Kami pun berjalan menghampiri warga desa meninggalkan bangkai Qlauzat tergeletak di situ, masih belum siap untuk merapikannya bersama dengan saudara-saudaranya. Sebenarnya Maste bisa saja melakukan itu sendiri kalau ia mau, lamun ia ingin memprioritaskan menyimpan tenaganya untuk menyembuhkan para korban terluka terlebih dahulu. Pilihan yang bagus, karena aku yakin mereka tak akan mendadak bangun dan berlari ke tempat lain. Meskipun demikian, kuakui aku penasaran apa yang akan terjadi bila bangkai mereka dibiarkan begitu saja.
Sehabis mengecapku seorang anak bangsawan rumahan, Kairis mengatakan jika para Tera mampu tumbuh lagi dari bangkai mereka. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana terjadinya proses tersebut. Sejauh ini aku tiada menemukan seekor pun Tera yang mempunyai organ reproduksi nan tampak jelas, sesuatu yang kusyukuri sebab minimal makhluk-makhluk jelek itu memiliki cukup kesadaran untuk menyensor diri mereka sendiri. Hal tersebut pun membuatku berpikir kalau mereka bereproduksi melalui cara yang tidak biasa, seperti fragmentasi. Suatu momen pada pertarungan tadi pun meyakinkanku akan itu.
"Hei, aku penasaran tentang sesuatu. Apakah kita harus membakar bangkai Tera itu agar mereka tidak bereproduksi dengan berfragmentasi? Seperti Saksarakwa di awal pertarungan tadi?" Tanyaku tanpa memberi petunjuk pasti kepada siapa, sekalipun paman Balturlah yang paling memahami maksudku.
Paman Baltur pun memandangku dengan alis yang terangkat "Fragmentasi? Maksudmu salah satu Saksarakwa yang membelah dirinya sejumlah Ekelrakwa ketika kami menahannya tadi? Yah, begitulah bocah. Para Tera mampu bereproduksi dengan membelah diri mereka menjadi potongan yang lebih kecil, dan transfer energi yang diperoleh Saksarawa itu melalui gigitan para Ekelrakwa di belakangnya semakin mempercepat proses itu. Untungnya, tanpa energi kehidupan yang mereka curi dari makhluk hidup lain itu, mereka memerlukan waktu beberapa hari untuk melakukan proses itu secara alami. Jadi jangan khawatir bocah, kita bisa mengurus mereka nanti."
"Oh, begitu ya. Biasanya mereka perlu waktu beberapa hari... Syukurlah kita masih bisa beristirahat dulu." Balasku berpura-pura lega, akibat kenyataannya aku cuma bertanya murni karena merasa penasaran belaka.
Maste hanya mengamati kami dalam diam dengan ketertarikan penuh, lamun sebagaimana paman Baltur kala menjelaskan itu, rupanya saking terbiasanya orang di dunia ini dengan keberadaan para Tera sampai mereka tidak menaruh banyak signifikansi pada kecepatan reproduksi luar biasa yang dimiliki para monster tersebut. Makhluk sebesar dan seberbahaya mereka tak seharusnya memiliki keuntungan semacam itu, hal yang sangat memudahkan bagi para Tera untuk menguasai dunia. Tetapi, perkiraanku dunia ini mempunyai logika yang berbeda dengan dunia asalku, yang mencegah terjadinya hal itu. Entah itu atau pembersihan rutin yang dilakukan oleh Menara Suci Khalbael dan terkadang khalayak umum terbukti efektif untuk menekan populasi Tera.
Bagaimanapun juga, itu berarti Matahra bisa saja menunggu beberapa hari bagi anak-anaknya untuk terlahir kembali kalau ia mau, atau setidaknya mengawasi kelahiran cucu-cucunya bila mereka terbentuk menjadi individu yang berbeda. Keputusannya untuk mengabaikan mereka semua menunjukan bahwa ia bukan hanya seorang ibu yang buruk, namun nenek yang buruk pula. Aku penasaran apa yang membuatnya merasa begitu tinggi di atas manusia kalau pada akhirnya ia tega meninggalkan anak-anaknya untuk mati. Kukira membuang sesuatu yang semestinya berharga saat keadaan memaksa itu merupakan keburukan yang ditemukan pada umat manusia saja, tetapi tindakan sang gadis justru membuktikan sebaliknya.
Tetap saja, aku tidak bisa berbohong bahwa emosi sang gadis yang kurasakan melewati Hubungan dengan Qlauzat sebelumnya terasa amat nyata dan kuat, persis seperti bagaimana aku akan merasa sedih ketika kehilangan sesama manusia. Pengalaman itu mengingatkanku akan perasaanku pada hari kematian nenekku, orang yang secara relatif memberiku perlakuan paling hangat di dalam keluargaku. Tadinya kukira dalam skenario terbaik pun mereka sekadar memiliki hubungan antara tuan dan peliharaan, bukannya malahan sesuatu yang melampaui itu. Yah, kurasa itu merupakan hal yang bagus, sebab kekalahannya hari ini pasti akan melukainya sekalipun tak sebanding dengan kami. Matahra pantas menderita jauh lebih parah daripada itu untuk perbuatannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/276757725-288-k129993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Isekai Haremanser
FantasyNamaku adalah Fano Duari, seorang pemuda berusia tujuh belas tahun yang sayangnya harus mati tanpa sekali pun pernah mengalami bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih karena tertabrak oleh sebuah truk. Tiba-tiba, aku pun terbangun di sebuah duni...