12. Pujian Bagi Sang Nona Muda

3 1 0
                                    

"Hm, ada apa ini? Kalian berdua tampak tegang sekali. Apakah jiwa kalian masih tergoncang sehabis menghadapi kawanan Ekelrakwa kemarin?" Tanya Oltyart yang tiba-tiba mendudukkan dirinya pada kursi di samping kananku, dengan baju zirah yang berbunyi saat ia berbuat demikian. Ia berhasil memecahkan kecanggungan antara aku dan Drurivan sebelum itu terwujud penuh.

Melihat wajah tampan milik pemuda berambut pirang itu sudah nyaris cukup untuk membuatku menyuarakan ketidaksukaanku kepadanya. Senyum terlewat cerah yang kini dipamerkannya kepadaku pun sama sekali tak membantuku untuk menekan perasaan itu, memberikanku kesan menyerupai sebuah kotoran yang dilapisi oleh emas. Sesuatu tentang orang ini selalu bisa memancing emosi terdalamku, tiada satu pun yang dapat disebut positif.

Tetap saja, aku sadar bahwa bersikap kasar kepadanya tanpa alasan yang jelas hanya akan menciptakan masalah yang tidak perlu bagiku, sekaligus terkesan terlalu kekanak-kanakan. Jadi, sebaiknya aku mencoba untuk memperlakukannya dengan baik terlebih dahulu, sekaligus memberkatinya dengan kesempatan kedua untuk memperoleh kepercayaanku. Kuakui sejauh ini ketidaksukaanku kepadanya bersifat tak berdasar, sebab sepertinya ia dan Kairis cuma sebatas teman saja. Sesuatu yang masuk akal, mengingat mustahil bagi seseorang layaknya Kairis untuk berhubungan dengan orang asing yang baru ia kenal, ditambah lagi akibat kualitas Oltyart yang menurutku terletak di bawah derajatnya. Derajat yang kalau benar semakin membuat peluangku untuk merenggut hati sang gadis semakin kecil...

Bagaimanapun juga, aku harus bersikap dewasa bahkan ketika dihadapkan dengan hal terburuk yang ditawarkan oleh umat manusia. Siapa tahu aku akan menemukan alasan yang kuat untuk terus membencinya.

"Tidak sama sekali, kalau kamu bicara tentang goncangan yang bersifat mental. Drurivan cuma mengajarkanku tentang kesulitan yang dialami sesama Manser sepertiku, topik yang sempat membuatnya agak emosional. Tak ada kaitannya sedikit pun dengan kejadian kemarin." Jelasku kepada Oltyart dengan nada paling berwibawa yang bisa kukerahkan, dengan postur tubuh yang tegak dan pandangan mata yang terfokus.

Sebagai sebuah reaksi terhadap hal itu, Oltyart hanya mengangkat kedua alisnya "Oh, begitu ya. Jadi kamu juga seorang Manser. Pantas saja kamu dan Kairis keluar desa sebentar dengan dalih ingin berlatih, meskipun di mataku kalian berdua hanya bertingkah layaknya sepasang bocah yang sedang mengkhayal kalau mereka memiliki semacam kekuatan supernatural. Semuanya masuk akal sekarang."

Sang pemuda pun mengakhiri perkataannya itu dengan sebuah senyum tipis beserta anggukan, seakan-akan reaksinya itu tidak terasa bagai sebuah hinaan bagiku. Kuakui statusku sebagai seorang Manser bukanlah sesuatu yang begitu kubanggakan -apalagi karena aku belum bisa melakukan hal yang signifikan dengannya- tetapi minimal itu menempatkanku satu level di atas sekadar Kesatria biasa sepertinya. Yah, kurasa warga desa ini memang sudah terbiasa dengan kehadiran seorang Manser, suatu teori yang ingin segera kuketahui kebenarannya.

"Tapi kalau dipikir-pikir, rasanya beruntung sekali warga desa kecil kita ini dapat bertemu dengan tidak hanya satu Manser, tapi empat di sepanjang sejarah kita bukan? Rasanya seakan-akan kita terikat di dalam semacam pertalian takdir, di mana orang hebat telah dikumpulkan untuk membawa perubahan yang dahsyat ke dunia ini..." Racau Drurivan dengan pandangan mata seperti menerawang, sebagaimana orang yang tengah membayangkan masa depan yang jauh melampauinya.

Meskipun aku merasa bila sang pemuda terdengar terlalu hiperbola saat menyampaikan isi pikirannya tersebut, kuakui sebagian dari apa yang dikatakannya terdengar masuk akal. Berdasarkan segala yang kudengar sejauh ini, Manser merupakan sesuatu yang langka ditemui di antara manusia. Tetapi, hanya dalam jangka waktu pendek aku menemui tiga orang Manser yang berbeda termasuk diriku, dan entah kenapa kami semua terkumpul di desa aneh yang terletak di tempat antah berantah ini. Terlebih lagi dengan kemungkinan satu Manser lainnya yang dimaksud oleh Drurivan.

Isekai HaremanserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang