Chapter 05

250 300 31
                                    


Next Guys!


[Jangan lupa votenya]


HAPPY READING!!







⚡⚡⚡




Tok..tok..tok...

"Masuk"

Mereka berempat mulai memasuki ruangan Bk dengan wajah menunduk lusuh. Dan mereka mendapati Rexa sudah duduk di depan posisi Pak Anto.

"Yang saya suruh ke Bk siapa? Ha!"

"Leon, Bayu, Revaldi, keluar kalian. Tinggalkan Digo disini." Pinta Pak Anto.

"Baik, Pak." Mereka bertiga mulai meninggalkan ruangan tersebut.

"Ah, sial. Sayang makanan gue belum abis." Bayu mendesis kesal.

"Heh, gentong! Digo kenak masalah, lo bisa-bisanya ya masih mikirin perut lo." Sergah Leon.

Bayu hanya menggaruk-garuk kepala, lalu meninggalkan tempat.

Leon dan Revaldi tetap berdiri di depan pintu ruangan Bk. Menunggu Digo keluar dan sesekali menguping pembicaraan di dalam ruangan.

"Nah, kalian berdua. Bapak muak terus-terusan melihat wajah kalian. Dan ruangan ini ya, kalau bisa ngomong capek mungkin dia akan bilang capek. Iya, capek dengeri Bapak ceramahi kalian terus"

"Kalian kapan sih mau berubah." Tutur Pak Anto

"Rexa duluan nih, Pak!" Lontar Digo

"Heh, singa! Bukannya lo duluan yang cari ribut, ya?" Sahut Rexa

"Oke. Rexa, kamu jelaskan apa masalah tadi." Pinta Pak Anto

"Jadi gini, Pak. Tadi Rexa gak sengaja menubruk cewe sewaktu jam istirahat, dan Rexa ngebantu tuh cewe dong, sebagai rasa tanggung jawab. Dan datang si rombongan singa ini, Digo, mereka asal ceplas-ceplos aja tuh kalau ngomong"

"Dan sebenarnya juga, tidak ada permasalahan yang serius. Tapi Digo aja yang buat suasana makin memanas." Jawab Rexa.

"Heh! Emang lo aja yang sok caper di depan cewe." Protes Rexa.

"Woi, singa! Lo kalo salah ya salah aja, jangan cari pembenaran dong"

"Belagu banget si lo"

Adu bacot pun dimulai.
Argumen demi argumen pun saling menyerang, sehingga membuat kepala Pak Anto pusing.

"Diammmmmmmmmmm." Suara keras diiringi dentuman tangan Pak Anto ke meja, membuat Rexa dan Digo membisu seketika.

"Udah? Diam?"

"Huhhhhh" Pak Anto menghela nafas.

"Kalian milih surat panggilan Orangtua, atau perjanjian?" Tanya Pak Anto

"Perjanjian" Rexa dan Digo menjawab secara bersamaan.

Lalu mereka bertatapan secara bersamaan, sebagai reaksi dari jawaban yang tak sengaja diucapkan secara bersama.

"Oke, perjanjian kan?"

"Perjanjiannya adalah, kalian harus akur dan berjanji tidak akan membuat onar di Sekolah ini. Terutama kamu Digo!" Pak Anto mengacungkan jari telunjuknya ke arah Digo.

Lagi-lagi Digo menunduk lusuh.

"Kalian bisa? Dan ingat juga, kalau perjanjian kali ini kalian langgar, maka Bapak tak segan-segan memanggil Orangtua kalian ke Sekolah ini. Kalian paham!" Seru Pak Anto

"Paham, pak"

"Bagus, kalian boleh keluar sekarang."

Rexa dan Digo mulai beranjak pergi dari hadapan Pak Anto.

Digo menggerakkan tangannga ke arah gagang pintu, dan secara tak sengaja Rexa juga ingin memegangnya.

Digo mengarahkan pandangannya ke wajah Rexa. Matanya membidik dendam.

"Ogah dan najis gue akur sama lo." Celetuk Digo.

Cekrekkk (Pintu telah dibuka)

"Bro gimana?" Tanya Revaldi.

Digo tak merespon, justru melihat Rexa yang mulai berjalan meninggalkan ia.

"Woi bro, tunggu. Mau kemana lo." Seru Leon.

Dan benar saja, Digo mengikuti kemana arah Rexa pergi. Dan Digo berusaha menyamai langkah kakinya.

"TUNGGUUU!"  Digo menyergah tangan Rexa.
Rexa pun mulai menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan.

"Pulang Sekolah, tunggu gue di lapangan Basket"

"Mau apalagi sih Digo?"

"TANTANGAN" Bisik Digo dengan halus, tepat di samping telinga Rexa.
Rexa yang mendengarnya pun sontak tertawa kecil.

"Digo....Digo...udah tua, ketua Osis lagi. Tapi, kok sifatnya masih kayak bocah ya." Sindir Rexa

"But, oke. Gue suka tantangan dari lo." Rexa yang tak habis-habisnya menyetujui setiap permintaan dari Digo pun, kali ini ia menyetujuinya lagi.

Tanpa mereka sadari Pak Anto masih membuntuti mereka.

"Digo, Rexa, ngapai lagi kalian disini? Bertengkar lagi, hah!" Ujar Pak Anto

"Hah? Oh enggak pak. Ini kami saling minta maaf, pak. Dan ingin akur, sesuai perjanjian kita tadi." Jawab Rexa sembari memegang tangan Digo.

"Iya, pak. Benar kata Rexa, kami maaf-maafan kok Pak. Gak lebih dari itu." Timpal Digo dengan wajah sumringah cengar-cengir.

"Bagus, ya sudah Bapak pergi dulu"

"Huhhhh" Digo dan Rexa lega setelah memanipulasi Pak Anto.

"Lepasin tangan gue, najis. Pulang Sekolah, ingat! Gue tunggu lo." Digo menepis tangan Rexa dan mulai meninggalkan Rexa.







ClarexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang