

“Saran yang cukup bagus, bu,” jawab Jacob.

“Oke, gitu aja lebih baik,” ucap Thea sambil mengangguk.

“Baiklah. Rencana sisa, ayah percayakan pada kalian. Mulailah fitting baju, mencari cincin, dan lainnya,” ucap Tuan Wesley.

Jacob dan Thea mengangguk kompak, “baik, Ayah.”

Tuan Wesley menatap tajam Jacob, “jangan lupakan rencana yang kau janjikan pada ayah,” bisiknya mengancam.

Jacob mengangguk tegas, “tentu, Ayah.”

Thea kebingungan melihat kedua orang itu dan hanya ditanggapi dengan senyuman dari Nyonya Wesley.

###

S

aat ini, Jacob dan Thea sedang berkeliling didalam gedung penuh dress mewah dengan nama ‘boutique du roi’. Kini, Thea sedang mencoba sebuah dress putih panjang yang memperlihatkan lekuk pinggangnya dengan berbagai permata berkelip di bagian roknya. Beberapa dress putih lainnya juga ia coba. Begitu juga dengan Jacob yang beberapa kali berganti jas putih disana. Sampai mereka memesan sepasang baju pernikahan dan menyimpan sebuah kertas cek. Lalu, mereka lanjut ke sebuah toko perhiasan. Disana, mereka memilih beberapa cincin silver. Thea berulang kali mencoba semua cincin yang mirip ditangannya.

Saat fokus memilih, tiba-tiba Jacob menahan tangannya. Thea menatapnya keheranan.

“Tidak perlu memilih lagi, katakan model seperti apa yang kau inginkan, kita akan pesan custom,” ucap Jacob.

Thea tidak terkejut lagi, ia sudah menduga banyak tentang calon suaminya yang sering seenaknya sendiri. Ia menghela nafas dan mengangguk.

“Aku hanya ingin cincin yang simpel, jangan banyak berlian di cincin itu, dan aku ingin cincin yang tipis,” jawab Thea.

“Pilihan yang tepat,” balas Jacob.
Jacob mengajukan permintaan cincin milik mereka berdua kepada pelayan. Lalu mereka kembali ke mansion Wesley. Mereka lanjut mengurus kartu undangan dan daftar tamu.

“Jack, daftar tamu spesial aku serahkan padamu karena aku tidak terlalu tau siapa saja yang terjamin keamanannya,” ucap Thea.

Jacob mengangguk dan mulai menuliskan beberapa nama. Setelah menuliskan nama Louis, Luke, Ian, Jane serta kedua orang tuanya, Jacob menyerahkan daftar nama itu ke Thea.

Thea membaca seluruh nama disana hingga ia membeku ditempat.

“Kau serius memasukkan nama Reon kesini?” tanya Thea.

“Aku serius,” jawab Jacob dengan santainya.

“Apa kau tidak curiga padanya? Kau tidak takut dia membuat kekacauan?”

“Kau yang tahu betul sifatnya yang berontak itu, jika dia ingin mengacau, maka dia sudah melakukannya sejak lama.”

“Itu masuk akal.”

“Tenang saja, aku menyerahkan pengawasannya pada pengawasan paling ketat.”

Thea mengangguk paham. Setelah itu, semua undangan dibuat dan dikirimkan oleh para bodyguard mereka. Jacob beranjak dari tempatnya sambil meraih lengan Thea.

“Ayo tidur, apa kau tidak lelah?” ujarnya.

“Kau bisa tidur duluan.”

“Kenapa? Kita sudah terbiasa tidur bersama, kan?”

Jacob tersenyum penuh makna, membuat Thea bergidik melihatnya.

“Iya iya, ayo tidur.”

Jacob tertawa kecil. Saat Thea berjalan mendahuluinya, tiba-tiba tubuh Thea terangkat. Jacob menggendongnya dengan tenang.

“Jack! Bilang dulu gitu kalau mau gendong!” gerutu Thea.

“Nggak asik, kan mau surprise.”

Surprise apanya, kalau jatuh kan nggak lucu,” tukas Thea.

“Sstt..udah, jangan berisik, nanti pada kesini loh.”

Thea memutar bola matanya malas. Namun, tangannya melingkar di leher Jacob dan mulai menenggelamkan kepalanya disana. Jacob tersenyum cerah melihat kelakuan Thea.

“Istriku sangatt menggemaskan!”

“Calon,” gumam Thea.

Jacob hanya mengendikkan bahu dan lanjut berjalan menuju kamar mereka.

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang