Chapter 08

199 237 31
                                    

Hai guys apa kabar?

Next lagi nih

[JANGAN LUPA VOTE NYA, YA!]

HAPPY READING!!


⚡⚡⚡






Wajah Rexa langsung terpelongo begitupun dengan ketiga temannya yang mendengarnya juga. Gila! Tantangan Digo kali ini berbeda! Digo pura-pura amnesia kali ya? Padahal ia tahu bahwa Rexa sudah punya Vyora.

Lantas bagaimana perasaan Vyora?

"Lo gila, Dig!" Jari telunjuk Rexa tak henti mengacungkannya di depan wajah Digo.

"Lo ngasih tantangan yang bener-bener gak ada jalan keluarnya"

"Gue udah punya Vyora, Dig! Sampe kapan pun gue gamau ikuti perintah dari lo!" Rexa memutuskan kemaunnya.

"Oh lo gamau?"

"Bagaimana dengan kejadian setahun yang lalu? Kamu masih ingat kan?" Digo mengangkat dagunya, seolah apa yang ia katakan barusan adalah sebuah pengancaman.

Kali ini Rexa terbungkam suaranya, temannya dan inti
Lionthere Squad celingak-celinguk menanyakan maksud dari perkataan Digo barusan.

Setahun yang lalu? Apa itu?

Flashback on (setahun yang lalu)

Suatu hari dimana Rexa dan Digo mengadakan tantangan, yakni balap motor. Memang tantangan yang kali ini tidak ada yang mengetahuinya, private terkhusus hanya mereka berdua saja.

"Lo siap, Dig!" Seru Rexa sebelum memulai pertandingan.

"Siap!"

Mereka berdua memulai pertandingan dengan anarkis. Mereka membelah jalan Ibukota yang pada saat itu ramai pengendara. Mereka fokus pada garis finish, tak memperdulikan seberapa banyak manusia yang mencemooh mereka pada saat itu.

Rexa mengambil badan jalan sebelah kiri, sedangkan Digo memilih badan jalan sebelah kanan.

Pertarungan sengit berlangsung dengan sadis.

Sampai berujung yang tak terduga dari arah berlawanan sebelah kiri muncul sebuah mobil Alphard dengan nuansa warna hitam yang indah, yang pada saat itu juga mengendarai dengan laju.

Pada saat yang sama sang pengendara mobil melihat arah kiri melalui kaca mobilnya, ia melihat seorang anak muda (Rexa) yang sedang memacuhkan kendaraan yang sangat cepat. Sehingga ditimpal dengan rasa panik dan cemas saat itu, sang pengendara tak kuasa menyortir mobilnya. Tangannya tak karuan berusaha fokus saat itu.

Dubrakkkk

Mobil menubruk pembatas jalan sekaligus pohon besar di depannya. Sedangkan Rexa terpental sebab menubruk badan mobil.

Asap tebal mulai berkeluaran dari mobil Alphard. Jalan Ibukota dipenuhi darah yang bercucuran dari tubuh Rexa. Orang-orang di sekitar otomatis berhamburan mendatangi titik lokasi kejadian.

"Woi tolong ini tolong"

"Telepon polisi cepat!"

Warga membawa Rexa ke Rumah Sakit terdekat. Suara Ambulance nyaring di telinga semua orang pada saat itu. Sedangkan keadaan sang pengendara mobil, ia dinyatakan tewas di tempat.
Setelah mengetahui bahwa Rexa kecelakaan, Digo langsung balik arah dan mendatanginya.

***

Rumah Sakit Cendekia

"Dimana gue"

"Susterr...suss...awhhh" Rintih Rexa menahan sakit di kepalanya.

"Kamu udah sadar?" Tanya suster tersebut.

"Apa yang terjadi sama gue, sus?"

"Kamu dibawa oleh warga, dan barusan kamu telah mengalami kecelakaan."

Setelah mendengar penjelasan suster kini Rexa mulai mengingat kejadian yang menimpahnya.

"Sus, apakah ada pasien yang barusan dibawa ke Rumah Sakit ini?"

"Eeee atas nama Rexa, iya Rexa"

"Sabar ya saya cek dulu"
Sambil menunggu, sekujur badan Digo saat itu kaku. Apalagi ia tahu bahwa kejadian ini menewaskan seseorang.

"Atas nama Rexa ada di lantai dua ruangan nomor 13"

"Terima kasih, sus"

Digo berlari dan menaikki anak tangga dengan cepat. Dan setelah sampai di lantai atas, Digo mencari kamar nomor 13 dengan jalan yang lambat bahkan diam-diam.

No 13

Digo membuka gagang pintu kamar dengan pelan bahkan hati-hati. Ia sama sekali tidak ingin masuk menemui Rexa, justru dia melihat kondisi Rexa di depan pintu yang hanya terlihat sedikit.

Gila Digo! Bukannya dijenguk! Padahal Rexa begini juga karena tantangan darinya. Gak ada rasa bersalah sedikitpun ni Digo!

Masih dengan posisi yang sama, Digo tetap berdiri dan mengintip pembicaraan Rexa dan suster saat itu.

"Lo pembunuh, Rex" Gumam Digo dalam hati.

Selepas itu Digo mulai pergi dari ruangan Rexa.

Flashback of

Setelah mendengar ancaman yang keluar dari mulut Digo, Rexa masih berbidik diam. Terlihat dari raut wajahnya bahwa ia ketakutan.

"Ikut gue" Rexa menarik tangan Digo dengan cengkraman yang kuat.

Rexa sengaja menarik Digo dan hanya berbicara empat mata saja tanpa ada yang mengetahui, termasuk teman-teman mereka.

"Lepasin"

"Maksud lo apa bahas kejadian setahun yang lalu?" Bantah Rexa.

"Loh? Kok lo yang marah ke gue, kenyataannya itu benar kan?"

"LO PEMBUNUH" Digo mengacungkan mulutnya dan berbicara halus di samping telinga Rexa.

ClarexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang