Sesampainya di kamar, Feiyu mendudukkan tubuh tunangannya diatas ranjang besar di kamar itu. Ia menatap Yunxi yang tengah menundukkan kepalanya.
Feiyu duduk lalu membawa Yunxi agar duduk di pangkuannya, "Jangan menunduk, lihat aku."
Yunxi menolak, ia masih menunduk dengan wajah cemberut, "Kau marah."
Feiyu menggeleng, "Aku tidak."
Yunxi berkata lagi dengan keras kepala, "Kau marah kepadaku."
Feiyu menghela napasnya lalu berkata, "Bukankah kau yang marah? Kau bahkan mengabaikanku."
Feiyu tidak memakai 'Xi-ge' lagi, Yunxi semakin yakin ia marah.
"Aku tidak marah, kau yang marah." ucap Yunxi.
Feiyu memejamkan matanya, "Lalu, turun dari pangkuanku jika kau merasa begitu."
Yunxi hanya diam, tangannya meremat kemeja Feiyu di bagian dadanya dengan erat. Ia tidak ingin turun dari pangkuan itu.
Feiyu menatapnya dan mengangkat tubuh ringan Yunxi untuk di dudukkan di sebelahnya. Saat akan beranjak ia merasakan tarikan Yunxi di kemeja bagian depannya lalu mendengar lelaku itu berkata, "Jangan pergi Arthur.."
Feiyu masih diam di posisinya, ia tidak memutuskan untuk menenangkan atau memeluk lelaki manis itu.
Yunxi mendongak menatap Feiyu dengan mata berkaca-kaca, "Jangan pergi, aku minta maaf. Semua salahku."
Feiyu menghela napas kasar, "Ah sial."
Ia membawa Yunxi ke dalam pelukannya dan mengusap kepala lelaki itu. Yunxi akhirnya menumpahkan air mata di pelukan Feiyu. Ia meremat kerah kemeja tunangannya, melampiaskan emosinya pada pakaian itu.
Feiyu melepaskan pelukan mereka lalu menangkup wajah Yunxi yang masih menangis, ia mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir itu kuat.
Yunxi yang merasakan ciuman lelakinya hanya memejamkan mata, air matanya tidak berhenti mengalir sambil menikmati ciuman itu, ia meremat rambut Feiyu ketika dirasa ciumannya semakin kasar. Tidak mengerti kenapa ia suka ketika Feiyu melakukan seks atau berciuman agak sedikit kasar, apakah dirinya masokis?
Feiyu terus mencium bibir itu, menggigit bibirnya lalu memasukkan lidah kedalam mulut tunangannya, menjamah mulutnya dengan lidah hingga tidak terlewat satu bagianpun.
Tangannya tidak tinggal diam, ia membuka kancing kemeja pendek yang dipakai Yunxi sambil terus menciumnya.
Ciumannya ia turunkan pada leher jenjang lelaki manis tersebut hingga turun ke dadanya, ia meraup puting Yunxi yang sudah menegang sambil memejamkan mata. Sedangkan Yunxi mencoba menahan erangannya sambil meremas rambut lelaki yang tengah mengulum dadanya.
"Angh Arthur.." desahan itu keluar tanpa bisa ditahan, Feiyu selalu ahli dalam memanjakan dadanya.
Feiyu melepaskan kuluman di dada Yunxi-nya, ia duduk dengan benar lalu menunduk menatap mata basah Yunxi yang memerah karena habis menangis.
Tangannya ia bawa untuk memainkan puting itu perlahan, ia memilin dan mencubitnya, membuat Yunxi menggigit bibir bawah menahan desahan.
"Katakan, apa kesalahanmu." Feiyu memberi perintah sambil menggoda dadanya.
Yunxi ingin menjawab namun tangan Feiyu di dadanya membuatnya kehilangan fokus. "Arthur lepaskan dulu.." ia mencoba berbicara sambil menggenggam tangan Feiyu.
Feiyu menepis tangannya dan kembali memilin putingnya, "Jawab aku Luo Yunxi."
Mata Yunxi memerah menikmati rangsangan dan dominasi lelaki-nya, ia menggigit bibir bawah lalu berusaha menjawab, "Aku.. aku salah karena Ahh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Feiyunxi) Meeting and Destiny [END]
Fiksi Penggemar"Arthur, apakah kau lebih baik dicintai atau mencintai?" Feiyu menoleh untuk menatap dalam kekasihnya, "Mencintai. Dulu, saat aku belum bertemu denganmu aku berpikir bahwa lebih baik ada seseorang yang mencintaiku dan aku hanya tinggal menerima cint...