Chapter 11

161 188 22
                                    

Next guys

[JANGAN LUPA VOTE]

HAPPY READING!!

⚡⚡⚡

Jemari Nela merenggang secara tak sadar hingga membuat kertas tersebut jatuh. Netra Nela masih tersorot pada Clarin. Jantung Clarin berdetak cepat, dia bingung harus kalimat apa yang akan dilontarkan pada Nela.

Masa iya harus jujur?

Clarin mengambil kertas tersebut dengan sigap kemudian memasukkan kertas yang sudah amburadul
ke saku bajunya.

"Clar?" Mata Nela masih fokus pada Clarin.

Mampus gue.

"Maksud lo apaan nulis nama Rexa di kertas itu?" Tanya Nela yang sudah tidak setegang tadi.

"Eeee anuu Nel, eee anu, eeee." Gugup Clarin.

"Eee apa, Nel!" Nela menyentak bahu Clarin hingga membuat segala bentuk kalimat dan perasaan terucap dari mulutnya. "Eeee gue suka Rexa!" Clarin tersontak menutup rapat mulutnya dengan kedua tangannya.

Aduh mampus gue, kok bisa keluar sih kata-kata yang selama ini gue simpan. Batin Clarin.

Setelah mendengar penjelasan Clarin, kini Nela semakin dibuat kaget oleh jawabannya. Ia benar-benar tidak menyangka Clarin punya perasaan pada Rexa.

Tapi ga heran, sih. Siapa yang tidak suka dengan Rexa. Badan tinggi, alis tebal, hidung mancung, bibir tebal nan warna pink seperti nyaris tidak tersentuh batang rokok.

Clarin berusaha menyanggah ucapannya barusan. "Nel gak nel, apa yang gue bilang barusan itu gak bener!" Kedua tangannya Clarin bersimpuh di bahu Nela, seolah untuk meyakinkan Nela.

Nela yang melihat tindakan Clarin pun melepas dengan lembut tangan Clarin dari bahunya, lalu menggenggamnya. "Clar, lo gak usah begini tau, gapapa dong kalau kamu emang suka sama Rexa." Nela memberi senyum tipis di bibirnya.

Setelah mendengar ucapan Nela barusan pun wajah Clarin langsung ceria, sudah tidak selusuh tadi. Clarin merasa senang sebab Nela sefrekuensi dengannya.

"Nel?"

"Gue dukung lo"

"Kejar cinta lo." Kalimat singkat namun beribu makna bagi Clarin.

Clarin langsung memeluk tubuh Nela. "Makasih banyak, Nel."

Nela tetap menyuguhi senyum tipis di bibir Clarin. "Gue ikut bahagia, kalau lo bahagia." Tutur Nela.

***

Siang ini, Rexa dan ketiga temannya duduk santai di pinggir lapangan basket. Mata Rexa terpaku melamun ke atas awan, berbeda dengan ketiga temannya yang sedang melahap makanan serta ikut menyaksikan murid lain bermain basket.

"Ambil gih." Arlan menawarkan bakso goreng di depan Rexa.

Masih dengan posisi yang sama. Rexa mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat penolakan.

Ketiga temannya semakin dibuat bingung oleh sikap Rexa yang belakangan ini berubah. Jarang bicara, sama sekali tidak ikut jajan di kantin, dan menghabiskan waktu untuk melamun.

"Lo kenapa sih, Rex?" Tanya Athar.

"Iya, lo kenapa sih Rex? Kok gue rasa lo berubah sekarang." Timpal Zidan.

Sebelum menjawab pertanyaan dari temannya, Rexa menarik nafas yang dalam lalu menghembusnya dengan pelan. "Gue gapapa." Singkat Rexa.

"Lo yakin gapapa?" Arlan yang posisinya berada di samping kiri Rexa kini memutar 90° menatap ke arah Rexa.

"Gue bingung"

"Apa yang harus gue ambil tindakan mengenai tantangan dari Digo"

Ketiga temannya sudah ngeh dengan penjelasan singkat dari Rexa. Mereka sudah menyangka bahwa tantangan dari Digo lah yang membuat Rexa berubah.

"Gak usah lo jalani, simpel kan?" Ujar Athar.

"Dari dulu gue punya prinsip. Gue akan kokoh dengan setiap komitmen yang sudah gue buat. Jadi bagaimanapun gue harus ikuti konsekuensi dari tindakan yang sudah gue buat sebelumnya."

"Em, tapi di satu sisi gue gak bisa putusin Vyora dengan alasan begini. Vyora gak salah apapun, dan masa harus dia yang nerima akibatnya." Lirih Rexa seraya menatap ketiga temannya lalu kembali ke posisi awal sebelumnya.

"Gue juga gak setuju dengan tantangan yang Digo buat. Tapi gue setuju kalo lo putus dengan Vyora." Sahut Zidan dengan santai sembari memecahkan permen yang sudah berada di dalam mulutnya.

Setelah mendengar ucapan Zidan barusan pun Rexa mengalihkan pandangannya ke arah Zidan. "Maksud lo?"

Zidan menarik nafas dalam. "Gini Rex, sebenarnya gue kurang suka dengan Vyora. Lo lihat gak sih attitude nya kepada anak SMA TRIWIJAYA lainnya? Dia bersifat seenaknya melakukan semaunya." Cibir Zidan.

"Gue setuju." Timpal Arlan.

"Kalau boleh jujur nih ya, Rex. Kami bertiga sudah lama menyimpannya namun hari ini akan kami beri tahu"

"Kalau menurut lo Vyora itu baik, lo salah besar Rex. Kepribadian Vyora ada dua, dia mampu menyulap diri lo sehingga menurut lo Vyora itu cewe idaman dengan segala kesempurnaan yang dia punya. Tapi satu lagi, Vyora sering membully cewe-cewe di Sekolah ini, bahkan kita sering melihatnya. Jadi intinya, dia pura-pura polos di depan lo." Jelas Athar.

Arlan dan Zidan menggangguk setuju dengan apa yang diucapkan Athar.

"Sewaktu awal masuk Sekolah, gue sudah pacaran dengan Vyora selama dua bulan. Dan gue paham betul dengan sifat Vyora. Bahkan gue ketipu dengan kesandiwaraan yang dia perbuat ke gua." Ujar Arlan seolah dia sipaling pengalaman.

Bukan maksud mengotori pikiran Rexa. Tapi Rexa selalu percaya dengan ucapan dari ketiga temannya. Rexa tidak mungkin meragukan mereka lagi.

"Maksud kalian, kalian setuju aja kalau gue putusin Vyora?"

Ketiga temannya manggut-manggut.

ClarexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang