Chapter 10

183 216 16
                                    

Next guys!

[JANGAN LUPA VOTE NYA, YA]

HAPPY READING!!

⚡⚡⚡

***

"Pagi, Ma." Sapa Clarin pada Mamanya.

"Pagi, sayang"

Sera sedang menyiapkan sarapan buat Clarin berupa roti dengan varian coklat seperti favoritnya Clarin setiap pagi.

"Clar, sebaiknya kamu ubah secepatnya penampilan kamu. Kamu percuma ngerawat diri beli ini beli itu, tapi coba liat diri kamu sekarang. Semuanya sia-sia kalau begini, Clar." Dumel Sera

Clarin memutar bola mata malas. Ia cape setiap pagi Mamanya ngedumel perkara hal begini doang. Jadi menurutnya itu percuma kalau dari keinginan dia sendiri belum mau berubah sampai sekarang.

Clarin bangkit dari meja makannya dan langsung melahap roti yang sudah disiapkan Sera barusan. "Clarin pergi dulu, Ma" Clarin sengaja pergi sekolah lebih cepat dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tak ingin Clarin jawab.

Mulai hari ini Clarin tidak ingin pergi sekolah diantar sopirnya. Ia lebih memilih mengendarai motornya, yakni Vespa Primavera dengan nuansa warna putih itu. Clarin sampai di Sekolah pada pukul 06.10 wib. Ya, masih terlihat pagi.

Clarin mulai memasuki kawasan Sekolahnya. Terlihat jelas bahwa baru ia yang memparkirkan motor di sana. Bahkan baru ia yang datang dari sekian ramainya murid SMA TRIWIJAYA.

Clarin mulai menaikki anak tangga, berhubung kelasnya ada di lantai dua. Lorong lantai dua terlihat sangat senyap hanya terdengar langkah kaki dari Clarin saja. Clarin mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas.

Tak lama, langkah Clarin terhenti ketika tubuhnya tepat berada di kelas XI MIPA 1 yakni kelas Rexa. Tak ada rasa takut Clarin tak segan menyusuri kelas tersebut. Sorotan mata Clarin terhenti mendadak ketika ia menatap sebuah absen yang terletak di atas meja kelas.

Rexa

Masih satu kata yang ia ketahui, dan tentu ada lanjutan kata yang ingin Clarin pahami. Netranya tampak mengamati dengan teliti dari atas sampai bawah. Damn! Absen no 20 dengan nama Rexa Leoandro Wiliam.

"Yes, ini dia yang gue cari"

"Harus cepet-cepet nih"

Raut wajah Clarin langsung berubah ketika ia sudah mendapati nama Rexa. Lalu Clarin dengan sergap mengambil selembar kertas dari tasnya serta mencatatnya.

Rexa Leoandro Wiliam

"Yes, lengkap sudah."

Lalu Clarin cepat-cepat melipat kertas tersebut sampai terbentuk ukuran kecil dan memasukkannya ke saku bajunya. Karena merasa apa yang ia cari sudah terwujud, Clarin langsung merapikan absen tersebut dan mulai meninggalkan kelas Rexa.

Clarin mencepatkan langkah kakinya agar terhindar dari orang lain yang mengetahui bahwa ia baru keluar dari kelas Rexa itu.

"Ayo cepet, Clar. Gue gak mau misi gue terbongkar, mau letak di mana wajah gue"

"Masa iya sih? Seorang Clarin naksir sama Rexa. Arghh gak mungkin"

"Tapi emang ganteng sih." Dumel Clarin sepanjang jalan dengan wajah sumringah.

Dengan cepat Clarin sudah sampai di kelasnya. Masih dengan suasana yang sama, hanya dia yang baru datang.

Clarin menepuk jidatnya dengan spontan. "Gue yang kecepatan atau emang mereka sih yang kelamaan".
"Tapi kalau gue pikir-pikir ngapain gue pikiran ya, toh yang penting datang cepat ngebuahin hasil." Clarin menyengir dan menggaruk-garuk kepalanya.

Clarin mulai menduduki bangkunya. Ia menarik nafas lega lalu mengepalkan kedua tangan di dadanya, tak lupa pula ia cengar-cengir terus. Entah salting entahpun sinting. Lalu Clarin mengambil selembar kertas dari sakunya. Terlihat jelas kertas tersebut bertuliskan nama Rexa.

Clarin memandanginya lebih dalam dan lebih dalam lagi...dan

"Duarrr!!"

"Anjirrr!!" Clarin spontan memukul kepala Nela.

"Aduh, Clarrr sakit tauu!!" Gerutu Nela.

Clarin pun menjatuhkan tubuhnya di kursinya. "Lo sih! Bikin gue kaget." Clarin mengerutkan keningnya dan mengerucutkan bibirnya. Tampak jelas bahwa ia sangat kesal.

"Waduh-waduh, Clarin Aquenza Saviera marah nich." Nela membelai dagu Clarin, namun Clarin mengacuhkannya.

Clarin masih belum sadar kalau kertasnya jatuh di bawah meja. Sementara Nela tak sengaja melihat kertas tersebut.

"Kertas apanih!" Nela menyergah kertas tersebut.

"Ih jangan, Nel. Balikin sini." Clarin berusaha merampas kertas miliknya dari tangan Nela.

Kertas tersebut sengaja dilayangkan ke udara dengan Nela, dan berusaha menghindari dari tangan Clarin.

"Ambil nih, ambil nih Clar." Canda Nela.

"Ihhhh Baliin, Nel!!" Clarin menyentakkan kaki kanannya di lantai.

"Ih Clar, lo beneran marah? Gue bercanda tau." Khawatir Nela. Ia sama sekali tak ingin persahabatannya dengan Clarin hancur hanya karena masalah sepele. Sebab ia pun tahu hanya Clarin yang mau berteman dengan dia.

Lalu Nela mengulurkan tangannya dan membalikkan kertas tersebut. "Nih gue baliin." "Eitss tunggu dulu gue mau baca." Belum sampai di tangan Clarin, Nela langsung menariknya lagi.

"Jangan, Nel!"

Rexa Leoandro Wiliam

Nela terpelongo dan meraup mulutnya dengan tangan kanannya. Nela benar-benar kaget.

ClarexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang