"Selain itu, apa lagi yang berubah sejak kamu memperoleh kekuatanmu? Berdasarkan pengetahuanku yang terbatas, seorang Manser pasti memiliki kekuasaan atas satu elemen. Walaupun begitu, kuakui kamu adalah Manser pertama yang kutemui secara langsung."
Jika dinilai dari isi pernyataan Kairis tersebut, kemungkinan besar ia juga masih pemula di dalam bidang pemansian ini. Kalau diingat-ingat lagi, cara sang gadis menggunakan kekuatannya memang kompeten dan efisien, namun pilihan teknik penggunaannya cukup terbatas. Kebanyakan taktik yang ia gunakan merupakan ide yang dihasilkan melalui proses pemikiran singkat, misalnya seperti pada saat kami ada di pinggir jurang kemarin. Meskipun begitu, itu memberinya kemampuan untuk bereaksi dengan cepat terhadap suatu masalah, membuat keuntungan dan kerugiannya terbagi menjadi setengah-setengah.
"Um, aku kurang yakin tentang kegunaannya, tapi aku juga sering melihat tali yang menghubungkan... hati kita."
Baru setelah kalimat itu terucap dari mulutku aku menyadari betapa buruk implikasi yang dimilikinya. Sialan, seharusnya aku memakai lebih banyak waktu untuk merangkai kalimat itu. Kelemahanku dalam berinteraksi dengan seorang perempuan kembali menunjukkan taringnya. Apa yang kukatakan barusan itu dapat memberi kesan aneh, yang akan membuat suasana perbincangan kami menjadi canggung. Di dalam hatiku, aku berharap tanpa henti agar Kairis bisa mencegah terjadinya hal demikian. Semoga saja, ia menemukan respons yang mampu mempertahankan atmosfer yang nyaman.
"Maksudmu ada sebuah tali Mansi yang menghubungkan hati kita? Maaf, tapi itu agak keterlaluan. Kita baru mengenal satu sama lain selama kurang dari seminggu, jadi sesuatu seperti itu tidak mungkin terjadi begitu saja." Semua hal yang mendirikan Kairis, yaitu ekspresi wajah, nada bicara, dan bahasa tubuh seolah menolak pemikiran itu secara kompak, menghasilkan sensasi bagai tertusuk dari semua arah pada hati kecilku. Siapa yang mengira kalau kata-kata bisa terasa sesakit ini, rasanya hatiku sempat berhenti berdetak untuk sesaat.
"I-itu tidak berlaku pada kita saja tentunya. Maksudku juga dengan semua orang..."
Usaha untuk memperbaiki reputasiku itu tampak begitu tak berguna. Kata yang terucap sudah menampakkan dampaknya di hadapanku, yaitu mata kuning Kairis yang menatapku layaknya seekor serangga. Tetap saja, itu bukan sebuah alasan untuk menyerah, karena aku sudah menetapkan tekadku untuk menjadi seseorang yang lebih berguna. Tekad itu bukan hanya sebuah keinginan untuk membantu orang-orang di sekitarku, melainkan juga keuntungan pribadiku.
Aku ingin menjadi seseorang yang cukup baik untuk layak mendapatkan seorang kekasih. Dan mungkin beberapa orang teman sebagai sumber hiburan sampingan. Entahlah, aku masih merasa dikecewakan oleh Edi, Beni, dan Agus. Trio pengkhianat yang mengabaikan aku, "sahabat" mereka sendiri demi mencari kenikmatan duniawi.
Bukan berarti aku juga tak akan mencari kenikmatan yang serupa, hanya saja ada cara lain untuk melakukannya tanpa perlu mengkhianati seorang teman.
"Itu tidak membuatnya terdengar lebih baik, tapi ya sudahlah." ekspresi jijik yang sebelumnya menghinggapi wajah Kairis pun mulai hilang, tergantikan dengan ekspresi datar yang netral "Setelah itu apa lagi? Kamu pasti pernah mencoba untuk membuat hubungan dengan sebuah elemen menggunakan pertalian Mansi milikmu kan?"
"Pertalian Mansi milikku? Aku tidak pernah kepikiran sampai ke situ... Jujur, aku masih ragu dengan kekuatanku sebelum percakapan ini. Aku sama sekali tidak tahu cara mengeluarkan tali itu."
"Hm, itu cukup masuk akal, bahkan aku sendiri perlu waktu beberapa tahun untuk memahami cara kerja kekuatanku. Kalau begitu, apa kamu setidaknya melihat tali Mansi yang terhubung pada kawanan Ekelrakwa semalam saat mereka mengejar kita?"
"Oh, jadi kamu juga melihat itu? Kukira cuma aku yang bisa melihatnya..."
"Hm, kelihatannya kita semua bisa saling melihat tali yang keluar dari bagian telapak tangan kita. Mungkin di situlah kekuatan ini terpusat." Ucap Kairis sambil menatap telapak tangannya dengan penuh rasa penasaran, tanda bahwa ia memang belum begitu memahami banyak hal mengenai pemansian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Haremanser
FantasíaNamaku adalah Fano Duari, seorang pemuda berusia tujuh belas tahun yang sayangnya harus mati tanpa sekali pun pernah mengalami bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih karena tertabrak oleh sebuah truk. Tiba-tiba, aku pun terbangun di sebuah duni...