Maste pun memandang Matahra dengan mata birunya nan memancarkan kemarahan setenang air danau dan bertitah kepadanya "Terastiomanser ya? Dari segi tertentu bisa dibilang kau adalah kebalikanku sebagai seorang Antropomanser. Kalaupun hutan Arntala ini merupakan sebuah hutan yang jarang tersentuh oleh Pedang Suci Khalbael, jangan pikir aku akan menganggap pertemuan kita di sini hanya sebagai sebuah kebetulan. Memang masa depan itu adalah sesuatu yang tidak menentu apalagi bila melibatkan makhluk individualistis serumit manusia, tapi apa kau sungguh berpikir aku tidak akan curiga ketika kemampuan meramalku tiba-tiba tidak berfungsi sepenuhnya eksklusif untuk warga desaku? Kubah energi yang mengelilingi kita sekarang adalah jawaban jelas untuk misteri itu. Sekadar seorang Manser sepertimu tidak mungkin bisa melakukan ini sendiri, jadi pada titik ini sebaiknya kau ungkapkan saja kepadaku Entitas apa yang membantumu."
"...Kurasa inilah yang harus kuperkirakan dari musuh terbesarku, sesuai perkataan Mereka kau merupakan ancaman yang wajib diawasi. Sayang sekali, sekalipun kau sudah hampir bisa menebak identitas Mereka, aku tidak sudi memberikanmu sedikit pun petunjuk lebih wahai Antropomanser. Aku tidak mempunyai alasan untuk membantu seorang manusia baik dalam kehidupan ataupun kematian." Tolak Matahra yang terlihat waspada, yang hebatnya mampu membuat makhluk sebesar Qlauzat terbang di tempat.
"Hm, begitu ya? Kedengarannya kau sudah siap mati untuk memenuhi tekadmu itu. Baiklah, kalau begitu terimalah hukumanmu karena telah mempermainkan kehidupan orang-orang tersayangku." Tutup Maste yang kemudian mengulurkan tangan kanannya yang terbuka ke arah Matahra.
Aku sama sekali tak memahami apa yang dibicarakan oleh kedua Manser tersebut, dan lirikan sekilas ke wajah Kairis yang kebingungan merupakan bukti tunggal yang kuperlukan untuk menyimpulkan bahwa mereka benar berada di level yang tinggi di atas kami. Tentunya, aku bahkan tak perlu melihat ekspresi Zilart dan Oltyart untuk mendapat kesan itu, sebab mereka masih setia memandangnya dengan terpukau bagai dihadapkan dengan sesosok Dewi. Kuakui aku sendiri merasakan hal yang serupa, tetapi aku ragu mereka memiliki satu pun pikiran kritis berjalan di benak mereka. Minimal, itu tidak menghapus kesedihan sang pemuda sepenuhnya, kurasa kehadiran sosok surgawi pun tak akan mengenyahkan semua pergumulan hati seseorang begitu saja.
Maste pun menerbangkan sayapnya yang mengecil sehabis serangan proyektilnya tadi menuju Matahra, menunjukkan bahwa ia tak membutuhkan mereka untuk melayang di udara. Ia pun memutuskan Tali yang terhubung dengan punggungnya dan berganti menghubungkan dengan tangannya untuk membentuk sepasang sayap itu menjadi bilah pedang kembar, yang lalu dimanipulasinya untuk menebas sang Terastiomanser dari dua sudut secara bersamaan. Menakjubkannya, dengan manuver pergerakan nan gesit melalui udara, Qlauzat berhasil membebaskan dirinya beserta ibunya dari gempuran ganda tersebut dan terbang menghampiri musuhnya dengan mulut terbuka untuk menyerang dengan gelombang soniknya.
Menatap hal itu dengan senyuman misterius, Maste pun menyentakkan tangan kirinya yang terdiam di sisinya sedari awal untuk mengungkapkan seuntai Pertalian Mansi tipis nan tampak lemah, Tali yang mendadak bertambah tebal dan menarik kembali puluhan proyektil yang ditembakkannya dari bangkai para Ekelrakwa, kemudian memakai mereka untuk menyerbu Matahra dari bawah dengan rintik hujan yang melawan bahkan gaya tarik bumi itu. Untuk memastikan serbuannya itu mengenai targetnya, Maste pun mendekatkan pedang kembarnya dan menebas Qlauzat dengannya lagi, membatasi ruang pergerakan Tera tersebut. Tanpa memiliki celah untuk berlari, rasanya sulit membayangkan mereka bisa menghindari serangan segala arah Maste, setidaknya begitulah pemikiranku sampai Matahra mengungkapkan semacam tentakel yang disembunyikannya di balik gaun kelabu kebesarannya.
Kelihatannya, itu merupakan tentakel sama yang digunakan sang gadis sebelumnya, hanya saja dengan ukuran yang lebih kecil dan tanpa duri tulang ataupun mata dari bangkai Tera yang dijadikan bahan untuk menciptakannya. Mungkin Matahra tidak mau "anaknya" melihat tubuh telanjangnya saat ia mereka berada di dalam gaunnya, kalaupun menurutku ia tak mempunyai banyak untuk disembunyikan. Mengabaikan itu, Matahra pun menjerat kedua pedang Maste dengan tentakelnya dan memerintahkan Qlauzat berteriak dengan kencang untuk menangkis tombak-tombak putih tersebut. Mulanya, usaha mereka itu mampu mementalkan senjata Maste untuk sejenak, namun lantaran Pertalian Mansinya yang masih terhubung Maste bisa meluruskan jalur senjatanya itu dengan mudah. Tetap saja, celah yang terbuka selama hitungan detik itu dapat memungkinkan bagi Qlauzat untuk mengepakkan sayapnya keluar dari posisi terpojoknya itu, menukik dengan cekatan mengarah ke bangkai adiknya yang terlampau besar darinya di bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Haremanser
FantasyNamaku adalah Fano Duari, seorang pemuda berusia tujuh belas tahun yang sayangnya harus mati tanpa sekali pun pernah mengalami bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih karena tertabrak oleh sebuah truk. Tiba-tiba, aku pun terbangun di sebuah duni...