27. Keluar dari Perut Paus

4 1 0
                                    

Naga itu pun mengepakkan kesembilan sayapnya untuk memberi dorongan terhadap gerakan menerkamnya ke arah Maste, dengan rahangnya yang dipenuhi oleh barisan gigi tajam yang siap mengoyak-ngoyakan tubuh sang gadis nan tampak kecil di puluhan matanya kapan saja. Anehnya, meskipun ia dapat bereaksi terhadapnya dan pastinya memiliki kemampuan untuk mengatasinya, Maste terdiam menatap itu dengan senyum abadi yang sama menghiasi mukanya, seakan maut yang menghampirinya itu merupakan sekadar jalan menuju kenaikannya ke tingkatan yang lebih tinggi. Suatu batu loncatan yang kebetulan berbentuk menyerupai seekor naga.

"Oh, betapa besarnya rahangmu wahai naga. Aku tak bisa meramal masa depanku ketika menghadapimu, tapi aku tinggal melihat itu terefleksikan di matamu untuk menutupi itu, yang untungnya banyak engkau punyai. Sekarang, silahkan makan aku, sayangnya aku tidak menjamin itu akan berdampak baik bagi perutmu." Ucap sang gadis yang membiarkan naga itu menggigit bagian atas badannya begitu saja, kemudian menariknya ke atas hingga terputus dengan seuntai Pertalian Mansi menghubungkan antara potongan-potongan tersebut.

Matahra pun sampai dibuat terbelalak dan ternganga menyaksikan itu "Apa yang kau lakukan, Antropomanser?! Apa kau sudah gil-"

"Khawatirkanlah dirimu sendiri, Terastiomanser!" Teriak paman Baltur yang tiba-tiba sudah ada di depannya, memotong perkataannya dengan tombak yang terayun menuju dirinya.

Aku sudah menyiapkan mentalku untuk melihat Maste melakukan sesuatu yang berada di luar dugaan, namun tidak menyaksikannya berbuat hal yang berada di luar akal sehat. Memang terdapat kemungkinan itu adalah sekadar awal mengejutkan bagi rencana yang brilian, hanya saja sulit memikirkan taktik macam apa yang sampai melibatkan membiarkan dirinya dilahap oleh naga itu. Adegan nan terlalu brutal bagi isi perutku itu memaksaku untuk mengalihkan mataku ke serangan mendadak paman Baltur terhadap Matahra, yang tampaknya tak akan meraih tingkat kegilaan yang serupa.

Demi menghindari ujung mematikan tombak itu, Qlauzat yang baru kusadari terlihat sedikit lebih kecil pun mengeluarkan teriakan andalan spesiesnya, agar mendapat dorongan yang diperlukan untuk membantunya lepas landas dari tanah. Mestinya, hal itu juga berpengaruh menghalangi jalur terjangan sang pria, masalah yang diatasinya dengan bermanuver memutari titik impak gelombang suara itu dan menangkap salah satu kaki Tera itu, menahannya di tempat untuk menerima tusukan paman Baltur secara mentah-mentah. Merasakan bahaya yang tertuju kepadanya tersebut, Matahra pun terpaksa harus mengorbankan kaki anaknya itu dengan memutuskannya memakai Talinya. Alhasil, mereka pun berhasil terbebas dari cengkeraman sang pria, yang lalu membuang potongan kaki di tangannya itu ke samping dengan ekspresi kesal di wajahnya. Pria paruh baya itu sungguh terlampau kuat untuk seorang manusia biasa.

"Berhentilah bercanda, Antropomanser! Aku tahu kau tidak akan membiarkan dirimu terbunuh begitu saja!" Seru Matahra kepada tubuh Maste yang terbelah dua lamun masih terhubung oleh Tali putihnya itu.

Benar sesuai perkataannya tersebut, bagian bawah badan Maste dengan tulang punggungnya tertinggal pun bergerak melaju ke arah mulut naga itu seolah tertarik oleh Talinya, tulang itu sendiri mengalami perubahan menjadi sebuah bilah pedang panjang di tengah perjalanannya. Bukannya langsung menyatu kembali dengan paruhan atasnya, paruhan itu malah menusuk dagu naga itu hingga membuatnya berteriak kesakitan dan menelan bagian badan yang ada di mulutnya. Tak berhenti sampai di situ saja, pedang tulang itu pun mulai memotong melalui tubuh naga itu dengan bersih, menumpahkan darah ungu gelap di sepanjang jalur kehancurannya itu. Akhirnya, senjata penakluk naga itu pun mencapai ujung jalurnya pada ekornya, mengungkapkan Maste yang keluar dari perutnya yang terbuka dalam keadaan utuh, kecuali untuk jubah putihnya yang terpotong di bagian perut bersimbah darah.

"Memerintahkan tiruan gagal dari seekor naga itu untuk menghadapiku adalah sebuah penghinaan kepadaku dan orang yang menghormatiku, jadi maaf karena aku baru saja menggunakannya untuk menghinamu balik, Terastiomanser. Cobalah lakukan ini lagi ketika kamu sudah menumbuhkan tulang punggung yang cukup kuat untuk menopang ide di kepalamu, tentunya itu pun kalau kau bisa kabur dariku." Ucap Maste yang tersenyum simpul, ekspresi serius yang tertunjukkan paling jelas pada matanya yang menatap tajam ke ruang kosong di udara tempat Matahra seharusnya berada.

Isekai HaremanserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang