Chapter 12

153 179 11
                                    

Next guys

[JANGAN LUPA VOTE]

⚡⚡⚡

Rexa semakin bingung harus mengikuti opini yang mana. Rexa bangkit dari duduknya, mengedarkan pandangannya ke isi Sekolah dengan tangan yang berkacak pinggang. Kemudian Rexa pergi dari ketiga temannya.

"Rex, mau kemana lo!"

Rexa berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Angin sepoi-sepoi saat itu tampak menyibakkan rambut unyunya. Suasana Sekolah yang pada saat itu sedang istirahat membuat para kaum hawa meneriakkan sosoknya.

"Rexaa"

"Aduh ganteng banget crush gue"

"Rambut nya tuing-tuing, ihhhhh"

"Asupan hari ini"

Rexa tak memperdulikkan seberapa banyak wajah yang memandangnya. Rexa berjalan dan menaikki anak tangga sampai mengantarkannya ke lantai tiga.

Yah, lantai tiga tepatnya paling ujung. Terdapat sebuah ruangan besar yang biasa diisi oleh anak Cheerleaders buat latihan.

"Lo kalau latihan yang bener dong!"

Langkah Rexa terhenti ketika mendengar suara tersebut. Rexa mendengar jelas bahwa itu suara Vyora. Semakin kesini Rexa ingin tahu bahwa apa yang dibilang temannya itu benar atau salah. Lalu Rexa mengintip suasana di dalam melalui jendela.

"Maaf, kak Vy"

"Maaf-maaf, tapi lo itu..."

Pyarrr

Sebuah tamparan keras melayang di pipi gadis itu. Lagi-lagi Vyora membully bahkan bermain kasar pada anak yang lainnya. Seisi ruangan mendunduk ketakutan melihat aksi Vyora.

Rexa yang masih fokus mengintip kini dibuat kaget oleh insiden ini. Rexa tak cukup kuat melihat gadis itu semakin dikasarin oleh Vyora. Hingga Rexa habis kesabaran dan menerobos ruangan tersebut.

"Vyora!"

Vyora menoleh kaget ke belakang. Ia melihat Rexa yang berdiri di tengah-tengah pintu dengan dada yang naik turun dengan cepat. Vyora panik dan ia melangkah mundur menjauhkan gadis tersebut.

Tangan kanan Vyora mulai menutupi mulutnya yang pada saat itu juga ikut panik.

Kemudian Rexa mulai berjalan menuju ke Vyora. Aura intimidasi keluar dari sosoknya. Hal ini membuat sesisi ruangan lari kocar-kacir meninggalkan ruangan tersebut, termasuk gadis yang Vyora tampar.

"Gue gak habis pikir sama lo, Vy!" Tegas Rexa seraya menggelengkan kepalanya sebagai tanda ketidakpercayaan.

Vyora semakin berbidik diam melihat Rexa yang berbicara tegas kepadanya. Padahal selama ini ia belum pernah melihat Rexa membentaknya. Rexa selalu ngetreat like a queen padanya.

"Gue bisa jelasin ini semua." Lirih Vyora sembari mengambil perlahan tangan Rexa namun Rexa mengacuhkannya.

"Gue kira lo selama ini cewe baik. Tapi ternyata, penglihatan gue aja itu tidak cukup"

Air mata Vyora mulai membasahi pipinya. Ia menunduk lusuh.

"Lo lihat kan gimana pacarlo aslinya." Ujar teman Rexa yang ternyata menyusul kemana Rexa pergi. Rexa menoleh tipis ke belakang.

"Kalau gue gak dengerin pendapat teman gue, mungkin gue akan terus berpacaran dengan cewe gak punya hati kayak lo!"

"Sayang, maafin gue. T-tadi gue khilaf sama dia." Vyora berusaha membuat yakin Rexa. Tetapi Rexa sudah tidak sudi mempercayainya lagi.

Lalu Rexa pergi dari hadapan Vyora dan melalui begitu saja kepada ketiga temannya yang sedang menonton aksi mereka.

"Semua gara-gara kalian!"

"Hubungan gue hancurrrrr! Teriak histeris Vyora kepada ketiga temannya Rexa.

"Karma itu adil, siapa yang menyakiti suatu saat akan tersaķiti." Ucap Zidan sebelum mereka bertiga pergi meninggalkan Vyora.

Kini hanya Vyora yang ada disana. Namun ditemani dengan rasa penyesalannya. Vyora bersimpuh di lantai dengan tangan yang tak henti memukuli kepalanya.

***

Rexa menuruni anak tangga dan berjalan dengan cepat. Ia menelusuri seisi Sekolah guna mencari penjaga Sekolah. Sedangkan ketiga temannya terus membuntuti jejak Rexa, mereka paham dan mereka tidak akan membiarkan Rexa sendirian dalam kekecewaan yang kini ia rasakan.

"Awhh" Lagi-lagi Rexa tak sengaja menubruk Clarin yang sedang membawa tumpukan buku selepas dari perpustakaan.

"Iya-iya gak usah dibantu, gue bisa sendiri kok." Ucap Clarin dengan pedenya sembari membenahi beberapa buku yang tergeletak.

Siapa yang mau bantu juga. Batin Rexa.

"Lo mau kemana, Rex?"

Buset, kok dia tau nama gue?

Clarin terus memberikan senyuman cengar-cengir dihadapan Rexa. Kenapa tidak? Momen seperti inilah yang Clarin cari. Ketampanan Rexa benar-benar menggerogoti pikirannya.

"Maaf, gue permisi dulu." Ujar Digo sebelum pergi meninggalkan Clarin begitu saja.

Clarin terpelongo melihat aksi Rexa barusan. "You so cool"

Clarin masih berdiam diri diposisi yang sama dengan bola mata yang masih tersorot melihat Rexa yang semakin lama semakin menjauh. Raut wajahnya terus menyeringai. Ya! Dia sedang menghayal.

"Duarrr!"

"Ihhh! Nel! Lo bisa gak sih jangan ngagetin gue. Ganggu aja lo!" Protes Clarin.

"Lo kenapa sih?"

"Gak"

"Yakin deck?" Nela berusaha mencari-cari alasan mengapa Clarin cengar-cengir. Nela menyipitkan matanya dan melihat ke arah lurus depan sana. Dan Nela mendapati Rexa yang berjalan menelusuri lorong. Kini Nela paham.

"Ohhhhhhh, Rexa kan alasannya?" Nela menaik-naikkan alis sebelah kanannya dan senyum menyungging di bibirnya.

"Paansi lo." Cuek Clarin.

"Nih, mending lo bantu bawak!" Clarin memberikan setengah buku yang sedang ia pegang ke tangan Nela.

"Aduh..duh..duhh"

ClarexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang