10

16 2 0
                                    

Jacob menuruni tangga rumahnya diikuti Thea yang mengenakan sweater hitam serta sweatpants biru selutut.

Jacob duduk di kursi meja makan, "kau mau makan apa?"

"Kau bisa memasak?"

"Tidak, tapi jika kau ingin sesuatu, aku akan membelikannya."

"Tidak perlu. Apa kau punya bahan?"

Jacob berpikir sejenak, "aku sudah lama tidak belanja. Tapi sepertinya ada sedikit bahan di kulkas."

Thea membuka kulkas disana. Ada beberapa bahan yang masih bisa dipakai. Thea mengeluarkannya lalu meletakkannya di meja.

"Apa aku boleh pinjam dapur mu?"

"Tentu. Gunakan semuanya yang kau perlukan."

Thea mengangguk. Ia memakai sebuah apron abu-abu lalu mulai memasak. 1 jam berlalu semenjak Thea memasak. Ditemani oleh Jacob yang terus memperhatikannya tanpa kedip. 2 panekuk, serta oat buah sudah tersedia diatas meja makan.

Thea menatap Jacob yang duduk dibelakangnya, "Teh atau susu?"

"Kopi atau americano."

Thea menatap Jacob marah, "tidak ada kopi dipagi hari."

"Aturan siapa itu?"

"Aku. Jika kau ingin kopi, kau tidak akan dapat sarapan ataupun kopi."

Jacob menghela nafas pasrah lalu tersenyum, "baiklah, sayang. Jangan marah. Buatkan teh hijau untukku."

Thea mulai meracik teh dengan kesal, "siapa yang kau sebut sayang?"

"Tidak baik marah dipagi hari. Walau jika keriput muncul diwajahmu kau akan tetap cantik."

Thea mengambil teko panas lalu berjalan kearah Jacob, "akan kusiram kau."

Jacob terkekeh, "maaf."

Thea kembali pada kesibukannya. Lalu mereka sarapan dalam diam. Setelahnya, Thea membersihkan semua alat makan dan dapur. Mereka duduk bersebelahan di sofa ruang tamu. Sibuk dengan laptop masing-masing.

"Thea, apa alasanmu jadi seorang pembunuh bayaran?"

Thea berhenti mengetik di laptopnya. Ia sempat terkejut lalu kembali ke laptopnya, "apa hubungannya denganmu?"

"Aku hanya penasaran. Lupakan saja."

Jacob kembali pada laptopnya. Thea merasa aneh. Tidak biasanya Jacob semudah ini untuk ditolak. Akhirnya Thea pasrah dan memulai percakapan.

"Hanya karena masalah umum. Aku hanya bisa bekerja seperti ini untuk mendapat uang."

Jacob menatap Thea, "kau bisa bekerja denganku."

Thea menggeleng, "tuan, ingatlah jika kita bekerja sama atas dasar pertanggungjawabanku. Bukan karena dari awal kau kasihan melihat hidupku dan ingin merekrutku."

Jacob kembali menatap laptopnya, "itu masuk akal."

###

Thea kembali ke asramanya setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan Jacob. Hari sudah mulai gelap sekarang. Beberapa orang disana juga sudah melakukan hal-hal pribadi mereka. Thea memasuki ruang Gym dengan satu set pakaian olahraga hitamnya dilengkapi dengan sarung tangan sepadan. Saat ia sedang menyiapkan karung tinju, seseorang menepuk bahunya.

"Anaconda mengirim sesuatu untukmu. Aku meletakkannya di loker lantai 3. Ambillah nanti."

Thea membalikkan badannya dan menemukan seseorang dengan pakaian olahraganya yang sudah sedikit basah karena keringat.

[✔] GEPARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang