21. Naik Melampaui Bumi

2 1 0
                                    

Beberapa saat kemudian kedua Saksarakwa itu pun tiba pada dinding tanah Kairis pula, menaikinya sambil membawa sebuah bongkahan kayu besar di genggaman mereka. Matahra pun melompat turun dari punggung anaknya yang besar itu, lalu mengerahkan Tali Terastiomansinya untuk mengangkat bangkai sejumlah anak-anaknya yang berserakan di tanah dan membentuk mereka menjadi dinding perlindungannya sendiri yang berwujud tentakel yang tergulung menyerupai tanaman berduri nan mengerikan, sebab wujudnya yang seakan mendapat sentuhan nerakawi dengan warna kulitnya yang kelabu serta duri putihnya yang terbuat dari tulang. Kengerian itu masih belum melibatkan beberapa bola mata yang tersebar di sekujurnya, yang persis seperti pemiliknya sudah mati kehilangan refleksi sinar kehidupannya. Ciptaan tercela itu tumbuh menjalar bagai benalu pada dindingnya Kairis, suatu menara pengamatan yang dibangun secara harfiah dengan bangkai korban kami.

"Anak-anakku dapat melindungiku bahkan dari luar panggung ini, dan dari situ jugalah mereka akan menyaksikan kami meraih kemenangan yang mereka bantu bangun dengan pengorbanan mereka. Sayangnya, keuntungan yang sama tidak berlaku bagi kalian. Kami akan menyadarkan tentang betapa sendirinya kalian di dunia ini pada jalan kalian menuju alam baka." Ucap Matahra dengan nada merendahkan kepada semua orang di desa, hanya saja dengan mata yang terpaku padaku sepanjangnya. Rasanya pandangan itu sendiri sudah cukup untuk mengirimku ke tempat yang dibicarakannya.

Matahra pun mengulur ujung dari pelindungnya itu untuk melilit dan mengangkat sebuah batang kayu, kemudian bersiap untuk melempar benda itu bersama dengan anak-anak terbesarnya. Dihadapkan dengan serangan proyektil dalam skala itu, tentu saja lapisan pertahanan debu tanah Kairis beserta para warga desa dengan tameng mereka pun tak akan dapat menahan banyak dampaknya. Padahal, jika Matahra memakai batu sebagai senjatanya Kairis akan bisa menetralisasikan itu dengan mudah, tetapi kurasa itu adalah caranya untuk menanggulangi hal tersebut. Pada akhirnya, melawan kawanan monster buas bahkan dengan hanya seorang otak manusia di belakang mereka pun tetap sulit bagi kami.

"Bersiaplah untuk benturan! Kuatkan pijakan kalian!" Teriak Oltyart memerintahkan pasukannya, dengan senyum cerahnya yang terus terpasang bagai sebagian dari baju zirahnya.

Menyaksikan itu pun membuatku merasa waspada akan keamananku bersama Drurivan, sebab kondisinya yang tak lagi mendukung untuk bertarung dan minimnya tempat berlindung di bagian tengah yang kosong ini yang dapat mengekspos kami terhadap serangan itu. Maka dari itu, aku pun lekas membantunya berdiri dengan memapahnya memakai tangan kiriku, sebelum berusaha mengajukan kepadanya untuk memasuki rumah tanah Kairis sekalipun aku sudah bisa menebak jawabannya.

"Kamu mau tidak berlindung bersama para anak-anak di rumah itu? Kita tidak punya tameng yang tersisa untuk dipakai, dan kita tidak mungkin bergabung lagi bersama mereka." Tawarku kepada sang remaja, berupaya sebisa mungkin untuk menghindari memicu egonya.

"Mana sudi aku melakukan itu! Setidaknya kita harus terlihat di sini agar mereka tidak menertawakan kita nanti. Mu-mungkin kita bisa meminta kakak Kairis membangun sebuah dinding kecil atau semacamnya? Tapi kelihatannya dia terlalu sibuk untuk itu..." Tolak sang pemuda yang lebih memilih metode apa pun selain ideku, meskipun ia tidak bisa menemukan solusinya sendiri. Yah, kurasa aku mulai mengenalnya dengan baik, karena reaksinya itu sesuai dengan dugaanku.

Sayangnya, Matahra tak ingin memberi kami peluang untuk mencapai sebuah keputusan, sebab ia segera melemparkan batang-batang kayu itu serentak dengan anak-anaknya menuju pertahanan kami. Tanpa mengejutkan siapa pun, serangan itu mampu menembus kubah debu Kairis dengan mudah, kemudian menjangkau dinding perisai yang dibentuk warga desa dengan kekuatan penuh. Dampak dari hal tersebut pun dapat membuat mereka terdorong, sebagian bahkan terjebol karena tak sanggup menghadapinya. Seperti sebelumnya, Oltyart dan paman Baltur mampu menangani sisi mereka dengan baik, tetapi itu tidak akan berarti banyak dalam situasi ini. Ujung-ujungnya mereka akan terpojok pula bila harus menanggung beban setara dengan sebuah medan pertempuran.

Isekai HaremanserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang