Kairis pun termundur selangkah akibat saking kagetnya, barangkali sebuah pertanda bahwa ia melemparkan pertanyaannya tadi lebih karena didorong impuls daripada rasa penasaran murni. Aku yakin ini adalah penampilan perdana dari sisi sang gadis yang ini, suatu keindahan yang entah bagaimana dapat kutarik keluar dengan pernyataanku. Bahkan berhadapan dengan rahang kematian pun tak cukup untuk membuatnya seresah ini, fakta yang menarik bagiku. A-apa mungkin aku punya kesempatan nyata untuk memenangkan hatinya?
"Se-seriusan gila tentangmu? Tentu saja!" Deklarasiku sebangga mungkin, dengan harapan dapat menularkan antusiasmeku kepadanya.
"Ukh, bagaimana bisa kamu mengatakan sesuatu yang sangat memalukan dengan begitu percaya dirinya? Memang tepatnya apa yang kamu sukai tentangku?" Interogasi Kairis yang tampak pusing memijat-mijat dahinya.
"Bukannya aku sudah menjelaskan da-dasarnya? Selebihnya dari itu perlu waktu..."
"Kalau kamu perlu waktu untuk menjelaskannya, justru begitulah yang seharusnya. Jangan bilang kamu jatuh cinta dalam waktu sekejap saja seperti seorang pangeran di cerita-cerita dongeng itu, seakan kamu cuma tertarik dengan penampilan fisikku saja. Aku tidak akan terlalu menghakimi untuk itu, tapi menurutku perasaan yang berakar sedangkal itu hanya pantas disebut suka, berbeda dengan cinta yang perlu alasan lebih mendalam." Tegas Kairis yang menatapku dengan wajah terangkat penuh skeptisisme serta tangan yang terlipat, sungguh mengolahku merasa sedang berada di tengah suatu prosedur interogasi.
Aku pun meneguk liurku gugup "Kuakui kamu ada benarnya juga... Mungkin penjelasanku itu terlalu simplistis."
Perlu usaha yang keras bagiku untuk menekan insting untuk mengeluarkan argumen bocah seperti "Tapi cinta itu tidak bisa dibatasi dengan logika!" dari mulutku, sebuah jawaban pasaran yang kemungkinan hanya akan memperburuk pendapat Kairis terhadapku. Aku sadar keberanian yang mengerjakan mesinku ini adalah sesuatu yang langka dan sementara, barangkali akan muncul sesekali saja di sepanjang kehidupanku. Tetap saja, seharusnya aku memikirkan hal ini lebih panjang lagi, agar mampu memaksimalkan kesempatanku untuk menarik tali merah hati sang gadis.
Kairis selalu terkesan layaknya seseorang yang terus terang dan spontan, namun tampaknya aku berasumsi keliru bahwa ia akan menyukai lamaran yang bersifat serupa pula. Secara realistis sewajarnya aku dapat memprediksi hal itu, sayangnya semua hal ini merupakan hal baru bagiku dan aku nyaris tidak bisa memprosesnya selaku bagian dari kenyataan. Kurasa sama dengan definisi cinta menurut Kairis, pikiranku juga memerlukan waktu untuk mencapai itu. Oleh karena itulah, aku pun memutuskan untuk memutar keras otakku untuk mencari kata-kata yang tepat, serta menjelajahi hatiku untuk menemukan perasaan yang mampu menyertainya.
"Yah, pertama-tama meskipun kamu tampak sangat keberatan melakukannya, kamu tetap menolongku selama beberapa hari ini. Bagiku itu lebih berarti daripada kamu cuma menolong karena ketulusan hatimu. Di mataku orang seperti itu sebenarnya hanya ingin menjadikanku sebagai sarana untuk mengisi lubang di hati mereka saja, sesuatu yang tidak berlaku denganmu." Tuturku mengawali penerangan yang dipintanya, ironisnya mencoba terdengar setulus yang kubisa.
"Hah... Tapi aku meminta bayaran kepadamu untuk 'meringankan bebanku'. Jadi aku cuma menjalankan tugasku. Dan bagian soal orang tulus itu... bahkan aku pun suka menolong orang lain tanpa bayaran tahu. Harusnya kamu malah merasa buruk menerima perlakuan itu sendiri dariku."
"Di situlah kamu salah, hidupku ini jauh lebih berharga daripada semua barang yang kuberikan kepadamu itu digabungkan, sampai-sampai pada dasarnya selama ini kamu menjagaku secara gratis. Aku tidak akan menyayangkan pakaian yang dibelikan oleh orang tuaku dengan cuma-cuma. Lagi pula, jangan pikir aku tidak menyadari kalau seorang Manser buronan sepertimu tidak banyak memerlukan uang. Palingan kamu hanya meminta bayaran demi menekan kebencianmu sedikit. Karena itulah aku sangat menghargai pilihanmu untuk menolongku walaupun kamu membenci kaumku." Argumenku membantah perkataannya, dengan sebuah senyuman menghiasi mukaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/276757725-288-k129993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Haremanser
FantasyNamaku adalah Fano Duari, seorang pemuda berusia tujuh belas tahun yang sayangnya harus mati tanpa sekali pun pernah mengalami bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih karena tertabrak oleh sebuah truk. Tiba-tiba, aku pun terbangun di sebuah duni...