Chapter 15

103 114 33
                                    


⚡Happy Reading⚡


Rexa terus melajukan santai motornya. Sampai tiba-tiba ia nge-rem motornya hingga membuat dagu mungil Clarin terantuk di bahu Rexa.

"Awhhhh." Clarin memegang erat dagunya. Rexa yang mendengar pekikkan Clarin pun, langsung memutar poros tubuhnya 90°.

"Sorry, Clar gue gak sengaja." Panik Rexa dan tangannya ingin ikut serta memegang dagu Clarin namun Clarin menepisnya.

"No!" Clarin tampak marah pada Rexa, Clarin melipat kedua tangannya di dadanya dan mengalihkan wajahnya dari pandangan Rexa.

"Lo kalau marah imut"

Serrrrrr. Clarin auto salting dengernya, tapi harus tetep tampil cuek.

"Banggg! Siniii!" Teriak Rexa memanggil abang-abang penjual es cream di sekitar badan jalan raya.

"Beli dua, bang"

"Oke, bentar ya"

Clarin tak memperdulikan apa yang dilakukan Rexa dengan orang tersebut. Bahkan matanya tak memberi lirikan sedikitpun.

"Nah, untuk lo." Rexa menyodorkan sebuah es cream di depan Clarin.

Clarin sejenak tak menggubrisnya. Namun tak bisa di bohongi aroma es cream tersebut nekat masuk ke dalam indra penciuman Clarin. Clarin yang sedari kecil menjadikan es cream sebagai mood/fav nya pun langsung mengayunkan netranya ke arah es cream tersebut.

"Buat gue?" Tanya Clarin dengan wajah datar. Dan Rexa membalas anggukan kepala.

"Makasih." Clarin langsung merampasnya dan tak segan-segan menjilatnya hingga sampai ke pangkal contong es cream.

Rexa terpelongo melihat kelahapan Clarin, sampai-sampai es cream yang berada di tangan kanannya mencair dan tetesannya menjalar ke sekujur jemari Rexa.

"Kenapa gak dimakan?" Tanya Clarin setelag melihat es cream yang berada di tangan Rexa.

Rexa membalas senyum menyeringai.

"Yauda, kalau lo gamau buat gue aja." Clarin langsung mengambil es cream Rexa tanpa persetujuannya.
Bahkan Clarin menghabiskan dalam waktu sekejap. Rexa semakin dibuat berbidik diam oleh aksi Clarin.

"Sudah? Habis?" Titah Rexa setelah melihat Clarin membuang sisa contong es cream tersebut.

"Sudah." Sahut Clarin dengan raut wajah ceria.

Gila ni cewe. Gue tau apa yang harus gue lakukan sekarang.

Rexa sigap menghidupkan motornya dan mengendarai dengan laju. Seperti tidak ada jeda di detik-detik saat ini.

"Kitaaa mauuuu kemanaaa!!!" Seru Clarin dengan raut wajah setengah ketakutan setelah Rexa mengendarai motornya dengan sangat cepat.

"Gawatttt iniiii gawattttt!!" Balas Rexa.

Mereka berdialog di atas motor dengan volume suara yang drastis dinaikkan. Kenapa begitu? Iya, kalau pelan jelas tidak kedengaran di telinga mereka. Jadi mau gak mau mereka harus mempekikkan telinga satu sama lain di tengah angin sepoi-sepoi yang menerjang tubuh mereka.

"Gawattt apanyaaa sihhhhhh, Rexxxxx!!"

"Pokoknyaaa gueee harusss cepettt-cepett, kalauuu tidakk nantiii anakk oranggg keburuuu matiiiii!!" Pekik Rexa.

"Lo sadarrr gakkk sihhh, kalauu lo bawaaa guee beginiiii guee jugaa bisaa matiii!!" Teriak Clarin di samping telinga Rexa.

Kini angin kencang tampak menyulap pandangan Clarin hingga tak terbuka sedikitpun. Rexa terus melajukan motor seperti kijang sedang berlari. Sedangkan Clarin semakin ketakutan, sekujur tubuhnya kaku.

Ini uda keterlaluan. Rexa mengundang amarah yang Clarin yang menggejolak.

Clarin menggunakan jari telunjuk dan jari jempol untuk mencubit perut Rexa.

Kuat dan terasa pedih.

"Aaaaaaaaaaaa" Rexa membelalakkan mulutnya dan menjerit sekuatnya. Hingga Rexa tak kuat menahan sakit sampai akhirnya tenaga Rexa tak kuat lagi untuk membawa motornya dengan cepat. Motor Rexa langsung berhenti mendadak.

Setelah itu, Clarin menarik nafas lega namun jantungnya masih berdekup dengan cepat. Lalu Clarin mengedarkan pandangannya ke sebelah kirinya, dan ia mendapati rumah makan yang cukup besar.

"Oh Tuhan..." Rexa cengar-cengir melihat Clarin.

"Dih!"

Lalu Rexa mengambil tangan Clarin yang ia gunakan untuk mencubitnya. "Mana tangan lo?"

"Ih, lepasin!"

"Keren juga nih tangan, bisa menghentikan keinginanku di tempat yang tepat." Ujar Rexa seraya mengamati tangan Clarin.

"Ayoo turunnnn." Pinta Rexa menarik tangan Clarin agar turun dari motornya.

"Ssshh lepasin!"

Kemudian Rexa melepasnya dan menarik sebuah kursi yang terhimpit di meja makan.

"Duduk!"

"Apaansih kamu!" Clarin tak mampu melawannya.
Mau sesebal apapun dia terhadap Rexa, baginya Rexa tetap crush nya sekarang. Dan dibalas Rexa yang duduk di samping kiri Clarin.

"Bukkk?!" Seru Rexa sembari melambaikan tangan. Kemudian Ibu tersebut datang dengan membawa sebuah lembaran yang berisi menu makanan. Kini, entah apa yang membuat Rexa ingin memesan sepuluh menu makanan yang berbeda.

Di sela-sela Rexa menunggu makanan datang, si Clarin pula tak hentinya wajah ditekuk dan kedua tangan dilipat di dada. Bahkan dia tak tau apa yang diperbuat Rexa sekarang.

"Makanan datang." Beberapa pegawai rumah makan telah sampai. Kedua tangan pegawai penuh dengan makanan yang Rexa pesan. Sedangkan Clarin terpelongo melihat ini semua.

"Nih makan buat lo." Rexa menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Jadi, inilah yang gue maksud gawat tadi." Tambah Rexa.

"Maksud lo? Gue gak ada bilang gue lapar, jadi ini apa-apaan sebanyak ini?" Desis Clarin.

"Lah? Tadi barusan kamu makan es cream selahap itu. Kamu butuh asupan nasi Clar kalau kamu lapar. Sudah, makan gih." Jelas Rexa kemudian menyodorkan makanan-makanan tersebut.

"Gak"

"Ayo makan!"

"Gak! Gue kasih tau ya, gue makan es cream selahap itu ya karena es cream emang fav gue. Bukan berati gue rakus!" Ungkap Clarin dengan rasa kesal.

"Yauda apapun itu, pokoknya sekarang kamu makan, Clar."

"Lo makan aja semua!" Clarin pergi meninggalkan Rexa yang masih memegang makanan yang barusan ia tawarkan pada Clarin. Rexa terpelongo, melihat langkah kaki cepat Clarin keluar dari rumah makan tersebut.

"Ahhh sial!" Gerutu Rexa. Rencana mendekatkan diri dengan Clarin berjalan tak sesuai ekspetasinya. Rexa membiarkan Clarin pergi dan tidak mengikuti bahkan menjemputnya.

Pukul 20:30 Wib.

Terlihat Vyora mengendap-ngendap memasuki sebuah rumah kosong dan gelap layaknya tak berpenghuni. Rumah tersebut berada tak jauh dari kota. Hanya saja lingkungan sekitarnya tak ada rumah warga.

Vyora melambatkan pergerakan kakinya, sesekali matanya memantau sekitar dan mengkhawatirkan ada yang mengetahuinya. Tak lama kemudian, usahanya untuk masuk terwujud. Wow! Siapa sangka, ternyata isi dalam ruangan tersebut sangatlah indah. Lampu kelap-kelip memancarkan sinarnya. Dan dinding ruangan tersebut indentik dengan koleksi senjata tajam antik. Lebih tepatnya, ruangan ini adalah markas anak Lionthere Squad berkumpul. Bagi Vyora, ini belum pertama kalinya ia kesini, tapi sudah sering sekali.

"Selamat datang, nona Vyora Dealova." Sambut Digo.





Next part, guys.

Jangan lupa vote!

Kira-kira ada apa ya dengan Vyora?

ClarexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang