16

14 2 0
                                    

Tok tok tok

Thea mengetuk pintu mansion Andrew berkali-kali.

Cklekk

"Thea? Kau kemana saja?"

Thea terkejut sekaligus takut. Sesuai dugaannya, Andrew benar-benar pulang sekarang.

"Andrew, apa seseorang dirumahmu?"

Andrew bingung, "siapa?"

Dengan ragu, Thea menjawab, "Jacob.."

Seketika wajah Andrew menjadi dingin, "Jacob Wesley? Ya, dia disini."

'Lihat! Lihatlah wajahnya! Pasti terjadi sesuatu!' batin Thea.

Andrew menuntun Thea, "masuklah dulu, Thea. Kita sudah lama tidak bertemu."

Thea duduk di sofa ruang tamu dengan Andrew disebelahnya.

"Dia ada di balkon lantai dua, sedang menelpon sambil merokok. Aku tidak tahu apa maksud kedatangannya kesini."

"Apa kalian bertengkar?"

"Hah? Untuk apa?"

"Kupikir kalian punya hubungan yang buruk."

Andrew terkekeh, "aku setuju pada pernyataanmu. Jujur saja alasanku membunuhnya hanya untuk mengetesnya. Karena kita adalah rival sejak dulu."

Thea berjengit.

"Aku tahu ada banyak yang ingin kau tanyakan, Thea."

"Jujur saja, aku sangat lega Jacob tidak disini. Aku ingin bicara sesuatu denganmu."

"Ada apa?"

"Kau tidak marah kan jika aku gagal melaksanakan misi membunuhnya?"

"Tidak masalah sih. Lagian kami hanya saling lempar batu tapi aku percaya tidak ada dari kami yang kalah."

"Jadi, aku yang salah paham? Kalian memang biasa bertarung seperti ini?"

"Ya, begitulah."

"Apa kau mengetahui tentang amnesia ku?"

"Aku tahu. Dia meninggalkanmu saat kau berada dirumah sakit. Lalu hari selanjutnya saat kau bangun, dokter bilang pikiranmu mengalami tekanan psikis yang membuatmu melupakan beberapa hal. Apa kau mengingatnya kembali?"

Thea menggeleng, "aku tidak mengingat dengan detail saat berada dirumah sakit. Tapi aku ingat jika Jacob pernah bersamaku dulu."

"Aku hanya ingat jika setelah amnesia, kau tidak mengingatnya sama sekali."

Andrew bangkit dari duduknya lalu menuju dapur, "aku akan buatkan teh hijau untukmu."

"Ah, terimakasih."

"Sebagai tanda maafku juga. Dia marah padaku karena membuatmu terluka."

"Huh?"

Andrew datang membawa secngkir teh hangat lalu duduk disamping Thea. Thea menerima teh itu dan meminumnya. Seketika tubuhnya menjadi rileks. Ia memang suka teh hijau.

Tiba-tiba Andrew memegang pundaknya, "kau terkena pistol Reon kan? Dia tidak tahu tentang hubungan kami, jadi sepertinya dia menganggap serius misi ini."

"Tidak masalah. Aku masih bisa mengatasi ini."

Thea meletakkan cangkirnya.

Andrew mengambil liontin ular yang menggantung di lehernya, "aku senang kau memakainya. Itu terlihat cocok untukmu."

Thea menggenggam liontin itu, "aku sangat berterimakasih padamu Andrew. Liontin ini pasti sangat mahal."

"Tidak, itu belum seberapa. Aku harus memberimu lebih lagi."

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang