28. Pengakuan

1.6K 191 9
                                    

Langsung ajala yaa,

Tp vote koment dulu hhe

Happy Reading..!

.

🔹❇🔹❇🔹❇🔹

.

"Aku tidak menyangka bahwa orang yang kusapa dulu adalah kau, Rindou-san....." melongo tak percaya seraya menutup mulut.

"Bisa-bisanya kau lupa sementara aku ingat persis bagaimana ekspresimu saat itu." menatap datar.

"A-ahahah.. Lagipula, penampilanmu berubah drastis dengan yang sekarang.. Dulu kau seperti preman tahu.." sepertinya (Name) salah bicara. Tatapan Rindou makin menajam.

"E-eh, tidak. Maksudku kau seperti preman tapi keren di mataku...-dulu."

Tidak disangka, Rindou cepat merubah emosi. Ia menyungging kecil.

"Keren? Sungguh?"

"..I-iya..?"

Melihat Rindou terkekeh, (Name) kepikiran dengan alasan kenapa dirinya berada di Festival Azabu saat kecil.

Nenek mengajak jalan-jalan sebentar setelah keluar dari rumah sakit. Sebab, untuk membuat dia sedikit bersenang-senang sebelum diberi kenyataan atas kematian sang saudara kembar.. (S/N).

"Oi.." kembali sadar oleh teguran Rindou.

"Ah, gomen. Aku tadi--"

"Untuk apa kau ingat hal semacam itu? Tidak ada yang penting." menebak jalan pikiran (Name) dengan mudah.

( Dia peramal atau apa.. Kenapa asal menebak.. )

"Memang kau tahu apa yang aku pikirkan tadi?" memastikan.

"Sudah kukatakan, kami telah mengetahui semua yang berhubungan denganmu."

"Termasuk mata itu." lanjutan Rindou membuat badan (Name) menegak.

( Mata yang kukagumi dulu.. )

"Mata yang kulihat dulu, bukanlah matamu.. Aku tahu."

( Tapi membuatku terpesona.. )

"Tapi bukan masalah untukku." (Name) merunduk perlahan, merasa pembicaraan terlalu emosional.

( ..Selama itu dirimu.. )

"Selama kau menggunakannya dengan baik. Kembaranmu juga akan menyukainya."

Sejak kapan Rindou jadi bijak begini? Ini aneh.. Apa Bonten tengah bergaul dengan seseorang sampai menjadi seorang yang puitis?

"Rindou-san.. Terima kasih atas ucapanmu. Tapi, kenapa kau bicara sambil melihat ke arah lain? Aku ada di sini, Rindou-san."

Entah disebut kekanakan atau bodoh, (Name) ini sebenarnya sama-sama cepat dalam merubah emosi. Baik sengaja maupun tidak.

"..Rindou-san?"

Rindou masih berpaling muka dengan menutup wajah samping. Tanpa (Name) ketahui, ia sedang menahan malu karena ucapan dan batinnya berbeda.

Kedua pipi memerah hebat. Untung dia cekatan mengubah kalimat yang diucap.

"Sialan...!" bergumam samar, tidak terdengar (Name).

Setelah menunggu beberapa lama, Rindou kembali menatap dengan wajah yang sama seperti terakhir kali. Tidak ada rona merah sedikit pun.

"Ekhem! Aku tadi terbayang akan ada anak kecil yang rusuh di markas ini seperti anak monyet." ngeles sih ngeles.. Tapi..

CAUGHT || Bonten x Readers || HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang