19. Kunjungan Chen

193 23 0
                                    

Keesokan paginya, tidak seperti biasanya, kali ini Feiyu bangun lebih dulu dari Yunxi. Ia mengusap wajahnya sebentar lalu pandangannya beralih pada jam dinding yang terpasang pada tembok di hadapannya. Baru setengah enam, pantas saja Yunxi-nya masih tertidur.

Feiyu melepas perlahan pelukan Yunxi di pinggangnya lalu beranjak untuk mandi dan mengecek ulang barang-barang mereka setelah itu baru akan membuat sarapan.

Ia bangkit dari kasur setelah berhasil melepaskan pelukan itu, lalu pergi mandi.

30 menit kemudian Feiyu keluar, ia sudah selesai mandi dan keluar dengan handuk yg tergantung di bahunya, air masih menetes dari rambutnya dan Feiyu belum memakai bajunya, hanya celana pendek hitam yang terpasang di kaki jenjangnya.

Pandangannya ia alihkan pada Yunxi yang masih terlelap pulas diatas ranjang, ia tersenyum lalu mendekat kearah manisnya untuk membenarkan selimut di tubuhnya, setelah itu keluar dari kamar dan memasak sarapan.

-

Yunxi bangun saat pukul tujuh lewat lima belas menit, ia mendudukkan diri dan mengucek matanya lalu mengedarkan pandangan untuk mencari kehadiran kekasihnya. Namun, Feiyu tidak terlihat dimanapun.

Yunxi bangun dari kasur lalu masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok giginya. Setelah selesai ia keluar dari kamar untuk mencari kekasihnya, dan terlihat Feiyu tengah fokus pada masakan di depannya dengan tidak memakai baju.

Feiyu tidak menyadari bahwa Yunxi sudah mendekat kearahnya, sehingga saat merasakan pelukan Yunxi ia terkejut dan hampir menjatuhkan spatula ditangannya.

Feiyu merasakan Yunxi menyandarkan kepala di punggungnya, "Ge, tidurlah lebih lama jika masih mengantuk "

Yunxi menggeleng, ia mendusalkan wajah di punggung telanjang Feiyu, masih terlihat bekas cakaran di punggung lebar lelaki tampan itu, bekas cakaran lama yang sudah berubah warna menjadi kecoklatan kontras di kulit putihnya. Hal itu menambahkan kesan panas pada seorang Chen Feiyu.

Feiyu hanya tersenyum, ia mengusap punggung tangan Yunxi yang ada di perutnya, lalu fokus untuk menyelesaikan masakannya dengan Yunxi yang tidak melepaskan pelukan.

Sedangkan di belakangnya lelaki manis itu masih memeluk tubuh besar Feiyu sambil memejamkan matanya, ia mengikuti setiap langkah Feiyu yang tengah sibuk memasak. Yunxi tahu Feiyu kesusahan, namun Feiyu sama sekali tidak mengeluh atau menyuruhnya melepaskan pelukan.

Masakan yang di masak Feiyu sudah hampir selesai, namun tiba-tiba bel apartemen berbunyi. Ia langsung mengecilkan api di kompor lalu menegur Yunxi, "Ge, lepaskan dulu, aku akan membuka pintu."

Yunxi menggeleng keras kepala, kepalanya masih ia sandarkan pada punggung lebar tunangannya. Feiyu hanya menghela napas lalu melangkahkan kakinya perlahan untuk membuka pintu dengan Yunxi yang masih menempel padanya.

Setelah membuka pintu, ia melihat ayah dan ibunya berdiri sambil menenteng lima buah tote bag di tangan mereka.

"Arthur?" Ibunya lebih dulu menyapa dengan pelan sambil menatap bingung Feiyu yang telanjang dada dengan tangan seseorang yang tengah memeluknya.

Feiyu sadar Yunxi sudah kembali tidur di belakangnya, ia berpikir heran, bagaimana bisa Yunxi-nya tertidur sambil berdiri tanpa terganggu dan merasa pegal..

Feiyu mempersilakan kedua orang tuanya masuk, lalu berbalik dan menggendong Yunxi. Ia membawanya ke ruang tamu dimana ada ayah ibunya yang duduk di salah satu sofa panjang, sedangkan Yunxi yang kembali tidur ia baringkan di sofa lainnya.

Ia menyelimuti tubuh kecil Yunxi-nya, karena ia hanya memakai celana pendek dan kaos kebesaran, ia menjaga agar Yunxi tetap hangat.

Setelah selesai ia beralih menatap kedua orang tuanya yang juga tengah menatap kegiatannya, "Ibu, ayah tunggu sebentar, aku akan menyelesaikan masakanku dulu."

Mereka mengangguk dan membiarkan putera bungsu mereka menyelesaikan masakannya.

Tidak lama kemudian Feiyu kembali ke ruang tamu dan duduk di karpet tebal yang terpasang dibawahnya sambil memakai bajunya.

Chen Hong menatap Yunxi yang tertidur nyenyak, "Tadi Xixi tidur sambil berdiri?"

Feiyu tertawa pelan lalu menjawab, "Ya. Padahal aku sudah menyuruhnya kembali ke kamar, namun dia menolak."

Chen Hong menggeleng sambil tersenyum, "Dia sangat manja, apakah dia hamil?"

Feiyu dan Chen Kaige terkejut,
lalu Feiyu terlihat santai kembali dan memasukkan buah stroberi ke dalam mulutnya, "Tidak masalah jika dia hamil, aku akan bertanggung jawab."

Chen Kaige hanya menggeleng mendengarnya, "Kapan kalian berangkat?" tanya pria paruh baya itu.

Feiyu menjawab sambil mengunyah buah stroberi di dalam mulutnya, "Jam satu nanti ayah. Oh ya, apa yang ibu bawa untuk orang tua Xi-ge?"

Chen Hong teringat pada bingkisan yang ia bawa, "Ah, aku membawakannya kue bolu cokelat. Ini sangat lembut dan enak, aku yakin bahkan orang yang tidak suka kuepun akan menyukai ini. Lalu, aku membawa beberapa makanan khas china dan sesuatu yang akan ibu Xixi sukai."

Feiyu mengeryit lalu menatap ibunya heran, "Apa itu?"

"Sebuah dress yang cantik. Ibu sudah mencari tahu tentang orang tua Xixi, dan ternyata ibunya cukup sering membeli pakaian dengan brand milik perusahaan kita. Ibu juga bisa yakin jika ibu Xixi akan menyukai dress itu. Karena dress yang ibu berikan adalah limited edition, dan baru akan di keluarkan dua bulan kemudian, juga jumlahnya hanya ada lima."

Feiyu tersenyum, "Terima kasih ibu."

Chen Hong mengangguk sambil tersenyum, ia memakan cemilan diatas meja sambil mengobrol bersama putra bungsunya. Sedangkan Chen Kaige tengah memakan kacang sambil sesekali ikut dalam obrolan ibu dan anak tersebut.

Yunxi mulai membuka matanya tiga puluh menit kemudian dan mendapati Feiyu yang duduk di depannya, "Arthur.." ia memanggil dengan suara pelan.

Feiyu yang tengah mengobrol langsung menoleh dan mendapati tunangannya tengah meraih kesadarannya, "Xi-ge sudah bangun?"

Yunxi mengangguk, ia mengangkat sebelah tangannya untuk memeluk leher Feiyu, belum menyadari bahwa ada orang lain selain mereka berdua dalam ruangan itu. Yunxi menenggelamkan wajahnya di leher jenjang milik Feiyu.

Chen Hong terkekeh melihat adegan itu, ia lalh berbicara, "Ah, ternyata menantuku sangat manja pada tunangannya."

Yunxi terkejut mendengar suara yang sangat dikenalnya lalu segera melepaskan pelukan pada leher Feiyu dan bangkit duduk, ia menatap Chen Hong lalu menyapanya dengan tidak enak, "Ibu.. apakah sudah lama disini?"

Chen Hong tersenyum, lalu bangkit untuk duduk di samping lelaki manis tersebut dan menyingkirkan Feiyu yang duduk dibawah mereka, "Mungkin setengah jam lalu? Kau tertidur sambil memeluk Arthur tadi, lain kali jangan seperti itu sayang, kau akan pegal jika tertidur sambil berdiri."

Yunxi mengangguk malu, "Maaf tidak menyambut ibu dengan benar, ah apakah ibu ada sesuatu hingga datang kemari?"

Chen Hong cemberut, berpura-pura marah sambil menatap Yunxi, "Apakah aku tidak boleh menghampiri calon menantuku?"

Yunxi segera menggeleng cepat dan berusaha menjelaskan, "Bukan, bukan, maksudku ibu bisa menunggu di rumah saja jika ingin bertemu denganku. Aku akan menghampiri ibu nanti, jika seperti ini bukankah akan merepotkan ibu dan ayah?"

Chen Hong tersenyum sambil menggeleng, ia mengelus kepala Yunxi lembut, "Bagaimana mungkin itu merepotkan kami? Sudahlah, sudah waktunya sarapan. Xixi belum sarapankan?"

Yunxi mengangguk lalu berkata, "Ibu dan ayah juga harus ikut sarapan bersama kami."

Chen Kaige ingin menolak, namun ia tidak tega pada lelaki manis itu, lalu dengan cepat ia menjawab setuju, "Baiklah, ayo makan."

Chen Hong tersenyum, lalu teringat, "Ah, ibu membawakanmu kue bolu. Nanti makan satu untuk Xixi ya, lima kotak lainnya berikan pada ibumu oke? Jika kurang kita bisa membelinya lagi nanti."

Yunxi menoleh dan menatap beberapa tote bag diatas meja lalu kembali menatap calon ibu mertuanya sambil tersenyum ia berkata, "Terima kasih ibu."

Chen Hong mengangguk dan membalas senyuman itu, dua lelaki lain di ruangan itu seperti tidak terlihat ketika Yunxi dan Chen Hong mulai mengobrol, mereka akan asik berdua hingga melupakan sekitar.

-

To Be Continued..

(Feiyunxi) Meeting and Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang