3

23 3 0
                                    

Seorang wanita memasuki gedung bertingkat yang sangat mewah. Ia menghampiri administrator yang sedang mencatat.

Ia memberikan sebuah kartu nama, "permisi. Iris Seraphina, reporter sekaligus jurnalistik yang akan melakukan wawancara dan dokumentasi ke perusahaan ini."

Administrator itu memeriksa kartu nama itu sebentar, lalu menelpon seseorang. Tak lama setelah ia menutup telepon, ia mengembalikan kartu nama itu.

"Silakan bertemu dengan direksi kami dahulu, di lantai 22," ucapnya.

"Baik, terimakasih."

Iris menaiki lift lalu mengetuk satu-satu nya pintu ruangan yang ada di lantai 22.

Tok tok

"Masuk," sahut suara dari dalam.

Cklekk

Pintu terbuka. Memperlihatkan ruangan mewah yang luasnya hampir dua ruang tamu apartment biasa. Dengan satu meja kerja serta kursi kebesaran di belakang deretan jendela tinggi yang berjajar. Ruangan itu dikelilingi rak buku super penuh serta beberapa sofa yang terlihat sangat nyaman.

Iris membungkuk memberi salam, "Saya Iris Seraphina, jurnalistik sekaligus reporter yang akan melakukan wawancara hari ini."

Saat ia mengangkat tubuhnya kembali tegak. Pupilnya mengecil.

"oh, baik. Jadi, kita akan briefing dulu. Silakan duduk, nona Iris," balas orang itu.

Tas kerja di tangannya terjatuh di lantai. Iris menunjuk orang itu gemetar.

"Kau- k-kau!!"

Orang itu terlihat bingung, "ada apa, nona?"

"Jacob?! Kenapa aku bertemu kau lagi?!"

Jacob membeku, "lagi...?"

"Kau, kau lelaki gila yang membunuh security saat itu kan?! Kau mau apa lagi?!"

Jacob ikut terkesiap, "kau- mmmp!"

Dengan cepat Iris melesat ke arahnya lalu membungkam mulutnya dengan tangannya. Ia menatap tajam pada Jacob.

"Jangan bongkar penyamaranku."

Iris berpikir keras. Ia benar-benar terjebak. Baru saja, ia mengungkap identitasnya dengan tidak sengaja ke lelaki paling gila yang ia temui.

Jacob mengangguk. Setelahnya, Iris melepaskan bungkamannya.

Jacob tersenyum menang, "aku tidak menyangka akan secepat ini bertemu denganmu lagi, cobra."

"Iris."

"Baiklah baik."

Jacob meraih tangannya lalu mengecup punggung tangannya, "nona Iris."

Iris duduk di sofa, disusul Jacob yang duduk disebelahnya.

"Jadi nona, apa keperluanmu disini?"

"Apa maksudmu? Sudah kubilang aku disini untuk wawancara."

"Hmm? Apa kau pindah profesi?"

Iris menggeram marah. Ia berusaha berlaku peran sebaik mungkin, tapi orang gila didepannya mengacaukan semuanya dengan begitu mudah.

Jacob mengendikkan bahunya, "jika kau butuh bantuanku, katakan saja."

Iris menatapnya tajam, "dan kenapa aku perlu bantuanmu?"

"Ini perusahaanku, kawasanku, calon korban yang kau cari adalah karyawanku. Aku punya kuasa penuh untuk membantumu."

"Tidak perlu. Aku lakukan sendiri."

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang