Chapter 18

56 61 9
                                    

⚡Happy Reading⚡

***

Di lantai dua Sekolah, terlihat ada Vyora sedang berjalan santai seorang diri. Hari ini sahabatnya Gabriella tidak dapat hadir ke Sekolah dikarenakan sakit. Dengan langkah kaki yang lambat, Vyora memberhentikan langkahnya dan menyandarkan tubuhnya di pembatas pagar lantai atas. Dengan netra yang tak henti menelusuri lapangan Sekolah yang ramai orang berlalu lalang.

Pandangannya kesana-kemari, sampai netranya terhenti kala ia melihat Rexa sedang berjalan tergebu-gebu dengan tangan menggenggam perempuan lain. Vyora membelalakkan bola matanya dan memastikan apakah itu benar-benar Rexa.

"Itu Rexa!" Vyora sontak berlari dan menuruni anak tangga dengan cepat, tak peduli berapa banyak murid yang ia tabrak karena dianggap menghalangi jalannya.

Sesampainya di lapangan, Vyora terhenti mendadak dikarenakan dia sudah kehilangan jejak Rexa. "Ahhh sialll!"

"Hei-hei, kamu ada liat Rexa gak?" Tanya Vyora pada murid lain.

"Rexa?"

"Lo ada liat gak?" Murid tersembut melemparkan pertanyaan Vyora pada sahabat yang ada di sebelahnya.

"Oh Rexa, tadi gue liat dia jalan menuju taman Sekolah sih." Sahut murid tersebut.

"Oke makasi ya!" Vyora kembali melanjutkan larinya menuju taman Sekolah.

***

"Lo gapapa, Clar?"

"I'm okey, makasi udah bantu gue."

"Btw, kenapa lo ngaku-ngaku kalau gue pacar lo?" Tanya Clarin dengan ragu.

"Oh itu skip aja, yang penting lo aman sekarang"

Pandangan yang tulus dari Rexa, membuat perasaan Clarin padanya semakin bertambah. Sesekali Clarin memejamkan matanya, kemudian membukanya, memejamkannya lagi. Hal itu tetap membuat Rexa tak bergeming untuk mengalihkan pandangannya dari wajah Clarin.

"Biasa aja liatnya, ntar lo demen sama gue." Ucap Clarin seraya membenarkan rambutnya.

Rexa tertawa halus, "Kalau gue beneran suka gimana?"
Oh no! Kalimat tersebut membuat Clarin nge fly, bagaikan terbang di atas awan. Perasaan yang selama ini dianggap akan bertepuk sebelah tangan, akhirnya terbalaskan ketika Rexa juga mampu menyukai Clarin.

Di tempat yang sama, ternyata ada Vyora yang sedang menyaksikan dialog-dialog antara Rexa dan Clarin, yang saat itu jaraknya tak terlalu jauh. Pengungkapan yang tak sengaja di dengar oleh Vyora, membuat ia merintihkan air matanya. Vyora membungkam mulutnya rapat-rapat agar tak kedengaran orang-orang di sekitarnya. Kalau saja tak ada orang disini, mungkin Vyora sudah meluapkan tangis histerisnya.

Vyora menggelengkan kepalanya sebagai tanda ketidakpercayaan akan hal ini. Air mata juga tak henti membasahi pipinya. Hatinya remuk, bak dihancurkan berkeping-keping.  Sosok lelaki yang sudah bersamanya selama satu tahun lebih, terkalahkan oleh Clarin yang baru saja masuk, langsung merebut Rexa darinya. Tangisnya sudah tak terbendung lagi, sampai akhirnya Vyora melabrak mereka berdua.

"Dasar cewe murahan!!" Dengan emosi dan tangis yang secara bersamaan, Vyora menampar keras pipi Clarin.
Rexa kaget tiba-tiba ada kehadiran Vyora di sana.

"Vyora!" Teriak Rexa.

Vyora mengalihkan pandangan ke arah wajah Rexa. Sejenak ia mengamati lelaki tampan di depannya, yang baru saja menyebut namanya dengan suara yang tegas.

"Cewe ini alasan lo akhiri hubungan kita Rex? Iya begitu?!" Tegas Vyora diiringi tangisnya.

"Lo jadi cewe jangan playing victim. Lo bercermin aja, bagaimana sikap kamu pada orang lain. Bahkan banyak cewe di Sekolah ini yang menjadi korban bullying, dan itu ulah kamu!" Sahutan tegas dibalas oleh Rexa.

ClarexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang