Semua aku lakukan awalnya hanya karena sebuah Janji yang dibuat dan juga terikat sebuah ikatan yang Sakral.
Tapi seiring berjalanya waktu, semua yang aku lakukan, bukan hanya sekedar menepati Janji dan juga karena sebuah ikatan yang dibuat.
Bagaiman...
Jeno baru saja selesai dari kegiatan mandi dan juga berpakaiannya. Saat kembali ke kamar Jeno malah dibuat gemas dengan tingkah istrinya. Tidak sedang hamil saja sudah menggemaskan. Sekarang malah berkali - kali lipat jadinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Karina sedang bercengkrama dengan anak mereka di depan cermin dengan sebuah boneka gemas. Jeno langsung menghampiri Karina lalu memeluknya dari belakang.
"Eh ... sudah selesai mandinya ?"
"Sudah sayang."
Chu ...
Jeno mengecup leher Karina berulang kali. Wangi parfum Karina benar - benar bisa membuat Jeno tenang.
"Maaf ya, aku tidak bisa sarapan dirumah."
"Gwenchana, aku kan sudah siapkan bekal juga untuk sarapan dikantor. Kajja, nanti terlambat berangkat. Kan harus datang lebih awal."
"Jaemin belum sampai, tapi dia sudah di perjalanan. Tidak perlu mengantarku ya, tunggu Jaemin disini saja."
"Iya sayang."
Selesai memberikan semua keperluan Jeno, Karina mengantar hanya sampai pintu saja. Karena Jeno sudah semakin protektif pada Karina. Sudah mau 9 bulan dan menuju tanggal sakral bagaimana tidak semakin ketat saja Jeno.
Setelah memberikan kecupan hangat pada ranum Karina, baru Jeno berangkat bekerja. Sebenarnya bukan karena ada pekerjaan yang padat, tapi Jeno mengejar untuk pulang siang. Karena dia harus pergi bersama Felix mengecek rumah mereka yang sudah selesai.
Sesampainya di kantor Jeno langsung mengerjakan beberapa pekerjaan dulu. Baru setelahnya dia membuka bekal yang di bawakan Karina. Harus segera dimakan sebelum makananya dingin.
"Sibuknya calon bapa kita ini."
Jeno melihat Siwan yang masuk kedalam ruangan.
"Hyung ? Bukanya Hyung masih di Jepang ?"
"Baru kembali beberapa jam yang lalu."
"Terus, kenapa tidak pergi istirahat ?"
"Di dalam pesawat sudah banyak istirahat. Tumben makan di kantor."
"Aku mengejar pulang awal. Hyung mau ikut ?"
"Kemana ?"
"Mengecek rumah."
"Sudah selesai memangnya ?"
"Sudah Hyung, makanya aku mau kesana untuk mengeceknya."
"Boleh kalau begitu. Aku pinjam ruang istirahatmu dulu."