2. Gadis Sekokoh Batu

40 20 0
                                    

Seharusnya, aku sudah berlari sejak pertama kali mereka berkelahi tadi, walaupun kemungkinan aku bisa lepas dari mereka agak meragukan. Tetapi bodohnya, aku justru merasa terlalu terkesima untuk melakukan apa pun, perhatianku berhasil dicuri oleh karisma yang menyelimuti diri sang bos bandit. Di saat yang bersamaan, aku juga menyadari arti di balik bagian pembuka pidato sang bos bandit. Sepertinya, hanya mencuri semua barang kepemilikanku tidak lagi cukup, karena di mata mereka aku terlihat layaknya seseorang yang penting, bahkan anak yang berasal dari sebuah keluarga bangsawan. Tergantung perspektif tertentu, asumsi yang terakhir itu bisa dianggap benar. Namun, aku ragu statusku yang dahulu masih berlaku di sini. Meskipun begitu, aku ragu apa pun yang kukatakan akan menghentikan mereka dari menjualku ke sesuatu seperti perbudakan.

"Um, ja-jadi uangku tadi belum cukup ya? Te-tenang saja, aku masih punya lebih kok!" Tanyaku sambil berjalan mundur secara perlahan, bersiap untuk membalik tubuhku dan berlari secepat mungkin dari mereka.

"Sayang sekali bocah, tapi kertas aneh yang kau sebut uang itu menunjukkan kepadaku kalau kau sendiri jauh lebih berharga."

Oh, jadi begitu. Betapa konyolnya keputusan yang kuanggap sebagai hasil dari otakku yang cemerlang justru berakhir dengan aku menggali kuburanku sendiri. Mungkin arogansiku itu juga menjadi alasan mengapa aku mati dengan cara yang mengenaskan di duniaku sebelumnya, karena aku memandang kesuksesan temanku di dalam hidup percintaan mereka masing-masing sebagai sebuah gangguan terhadap pertemanan kami. Tetapi, untuk sementara persetan dengan semua hal itu. Waktunya untuk mengeluarkan sebuah teknik rahasia yang memanfaatkan seratus persen kinerja kakiku, yaitu melarikan diri secepat mungkin.

"Lihat! Di sana ada perempuan can- ukh!"

Belum sempat menempuh jarak semeter pun, aku langsung menabrak sesuatu yang terasa begitu kokoh, bagaikan sebuah pilar kokoh yang terbuat dari batu. Hal itu membuatku terjatuh ke belakang, seketika menutup segala kemungkinan bagiku untuk menyelamatkan diri dari cengkeraman kawanan bandit tersebut.

"Huh, pengecut sekali. Kamu hanya bisa lari meskipun tubuhmu tampak sebugar itu? Dasar anak bangsawan." Ucap seseorang dengan nada yang feminin, suara yang terdengar sangat asing di antara festival sosis ini. Pandangannya yang mengerikan mampu menantang ibuku di dalam sebuah kontes tatap mata.

Sang pemilik suara itu merupakan seorang gadis yang sekujur tubuhnya tertutup oleh sebuah jubah yang lusuh. Pandangan sekilas menuju celah di tudung kepalanya menunjukkan sebuah wajah yang rupawan, dengan surai hijau sebahu yang berantakan dan mata kuning cerah, karakteristik tubuh tak normal yang entah bagaimana dapat terlihat alami. Bukti lain bahwa ini adalah dunia yang berbeda dengan asalku. Ia juga memiliki kulit kecokelatan yang eksotis, dan figur yang secara keseluruhan tampak ramping, namun juga kuat di saat bersamaan. Menakjubkannya, ia memiliki dua buah benda yang cukup besar, meskipun tak sebesar rasa bersalahku usai memandanginya.

"Wah, li-lihat bos! Kita mendapat tangkapan lain, seorang gadis! " Ucap si bandit tinggi, wajahnya menampakkan ekspresi terkejut.

Jujur, aku juga merasa dikejutkan oleh sang gadis yang seolah muncul dengan tiba-tiba. Keberadaannya seolah terasa sama naturalnya dengan tanah yang kupijak, hampir tak layak mendapatkan perhatianku. Padahal, bahkan dengan muka yang tertutup sebagian aku tahu bahwa ia adalah sosok gadis yang rupawan.

"Hahaha! Tampaknya Sang Mentari menyinari kita dengan keberuntungan hari ini! Apa lagi yang kalian tunggu? Tangkap juga dia, lalu kita bisa berbuat banyak hal yang menyenangkan malam ini, hehehe." Ucap sang bos bandit, membiarkan aura karismatik yang ditunjukkannya tadi tergantikan oleh sesuatu yang menjijikkan.

Perubahan 180 derajat yang diperlihatkan oleh sang bos bandit seketika membuatku kecewa kepadanya. Tadinya, aku sempat berpikir kalau ia adalah seseorang yang memiliki wibawa, walaupun pekerjaannya sebagai seorang pencuri berkata sebaliknya. Namun, tampak jelas bahwa ia hanyalah seorang bajingan, serupa dengan kaumnya yang lain.

Isekai HaremanserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang